Bab 114Sepanjang perjalanan menuju rumah, Handi hanya diam sambil memandang ke arah buket bunga yang terletak tepat di sampingnya. Entah mendapatkan ide dari mana pria itu memutuskan untuk membeli hadiah kecil yang nantinya akan diberikan pada Siti. Handi sendiri sejujurnya tak tahu hal ataupun benda yang disukai oleh Siti. Namun setidaknya dia membeli sebuah barang yang kemungkinan besar akan diterima oleh Siti.Rasanya dia ingin membuat wanita itu bahagia dan melupakan sedikit rasa sakit karena pernikahannya yang gagal. Handi tahu kalau sebuah buket bunga tak akan pernah cukup untuk membuat hati seseorang yang tengah terluka bisa sembuh.Tapi dia ingin mencoba, demi Siti dan demi melihat wanita itu tersenyum kembali.Tak perlu waktu lama mobil yang tengah ditumpanginya itu sampai tepat di depan rumah.Tatang menghentikan mobilnya tepat di halaman rumah sang majikan. Pria itu tampak melirik ke arah kaca kecil yang berada tepat di atasnya dan mengamati sosok sang majikan yang hanya
Bab 115"Kenapa aku malah mengatakan omong kosong padanya, sih?!" gerutunya kesal setelah menutup pintu kamar.Handi menyesal karena telah melakukan hal bodoh dan membuat orang lain menjadi salah paham. Padahal pria itu hanya tak ingin membuat suasana jadi canggung. Tapi ternyata dia justru melakukan kesalahan besar."Bodoh ... aku bodoh!" Pria itu mengacak-acak rambutnya dengan kasar.Kita peduli seberapa besar rasa penyesalan yang mulai muncul di dalam hatinya, Handi hanya bisa menyalahkan diri sendiri.Pria itu duduk di samping tempat tidur. Biasanya dia akan langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tapi entah mengapa dia kini telah kehilangan begitu banyak semangat."Ha ... seharusnya aku jujur padanya," lirihnya lagi.Handi menatap pintu kamarnya yang kini tertutup rapat. Dia masih ingat dengan jelas ekspresi wajah Siti, wanita itu terlihat muram setelah tahu alasannya membawa buket bunga."Apa dia sedih?" Wajah Siti terlihat begitu muram dan Handi makin menyesal.
Bab 116Setelah Siti bercerai dengan Adi, wanita itu hampir tak pernah lagi menghadapi masalah. Seolah semua hal yang sempat membelenggu telah hilang dengan sempurna.Wanita itu mulai menjalani hidupnya dengan tenang bersama dengan Putri. Gadis kecil itu juga mulai terbiasa tanpa mempertanyakan kehadiran sang ayah.Tapi, Siti juga sadar bahwa dia harus tetap menjelaskan segalanya pada Putri. Siti melirik ke arah gadis kecilnya yang kini tengah belajar. Wanita itu tampak tersenyum tipis seraya mengelus pelan puncak kepala gadis kecilnya dengan lembut."Put, Ibu mau bicara. Bisa dengerin dulu dan tutup bukunya sebentar?"Putri menoleh sekilas dan gadis kecil itu langsung mengangguk dengan cepat."Bicara apa, Bu?" tanyanya sambil menutup buku tulisnya.Siti meremas tangannya sendiri sambil menarik nafas panjang. "Ibu dan Ayah sudah tak bersama lagi. Ibu nggak akan bisa tinggal lagi sama Ayah, begitu juga sebaliknya. Tapi, Putri masih bisa kok sesekali ketemu Ayah atau nginap di rumahnya
Bab 117"Aamiin ya rabbal'alamin," Siti mengusap wajahnya dengan kedua tangan setelah wanita itu selesai berdoa. Perlahan Siti mulai melepaskan mukena yang tengah dikenakan dan melipatnya dengan rapi serta menaruhnya tepat di atas sajadah.Setiap kali selesai beribadah dia merasa begitu tenang karena bisa mencurahkan seluruh isi hatinya pada Sang Pencipta. Baginya tak ada tempat yang paling nyaman untuk berkeluh kesah selain kepada Tuhan.Pandangan wanita itu kini beralih menatap ponsel yang tergeletak tepat di atas meja. Dia lantas meraihnya dan mulai membuka akun sosial media.Seketika matanya terlihat membulat dengan sempurna. Rasanya dia begitu senang sekaligus terkejut."Ya Allah, Alhamdulillah karyaku kali ini juga dapat respon yang bagus," ujarnya penuh syukur.Mata Siti terlihat berbinar senang kala melihat notifikasi di akun media sosialnya. Beberapa penggemar memberi dukungan setelah membaca karya terbarunya.Padahal Siti baru memposting satu BAB saja, tapi nyatanya rezeki m
