Bab 125Siti mengepalkan tangannya dengan erat. Tak bisa dipungkiri kini dia tengah merasa marah. Perkataan Adi makin melantur dan juga menyakitkan. Dia hanya ingin meminta pria itu sedikit berbelas kasih. Tapi negosiasi mungkin tak akan berjalan lancar. Buktinya, Adi juga makin sulit diajak bicara secara baik-baik"Terserah apa katamu, Mas. Tapi ingat satu hal ... Putri itu anakmu sendiri. Walau kita sudah bercerai sekalipun, Putri tetap darah dagingmu. Dia hanya ingin kita hadir sama-sama layaknya orang tua, bukan suami istri."Adi terkekeh pelan. Suara tawanya terdengar cukup menyebalkan."Seperti pernikahan kita yang sudah usai, dia juga bukan anakku lagi. Aku nggak perlu buang waktu untukmu ataupun Putri. Ingat itu!""Kamu keterlaluan, Mas!""Masa bodoh! Toh sejak awal aku sudah memberi peringatan kalau bercerai bukan solusi yang baik. Kamu yang ngotot buat pisah, Ti. Jadi jangan merengek kayak wanita murahan," sinisnya lagi.Siti tersentak kaget. Perkataan Adi telah membuat hati
Bab 126Siti mengikat rambut anaknya dan menghiasnya dengan pita berwarna merah. Gadis kecil itu tampak senang saat melihat penampilannya."Nah, Putri sekarang kelihatannya makin cantik!""Beneran, Bu?"Siti mengangguk pelan. Dia tak bohong sama sekali. Putri memang terlihat cantik di matanya. Bahkan bagi Siti, anaknya merupakan sosok yang paling cantik."Yuk kita sarapan dulu, Put. Terus berangkat deh ke sekolah," ajaknya.Gadis kecil itu kembali mengangguk dan keluar dari kamarnya sambil menggandeng tangan Siti. Pandangan mereka kini beralih menatap sosok pria yang tengah fokus menyantap sarapannya. Handi kini lebih sering makan di ruang makan. Sepertinya pria itu mulai merubah kebiasaan makan di ruang kerja. Handi juga merasa tak ada salahnya merubah suasana. Dia cukup bosan jika makan sendirian. Bahkan makanan enak terasa hambar karena tak ada teman makan."Pagi Om Handi, Mbak Sum dan Bi Yati!" Handi melirik sekilas ke arah gadis kecil yang baru saja keluar dari kamar. Dia mera
Bab 127Handi telah pergi beberapa menit yang lalu. Pria itu beralasan ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan. Siti juga tak berniat untuk terus membebani Handi. Setelah Siti selesai mencuci piring, wanita itu beralih melepas celemek dan bersiap untuk berangkat ke sekolah."Bi, aku berangkat dulu, ya?"Bi Yati mengangguk pelan. Siti melirik ke arah Sumi dan memberi kode seolah dia berpamitan. Putri tanpa diminta langsung berpamitan. Gadis kecil itu bahkan mencium tangan Bi Yati dan Sumi secara bergantian."Semoga acaranya sukses ya, Nduk."Putri mengangguk pelan. Dia kini berlalu pergi dan menggandeng tangan Siti. Untungnya, Siti berhasil menemukan taksi dengan cepat. Kini mereka berdua langsung melaju ke sekolah."Bu, Putri takut salah nanti," lirih gadis kecil itu. Siti tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, kok. Ibu yakin akan berjalan lancar. Putri hanya perlu membacanya seperti saat latihan," jelasnya.Putri mengangguk pelan. Dia mendongak dan menatap lekat wajah ibunya."Ayah
