Bab 134Malam hari seperti biasanya, Siti akan meluangkan waktu untuk mengetik novel dan mengedit naskah terbarunya. Ada banyak membaca yang suka dan mulai tak sabar untuk membaca novel terbarunya.Siti melirik ke arah putrinya yang kini telah terlelap. Dia kembali tersenyum tipis."Alhamdulillah, sepertinya aku tak perlu lagi mengkhawatirkan apapun tentang Putri."Pada awalnya dia merasa begitu berat hati karena menjadi orang tua tunggal. Hal yang paling ditakutkan mengenai pertumbuhan Putri. Tapi kini dia bisa menjalani hidup dengan tenang dan tak lagi dihantui dengan rasa takut."Ibu harap kamu tidak akan lagi merasa sedih, Put. Ibu akan selalu berusaha agar membuatmu bahagia."Siti kembali teringat soal majikannya. Dia tak pernah menyangka kalau sang majikan ternyata menyukai jenis novel bergenre romansa. Bahkan Handi juga menyukai novel buatannya."Pak Handi terlihat seperti pria yang dingin, tapi ternyata dia tak sedingin yang aku kira." Wajah Siti kini bahkan dihiasi dengan asa
Bab 135"Maaf, siapa ya?" Suara bariton seorang pria berhasil membuat mata Adi membulat sempurna.Jantung Adi terasa berdetak semakin kencang. Tak bisa mengirim bahwa pria itu kini merasa sangat takut. "Oh? Maaf, sepertinya saya salah sambung."Kening Rama terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu setelah mendengar alasan tak logis yang baru saja diucapkan oleh Adi. Namun sebelum dia itu kembali melontarkan pertanyaan, suara sang istri telah berhasil memecah kecanggungan."Mas, siapa yang telepon?" Yayuk tampak berdiri tepat di ambang pintu kamar mandi sambil mengancingkan bathrobe nya. Kening wanita itu terlihat berkerut saat melihat ekspresi wajah suaminya yang begitu serius. Rama kini menatap istrinya dengan pandangan curiga.Yayuk yang merasa diperhatikan dengan tajam oleh sang suami, tentu saja merasa heran. Wanita itu perlahan mendekati sang suami."Mas? Kenapa diam saja? Siapa yang telepon?"Rama hanya diam. Namun pria itu langsung mengeluarkan ponsel milik istriny
Bab 136"Sialan! Hampir saja ketahuan!"Adi yakin kalau kekasih gelapnya itu bisa membuat suasana yang canggung kembali normal. Dia tak meragukan kemampuan akting Yayuk.Hanya saja, Adi masih saja merasa was-was dan juga khawatir karena hubungan gelap mereka bisa saja terbongkar di hadapan suami Yayuk. Tak ada jaminan kalau keamanannya tetap terjaga. Apalagi Adi sempat melakukan hal ceroboh."Sialan! Kenapa Rama harus pegang ponsel Yayuk, sih?!"Rasanya sangat aneh seolah Tuhan hendak membuka aibnya.Hubungan Adi dan Yayuk saat ini memang cukup renggang karena mereka jarang bertemu dan terakhir kali masih berada dalam perdebatan. Tapi Adi pikir dia bisa membujuk selingkuhannya itu agar bisa segera mendapatkan suntikan dana kembali. Tapi sayangnya dia telah tertampar oleh kenyataan pahit."Lagipula Yayuk juga biasanya bisa jaga privasi. Tumben banget dia masih bareng sama suaminya," desisnya lagi.Entah mengapa kini hatinya terasa memanas seolah terbakar oleh api cemburu. Walau hubunga
Bab 137Ada kejutan yang sejak lama direncanakan oleh Putri. Bahkan gadis kecil itu juga telah bekerja sama dengan Handi. Putri bahkan tidak mengatakan rencananya pada Siti karena wanita itulah yang akan mendapatkan kejutan.Semalam, Siti meminta izin pada sang majikan bahwa hari ini dia akan mengambil cuti selama 1 hari untuk pergi keluar karena ada urusan.Handi tak bertanya tentang urusan Siti. Dia tak ingin mengetahui lebih jauh tentang privasi ataupun suatu hal yang sengaja ditutupi oleh Siti.Putri melirik ke arah ibunya yang kini tengah bersiap untuk pergi keluar. Gadis kecil itu lantas beralih menatap Handi dan memberikan kode pada pria itu untuk bersiap-siap. Handi mengerlingkan matanya sejenak."Sum, maaf ya karena aku lagi-lagi ambil libur. Jadi ngerepotin kamu dan Bibi," ujarnya.Sumi mengangguk pelan. "Aduh, kenapa harus nggak enak hati gitu, Mbak? Dibilang nggak apa-apa, kok. Aku sama Bi Yati juga dulu udah biasa kerja berdua doang. Jadi nggak masalah," ujarnya."Tetep a
