Percobaan pertama Handi gagal nih pemirsa 😅
Bab 159Handi tersenyum tipis ketika pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "Sepertinya ada sedikit perubahan," gumamnya lirih.Handi menatap soto yang kini tampak mengepulkan asap. Aromanya bahkan sangat menggiurkan dan membuat perutnya kini keroncongan.Tanpa basa-basi sedikitpun pria itu segera meraih sendok dan mulai mengaduk sotonya. Perlahan-lahan dia mencicipi kuah dan seperti biasanya, Siti memang tak pernah salah soal masakan."Ini enak," pujinya tulus.Soto tanpa perlu tambahan saus dan juga sambal bahkan rasanya sangat nikmat. Handi mulai memakannya. Terkadang pria itu kembali memikirkan tentang caranya untuk mendekati Siti. Masih ada banyak hal yang harus dipelajari karena selama ini memang tak pernah dekat dengan wanita manapun.Handi takut melakukan kesalahan. Dia tak ingin dianggap buruk lagi oleh Siti. Apalagi wanita itu tadi telah mengutarakan isi hatinya yang tak suka ketika diabaikan.Di waktu yang bersamaan, Putri telah masuk ke kamarnya. Sedangkan Siti kin
Bab 159Handi tersenyum tipis ketika pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "Sepertinya ada sedikit perubahan," gumamnya lirih.Handi menatap soto yang kini tampak mengepulkan asap. Aromanya bahkan sangat menggiurkan dan membuat perutnya kini keroncongan.Tanpa basa-basi sedikitpun pria itu segera meraih sendok dan mulai mengaduk sotonya. Perlahan-lahan dia mencicipi kuah dan seperti biasanya, Siti memang tak pernah salah soal masakan."Ini enak," pujinya tulus.Soto tanpa perlu tambahan saus dan juga sambal bahkan rasanya sangat nikmat. Handi mulai memakannya. Terkadang pria itu kembali memikirkan tentang caranya untuk mendekati Siti. Masih ada banyak hal yang harus dipelajari karena selama ini memang tak pernah dekat dengan wanita manapun.Handi takut melakukan kesalahan. Dia tak ingin dianggap buruk lagi oleh Siti. Apalagi wanita itu tadi telah mengutarakan isi hatinya yang tak suka ketika diabaikan.Di waktu yang bersamaan, Putri telah masuk ke kamarnya. Sedangkan Siti kin
Bab 160Tepat di malam ini, Siti menyerahkan bab terakhir novelnya kepada editor. Tak berselang lama dia mendapatkan kabar bahwa novelnya itu akan siap cetak dalam satu minggu kedepan.Setelah selesai berbalas pesan dengan editornya, Siti kini berbalik menatap putrinya yang sudah tertidur lelap. "Sebisa mungkin aku nggak akan mengeluh lelah asalkan ini semua demi kebaikanmu, Put."Sebagai seorang ibu tunggal, Siti tentunya tak ingin membuat anaknya tumbuh kekurangan. Sudah cukup dia disia-siakan dan juga dihina oleh orang lain, tapi putrinya tak boleh merasakan hal pahit itu.Siti menghela napas perlahan. Tabungannya gini sudah terkumpul cukup banyak dan itu semua cukup untuk hidup selama beberapa tahun ke depan. Tapi dia tak memiliki keinginan untuk mengundurkan diri sebagai asisten rumah tangga. Siti masih ingat dengan jelas bagaimana dulu hidupnya terluntang-lantung dan hanya Handi yang mau menerimanya sebagai pembantu. Itu semua bahkan didapatkannya dari bantuan Dirga, suami Eva.