Bab 128"Ayahnya Putri mana, Bu? Kok nggak keliatan?"Degh!Jantung Siti rasanya berhenti berdetak setelah mendapat pertanyaan yang cukup mengejutkan dari Sri. Dia tahu kalau pada akhirnya suatu hari nanti pasti pertanyaan itu akan muncul dari seseorang.Siti merasa bingung. Dia ingin menjawab dan menceritakan tentang hal yang sebenarnya, tapi masih merasa ragu sebab saat ini statusnya adalah janda.Tapi mau bagaimanapun juga suatu hari nanti pakai yang ditutupi rapat akan tercium. Mau tak mau dia harus mengatakan yang sebenarnya."Ah, anu saya sebenarnya--""Maaf aku datang terlambat," suara seorang pria tiba-tiba memecah suasana canggung yang tengah terjadi.Siti mulai dengan tatapan terkejut saat mendapati majikan yang tiba-tiba datang dan mendekatinya."Oh, ini ayahnya Putri? Halo, salam kenal saya Sri. Ibunya Selly, teman dekat Putri." Wanita itu mengulurkan tangannya dan Handi tanpa basa-basi sedikitpun langsung menjabatnya. Begitu juga dengan Hendra. Mereka saling berkenalan si
Bab 129Handi dan Siti duduk di kursi penonton karena Putri sebentar lagi akan tampil. Gadis kecil itu kini tengah mengikuti arahan dari gurunya.Siti melirik ke arah pria yang duduk tepat di sampingnya. Sejak tadi dia merasa tak nyaman karena mengingat tentang perbuatan putrinya yang bisa dibilang cukup sembrono.Mau tak mau, Siti harus meminta maaf pada majikannya. Wanita itu perlahan mendekatkan tubuhnya ke arah Handi dan mulai berbisik pelan."Pak, terima kasih karena sudah datang ke sekolah dan berpura-pura untuk menjadi ayahnya Putri. Tapi sungguh saya minta maaf atas kejadian tadi, Pak."Handi melirik sekilas dan pria itu mengangguk perlahan. "Nggak apa-apa," balasnya.Kening Siti terlihat berkerut. Tapi setidaknya wanita itu bersyukur karena sang majikan tak marah sama sekali.Siti menarik tubuhnya kembali dan memandang area panggung yang kini acaranya sudah dimulai."Semoga Putri bisa membacakan puisinya dengan lancar," lirihnya.Tak berselang lama, Putri naik ke atas pangg
Bab 130"Cantik," lirih Handi.Wajah Siti terlihat merona. Tapi sebelum wanita itu menanyakan soal maksud dari ucapan sang majikan, Putri berlari sambil memanggil nama Siti."Ibu!"Siti menoleh dengan cepat. Dilihatnya sosok gadis kecil yang kini berlari mendekatinya. Wanita itu langsung berdiri dan berjongkok untuk bersiap memeluk Putri. Kini, ibu dan anak itu saling berpelukan erat. Semua orang yang melihatnya, juga merasa bahagia. Begitu juga dengan Handi.Putri melirik ke arah Handi dan menatap lekat sosok pria itu sambil memberi kode untuk mendekat. "Ayah, peluk aku juga!"Wajah Handi terlihat memerah. Pria itu mengangguk perlahan dan langsung mendekat. Tapi Handi tak berani untuk ikut berpelukan karena Siti kini tengah memeluk anaknya. Pria itu hanya berjongkok tepat di samping Siti dan mengelus pelan puncak kepala Putri."Kamu hebat, Put."*Adi terkekeh pelan karena pria itu sangat yakin kalau mantan istrinya saat ini pasti tengah menyesal. Dia sengaja tarik ulur agar bisa m
Bab 131Handi meletakkan tas kerjanya dan pria itu langsung bergegas untuk menyalakan komputer. Pertanyaan Tatang sempat membuatnya salah, tapi dia dengan cepat langsung beralasan bahwa kebaikannya itu hanya sekedar perhatian di antara atasan dan bawahan. Tak lebih dari itu semua."Ekspresi wajahnya tadi membuatku tak nyaman," lirihnya. Meski Tatang telah mendengar penjelasan dari majikannya, pria itu tak percaya begitu saja. Tatang justru tersenyum tipis dan Handi berhasil dibuat kikuk.Rosa yang baru saja pergi ke bagian manajemen pengelolaan data terlihat terkejut ketika tahu kalau sang atasan telah tiba di kantor. Wanita itu memberi salam sekedarnya dan langsung memberikan laporan tentang pembangunan kantor cabang yang sampai kini belum juga terlihat."Maaf, Pak. Ini laporan tentang pembangunan kantor cabang," ujarnya seraya menyerahkan sebuah dokumen berwarna biru tua.Handi mengangguk perlahan dan langsung menerimanya. Mata pria itu kini beralih membaca setiap laporannya. "Ini