Bab 138"Om, ayo kita pergi sekarang!"Handi mengangguk pelan. Pria itu lantas beranjak dari kursi dan menggandeng tangan Putri. Tapi sebelum dia pergi berlalu, Handi menoleh dan menatap lekat dua asisten rumah tangganya."Bi, Sum ... saya akan pergi keluar sebentar sama Putri. Jaga rumah baik-baik," ujarnya.Sumi dan Bi Yati mengangguk serentak. "Siap, Pak! Tenang aja," ujar mereka berdua.Handi hanya mengangguk. Pria itu lantas pergi keluar. Sedangkan Siti dan Bi Yati saling lempar pandang."Banyak perubahan ya, Bi?"Bi Yati mengangguk pelan. Tapi jelas wanita paruh baya itu tersenyum tipis. Di luar rumah, Handi langsung masuk ke dalam mobilnya. Pria itu berniat untuk menyetir sendiri dan pergi hanya dengan Putri. "Saya aja yang nyetir, Mang. Mamang jaga rumah aja bareng Dadang," tolak pria itu sambil menyalakan mesin mobil."Siap, Pak!"Setelah Handi memutar mobilnya, pria itu langsung melaju dengan kecepatan sedang. Disampingnya, Putri duduk dengan wajah yang tak sabaran."Om, I
Bab 139Siti kini telah sampai di pusat kota. Wanita itu bergegas untuk pergi ke salah satu cafe yang telah menjadi tempat janji bertemu dengan editornya."Hm, sepertinya itu cafenya."Tanpa basa-basi sedikitpun wanita itu langsung melangkahkan kakinya masuk ke sebuah bangunan yang kini tampak sedikit ramai karena memang dikunjungi oleh banyak orang.Siti lantas memilih tempat duduk yang tak terlalu jauh dari pintu masuk agar editornya bisa langsung mengenalinya jika datang.Tak berselang lama seorang wanita berjas coklat tampak menolehkan kepalanya seolah tengah mencari seseorang."Maaf, apa anda benar Kak Siti penulis 'Cinta diatas Luka'?"Siti menganggukkan kepalanya dengan cepat dan wanita itu langsung berdiri dari kursinya."Benar, saya sendiri. Anda Editor Chelsea?"Wanita berkacamata itu menganggukan kepala sambil tersenyum. "Benar, Kak. Maaf jika saya terlambat datang," ujarnya."Oh, nggak sama sekali, kok. Silahkan duduk," tawar Siti.Mereka berdua kini duduk dan memesan maka
Bab 140Siti turun dari taksi. Dadang yang melihat kedatangan Siti, kini tergopoh-gopoh untuk membukakan pagar."Makasih, Dang!"Dadang tersenyum tipis. "Sama-sama, Mbak! Habis dari mana saja?""Ketemu temen tadi, Dang." Hanya jawaban singkat saja yang keluar dari mulut Siti dan wanita itu langsung bergegas masuk karena tak ingin menunda lebih lama lagi. Sudah setengah hari dia berada di luar rumah dan pastinya merasa tak enak hati pada Sumi serta Bi Yati."Assalamualaikum," ujarnya sambil membuka pintu rumah."Waalaikumsalam," jawab Sumi. Putri yang ada di kamar juga kini keluar ketika mendengar suara ibunya. Gadis kecil itu berlari mendekat dan memeluk Siti."Ibu kok lama banget?"Siti tersenyum tipis sambil mengelus pelan puncak kepala gadis kecilnya dengan lembut. "Soalnya Ibu tadi harus ketemu sama temen, Put."Kening Siti terlihat berkerut hingga kedua alisnya saling menyatu ketika melihat anaknya mengenakan pakaian yang berbeda."Kamu habis dari mana?"Putri tersentak kaget. Ga
Bab 141Setelah Siti selesai membersihkan diri, wanita itu kembali keluar dan lanjut untuk menyiapkan makan malam karena hari yang sudah sore.Pandangan Siti beralih menatap Sumi dan Bi Yati secara bergantian."Biar aku aja yang masak. Sumi dan Bibi istirahat aja dulu. Pasti capek seharian kerja, 'kan?"Sumi menoleh sekilas. "Nggak apa-apa, Mbak. Masih kuat kok," tolaknya. Siti menghela napasnya perlahan. Wanita itu lantas merebut pisau yang tengah dipegang oleh Sumi."Dibilang istirahat aja dulu. Kalau nggak giliran malah aku yang merasa sungkan," ujarnya."Ya udah deh kalau maksa. Kalau gitu aku sama Bi Yati istirahat dulu, Mbak."Siti mengangguk pelan seraya tersenyum tipis. Kini seorang gadis kecil tampak mendekat ke arahnya."Putri bantuin ya, Bu?""Boleh, tapi cuci tangan dulu," ujarnya.Gadis kecil itu bergegas mencuci tangannya. Saat Sumi dan Bi Yati beristirahat, Putri membantu ibunya untuk menyiapkan bahan-bahan masakan."Masak apa malam ini, Bu?"Siti diam sejenak. Dia me