Bab 161Adi baru saja tiba di area parkir. Namun para tukang bangunan yang sedari tadi menunggu kini menyerbunya bagai semut."Pak Adi! Bayarkan gaji kami!""Cepat bayar, Pak!""Jangan lari dari tanggung jawab! Kita semua juga butuh makan!" teriak para pekerja sambil menggedor mobil Adi.Rahang Adi tampak mengeras. Padahal dia baru saja tiba. Tapi para pekerja sialan ini sudah menyerbunya. Diliriknya sosok mandor yang berdiri tak jauh. Bahkan mandor juga diam saja seolah tak ada inisiatif sedikitpun untuk membantu mendinginkan suasana."Sialan!" desisnya seraya memukul setir mobil.Tak mungkin jika dia terus berada di dalam mobil. Suasana yang makin ricuh justru akan membawa masalah lain. Dia harus keluar dan melerai para tukang bangunan.Mau tak mau, Adi harus keluar dari mobilnya."Jangan berisik! Tunggu sebentar saya keluar dulu!" bentaknya.Suasana yang ricuh sedikit berkurang. Para pekerja mulai mundur dan mempersilahkan Adi. Begitu pintu mobil terbuka, Adi menatap satu persatu
Bab 162"Rosa, apa ada kabar kembali mengenai dana yang diajukan oleh Adi Sucipto?"Rosa yang tengah sibuk mengutak-atik laptop itu tampak menoleh ketika mendapat pertanyaan dari atasannya."Sejauh ini masih belum ada kabar kembali, Pak. Pak Adi juga cukup diam akhir-akhir ini padahal biasanya terus-menerus mengirimkan proposal mengenai pengajuan dana."Handi mengerutkan keningnya ketika mendengar penjelasan dari asisten pribadinya itu."Aneh," gumamnya lirih.Pria yang kemarin-kemarin tengah sibuk terus saja membombardir dengan banyak proposal justru diam?Tentu saja itu adalah suatu keanehan. Tapi, Handi juga tak bisa memungkiri bahwa dia merasa cukup senang karena tak ada lagi kekacauan yang diperbuat oleh Adi."Baiklah, tapi tetap awasi gerak-geriknya, Rosa."Rosa menganggukkan kepalanya dengan cepat setelah mendapatkan perintah dari sang atasan kembali."Baik, Pak."Tak lama setelah perbincangan mereka usai, pintu ruangan terdengar diketuk dari luar. Baik Rosa ataupun Handi, ked
Bab 163"Tak tahu atau tengah menyembunyikan sesuatu?"Mata Yayuk terlihat membulat dengan sempurna ketika mendapat pertanyaan yang cukup mengejutkan dari atasannya. Lidahnya terasa kelu seolah ada sesuatu yang mengganjal di dalam kerongkongan hingga membuatnya kesulitan untuk bicara.Tatapan Handi yang begitu saja membuatnya semakin tak nyaman. Yayuk merasa takut dan dia kini hanya bisa menundukan kepala sambil menyembunyikan ekspresi wajahnya yang tampak gelisah.Rosa juga sama terkejutnya dengan Yayuk. Meski dia tak ikut campur dengan masalah yang tengah menimpa Yayuk, tetap saja rasanya mengejutkan ketika melihat majikannya kini telah mengintimidasi seseorang secara terang-terangan."Jawab Yayuk, apa ada sesuatu yang sebenarnya kamu sembunyikan?"Yayuk tersentak kaget, tapi dengan cepat dia langsung menggelengkan kepalanya."Mana mungkin saya berani melakukan hal itu, Pak? Saya tidak menyembunyikan apapun!"Kening Handi terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu. Tangan
Bab 164Siti melipat sajadah dan mukena setelah selesai beribadah. Wanita itu lantas bergerak naik ke atas tempat tidur dan meraih ponsel.Ada sebuah pesan masuk beberapa menit yang lalu dan Siti segera membacanya.[Selamat siang, Kak Siti. Kabar baik karena novel kedua anda yang berjudul 'Jodohku, Majikanku' sudah dicetak dan akan siap terbit mulai besok lusa.]Matanya kini tampak berkaca-kaca ketika mendengar berita baik mengenai novel terbarunya. Saat pertama kali dia menerbitkan novel, waktunya bisa dibilang cukup lama. Tapi untuk novel kedua ini bisa dibilang jauh lebih cepat."Alhamdulillah, Ya Allah ... akhirnya novel keduaku siap untuk didistribusikan."Tak ada lagi kalimat yang bisa menggambarkan kebahagiaan yang saat ini karena Siti telah memiliki banyak penggemar. Mereka semua selalu mengapresiasi karyanya dan Siti kini semakin memiliki ilmu literasi.Tak bisa dipungkiri itu semua adalah hasil kerja kerasnya selama ini. Siti selalu berniat untuk menyimpan uang hasil kerja ke
Bab 165Suasana ruang makan kini tampak hangat karena semua orang tengah menyantap makan malam. Biasanya Tatang dan Dadang akan makan di pos karena mereka berdua selalu dikirimi makanan oleh Sumi.Tapi Handi kali ini mengajak kedua pria itu untuk menyantap makan malam sekalian di dalam rumah.Handi melirik ke arah gadis kecil yang kini tampak lahap menyantap makanannya."Enak, Put?"Putri menganggukan kepalanya dengan cepat. Gadis kecil itu memang tak terlalu pemilih soal makanan. Entah karena ajaran ibunya yang memang begitu baik, Putri akhirnya tumbuh menjadi sosok gadis kecil yang penurut dan juga tak banyak menuntut.Tak berselang lama acara makan malam telah usai. Baik Tatang ataupun Dadang kini telah kembali ke pos jaga. Sedangkan para asisten rumah tangga dengan sibuk untuk membersihkan area meja makan dan juga dapur.Handi melirik ke arah Siti dan secara kebetulan wanita itu juga ikut menatapnya."Ti, apa bisa kamu ke ruanganku sebentar?"Siti menganggukkan kepalanya perlahan