Bab 132Handi segera menutup pintu rumahnya. Pria itu berbalik dan mendapati sosok wanitanya baru saja keluar dari dapur. Raut wajahnya yang sejak tadi tampak begitu dingin dan juga acuh itu kini dihiasi dengan senyuman.Siti yang menyadari kepulangan sang majikan, juga ikut tersenyum tipis malu-malu.Wanita itu menyapa sesaat dan langsung masuk ke dalam kamarnya. Sedangkan Sumi dan Bi Yati saling terkekeh pelan ketika melihat sang majikan diam-diam tertarik pada Siti."Liat 'kan, Bi? Dugaan kita nggak mungkin salah," bisiknya.Bi Yati mengangguk setuju. Ketertarikan Handi semakin jelas ketika berhadapan dengan Siti."Iya, Sum. Tapi Siti kok kelihatannya nggak peka, ya?"Sumi menggeleng pelan. Terkadang dia juga merasa gemas dengan tingkah Siti."Nggak tahu, Bi. Kayaknya Mbak Siti belum terlalu buka hati buat orang yang baru. Ya ... kita maklum saja. Mbak Siti dulu sempat menghadapi hal buruk. Wajar kalau dia kini jadi abaikan perhatian dari lawan jenis. Mbak Siti juga kelihatannya ma
EndingAdi berlari sejauh mungkin ketika pria itu menyadari ada sebuah mobil yang sejak tadi mengikutinya dari belakang."Sial! Masa aku gagal lagi?!"Putri terlihat sangat ketakutan dan gadis kecil itu juga kelelahan karena sejak tadi ditarik dengan paksa oleh Adi. Mereka berdua terus berlari tanpa memperhatikan apapun.Handi menginjak pedal gasnya dan mengemudikan mobilnya jauh lebih cepat dari biasanya ketika melihat sosok Adi. Kemarahan yang ada di dalam hatinya itu semakin memuncak ketika melihat pria itu menarik anaknya."Aku nggak akan pernah melepaskanmu Adi!" Dengan cepat, dia langsung mengerem mobilnya ketika berada tepat di hadapan Adi dan berhasil menghadangnya.Adi terjatuh karena terkejut. Begitu juga dengan Putri. Handi tanpa basa-basi langsung keluar dari mobilnya, dia berjalan mendekat dengan perasaan yang begitu marah."Kamu sudah sangat keterlaluan dan melewati batas dari kesabaranku, Adi. Kamu sudah berani mengusik keluargaku!"Adi tercengang dan merasakan nyalinya
Bab 326Setelah Eva berhasil diamankan oleh polisi, Siti berlalu pergi untuk menemui mantan ibu mertuanya. Wanita itu telah mendapatkan kabar dan juga bukti begitu banyak dari sang suami bahwa sebenarnya orang-orang terdekatnya terlibat soal anaknya yang menghilang.Siti tak ingin diam saja. Selama suaminya kini berjuang untuk menemukan anaknya, dia akan menangkap orang-orang yang terlibat dari masalah ini.Sumi dan Bi Yati yang ikut menemani juga merasa kaget karena Siti terlihat begitu berubah seolah menjadi wanita lain."Mbak," panggil Sumi dengan perasaan yang sedikit takut.Siti tampak menoleh sekilas dan wanita itu tersenyum tipis seolah memberikan kode bahwa dia baik-baik saja."Ti, Bibi harap masalah ini segera selesai dan Putri bisa ditemukan dalam keadaan yang baik-baik saja."Siti menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku juga berharap begitu, Bi. Aku tidak akan diam saja jika ada satu luka di kulit Putri."Hanya butuh waktu sekitar 10 menit saja hingga wanita itu sampai tepat
Bab 325Handi dan Selina telah masuk ke rumah dan mendapati keadaan yang begitu berantakan. Mereka lantas berkeliling untuk mencari bukti lebih banyak.Handi menemukan seragam sekolah anaknya dan pria itu bisa yakin bahwa wanita yang sempat memberikan informasi itu tak berbohong sama sekali.Selina menghela napas perlahan. "Maaf, Pak. Sepertinya karena tindakan saya yang terlalu ceroboh, Adi jadi kabur begitu saja dan membawa semua bukti-buktinya."Handi terdiam. Tiba-tiba saja dia mendengar suara ponsel yang berdering.Dua orang yang tengah ada di dalam ruang tamu itu tampak menoleh dengan terkejut. Mereka kini berusaha untuk menemukan ponsel yang berdering karena sadar itu bukan milik dari mereka masing-masing.Selina menyingkirkan salah satu bantal dan menemukan ponsel. Dia sadar kalau ini adalah milik Adi."Pak, saya menemukannya! Ini ponsel milik Adi dan sepertinya karena terburu-buru dia jadi meninggalkannya."Handi dengan cepat langsung merebutnya. "Ini ... darimana dia bisa me
Bab 324Handi telah sampai di tempat yang baru saja dikatakan oleh sosok wanita misterius. Dia juga telah menghubungi pihak kepolisian untuk ikut datang.Pria itu bergegas turun sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar. Padahal sosok wanita itu mengajaknya bertemu di tempat ini, tapi dia tak melihat sosoknya sama sekali."Apa jangan-jangan wanita itu hanya berbohong dan mencoba untuk mengecohku?"Dia merasa takut kalau informasi yang sempat didengarnya itu hanyalah palsu dan membuatnya jadi terkecoh hingga tak jadi pergi ke kantor polisi.Handi mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merasa kesal dan berniat untuk kembali masuk ke dalam mobilnya. Tapi sayup-sayup telinganya mendengar suara rintihan seorang perempuan. Dia lantas mengedarkan pandangannya ke sekeliling lagi dan memicingkan matanya ketika melihat sosok wanita yang ada di kejauhan tergeletak di jalanan."Itu ... Hah? Jangan-jangan itu dia!"Tanpa basa-basi sedikit pun dia langsung berlari mendekat. Dilihatnya sosok wanita ya
Bab 323Selina dengan cepat langsung pergi keluar meski rencana awalnya tak berhasil. Tapi wanita itu akan tetap berusaha untuk menyelamatkan Putri.Wanita itu bergegas pergi ke salah satu tempat yang cukup sepi agar bisa menelepon dengan nyaman.Wanita itu meraih salah satu ponsel rahasia miliknya dan langsung mencoba untuk menelepon seseorang. Cukup lama hingga panggilannya itu akhirnya diangkat."Halo, siapa ini?""Pak, saya yakin anda tahu. Beberapa kali saya mencoba untuk mengirimkan bukti-bukti mengenai kejahatan Adi dan Yayuk.""Kamu ...""Ya, benar. Tapi ada hal lain yang jauh lebih penting. Putri, anak anda diculik."Mata pria yang ada di ujung telepon sana tampak terbelalak kaget. Dia yang tengah mengemudikan mobilnya itu sontak langsung mengerem secara mendadak."Bagaimana kau tahu soal anakku yang diculik?" Tak bisa dipungkiri saat ini dia merasa sangat curiga.Selina menghela napas berat. "Ini tak penting sama sekali. Tapi saya tahu di mana keberadaan Putri dan jika Bapa
Bab 322Handi bergegas meraih jaketnya setelah pria itu mendapatkan panggilan penting dari pihak kepolisian.Siti yang tengah duduk itu sontak langsung menatap suaminya dengan tatapan heran."Mas, kamu mau pergi ke mana?"Pria itu tampak menoleh dan diam sejenak. "Mas akan pergi ke kantor polisi karena tadi baru saja mendapatkan panggilan dan katanya ada sedikit titik terang mengenai keberadaan Putri."Mata Siti seketika terbelalak lebar setelah mendengar penjelasan suaminya. "Apa benar, Mas? Kalau begitu aku juga ikut denganmu."Pria itu dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Kamu di rumah aja, Ti. Biar Mas yang akan menyelesaikan semua masalah ini."Pri itu tahu dengan jelas kalau kondisi tubuh istrinya sedang tak baik-baik saja sebab wanita itu terus saja memikirkan berbagai kemungkinan buruk mengenai Putri. Dia tak ingin membuat suasana jadi jauh lebih buruk.Siti merasa sedikit kecewa karena takut ijinkan untuk ikut pergi ke kantor polisi. Namun wanita itu juga tak bisa
Bab 321Siti menoleh ke arah suaminya dengan cepat. "Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang, Mas?""Tenang dulu." Pria itu lantas mengulurkan segelas air putih pada istrinya. Siti dengan cepat langsung meminumnya, namun dia tetap saja merasa khawatir."Mas, kita nggak mungkin diam saja seperti ini. Apa yang diinginkan oleh penculik? Uang? Berapa banyak? A-aku punya uang jadi--""Stop, Siti!" Wanita itu langsung diam. Dia yang tadinya tengah merasa sangat kebingungan itu kini perlahan mulai menangis. Dia benar-benar hampir gila karena masalah ini.Handi dengan cepat langsung memeluk agar bisa menenangkannya."Ti, tenang ... kita akan cari solusinya sama-sama."Baik Sumi, Bi Yati, Tatang dan Dadang bisa merasakan kesedihan yang begitu mendalam di sepasang suami istri ini.Padahal mereka belum lama menikah namun telah dipertemukan oleh banyak masalah yang berat dan juga rumit.Setelah merasa istrinya sedikit tenang, pria itu langsung melepaskan pelukannya. Dia kembali beralih menatap
Bab 320Siti melipat mungkin ada juga sajadahnya setelah wanita itu selesai menunaikan salat. Matanya terlihat begitu sembab karena sampai sore ini pun masih belum ada kabar mengenai keberadaan anaknya.Namun dia tak ingin larut dalam kesedihan dan wanita itu akhirnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah. Dia tak mungkin membuat orang-orang di rumah ini merasa khawatir terus menerus padanya.Perlahan wanita itu mulai menapaki tangga setelah keluar dari kamarnya. Tapi entah mengapa dia merasakan atmosfer yang cukup berbeda seolah-olah semua orang yang ada di rumah ini tengah merasa tegang.Siti mengerikan pening ketika melihat sosok suaminya kini berada tepat di ruang tamu. Sumi dan Bi Yati juga ada di sana. Bahkan Tatang dan Dadang juga secara kebetulan berada tepat di dalam rumah."Ada apa ini?"Suara Siti telah berhasilkan mengejutkan semua orang dan mereka kini terlihat sangat kikuk.Siti semakin merasa heran, dia mendekat sambil mengerutkan keningnya."Kok malah pada diem aja? A
Bab 319Selina membuka pintu kamarnya dan benar saja, pria yang tak lebih dari benalu itu kini masih tertidur lelap seolah dia tak pernah melakukan kesalahan apapun.Selina menghela napas berat. Apa dia tak sadar kalau belum memberi makan anaknya sendiri?Dia masih tak menyangka karena ada sosok ayah yang begitu tega seperti Adi.Namun marah-marah seperti ini juga tak ada gunanya sama sekali karena pria itu tak mungkin mau mendengarkannya. Dibandingkan harus meluangkan waktu untuk marah-marah, dia memutuskan untuk segera pergi ke lemari bajunya dan mencari pakaian yang pas dikenakan Putri.Cukup lama dia berkutat untuk mencari pakaian, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dari belakang dan berhasil membuatnya terpekik kaget."Kamu kaget, ya?" suara berat seorang pria telah berhasil menggetarkan gendang Selina.Wanita itu kini tampak tersenyum kikuk. "Ah, Mas ... kamu kenapa malah ngagetin aku, sih?"Adi hanya diam. Pria itu merasa seolah-olah berada di awan karena memili