Bab 118Handi membuka pintu ruang kerja setelah selesai membersihkan dirinya. Siang tadi dia baru saja membeli sebuah novel yang tengah booming karena menjadi best seller selama satu bulan belakangan."Cinta diatas Luka ... judul yang bagus, aku harap isinya juga begitu." Cukup mengherankan bagi pria dingin seperti dirinya karena menyukai novel atau film romansa. Apalagi Handi selama ini terkenal sebagai pria yang dingin dan terlihat begitu acuh soal masalah percintaan.Ada satu hal yang selalu disembunyikan oleh Handi. Sejujurnya dia memang mempercayai cinta, tapi tidak dalam dunia nyata karena menurutmu cinta yang paling tulus dan juga sempurna hanya berasal dari seorang ibu. Itulah sebabnya dia hampir tak pernah membuka hati untuk siapapun. Terlebih lagi dia tahu kalau beberapa wanita yang mencoba untuk mendekat hanya memikirkan soal uang dan juga kedudukan. Tak ada yang tulus ataupun benar-benar mencintai nya."Ya ... semua itu hanya angan belaka," lirihnya.Handi duduk di sofa
Bab 119"Apa ada sesuatu yang salah?"Siti menggelengkan kepalanya dengan cepat saat mendapatkan tatapan tajam dari sang majikan. Dia tak bermaksud untuk membuat majikannya merasa malu. Hanya saja dia terlalu terkejut karena melihat novel buatannya ternyata tengah dibaca oleh Handi."Enggak ada yang salah kok, Pak. Saya cuma kaget karena melihat novel yang lagi dibaca sama Bapak," ujarnya.Wajah Handi kini terlihat dihiasi dengan sedikit semburat merah merona karena salah tingkah sebab salah satu kelemahannya telah diketahui oleh orang lain.Pria itu sendiri takut akan dinilai aneh karena membaca novel bergenre romansa."Cuma iseng aja," kilahnya.Siti tersenyum tipis sambil mendekati sang majikan dan meletakkan sepiring makan malam ke atas meja."Nggak ada salahnya jika seorang pria membaca novel bertema romansa apalagi rumah tangga, Pak. Itu wajar saja karena setiap orang pasti memiliki selera yang berbeda."Ucapan Siti barusan terasa seperti angin segar bagi Handi. Padahal pria itu
Bab 120Selama masa iddah, Siti menjalaninya dengan hikmat dan juga mencoba untuk memberikan sedikit jarak dengan sang majikan agar tak terlalu dekat.Tapi beberapa kali mereka sempat menjalin diskusi mengenai tentang novel yang tengah booming. Putri juga tak lagi menanyakan soal ayahnya karena gadis kecil itu sudah tahu tentang hubungan Siti dan Adi.Siang ini gadis kecil itu baru saja pulang dari sekolah. Putri terlihat cukup lucu karena anak kecil memang sering kali mengotori seragamnya sendiri."Assalamualaikum, Putri pulang!"Sumi yang baru saja keluar dari kamarnya itu tampak tersenyum tipis setelah melihat Putri."Waalaikumsalam ... Kayaknya lagi seneng, nih! Ada apaan, Put? Cerita dong!"Seperti biasanya hubungan mereka berdua memang dekat layaknya sahabat. Tak peduli seberapa jauh umur Putri dan Sumi, keduanya tetap menjadi teman karena Sumi memang pandai dalam ngemong anak kecil.Siti tersenyum tipis. "Put, ganti bajunya dulu baru cerita sama Mbak Sumi."Gadis kecil itu men
Bab 121Kening Handi terlihat berkerut setelah dia membuka pintu rumahnya. Tampak Siti dan Putri begitu antusias seolah ada sesuatu yang besar dan menyenangkan akan terjadi.Namun pria dingin itu tentu saja tak ingin bertanya lebih dulu. Handi memilih pura-pura tak tahu apapun."Assalamualaikum," ujarnya.Dua orang yang tengah asik itu kini menoleh. Pandangan Putri terlihat dihiasi dengan binar penuh kebahagiaan. Tapi tidak dengan Siti. Wanita itu justru menundukkan kepalanya seolah tengah menyembunyikan sesuatu. "Eh, Om Handi sudah pulang?"Handi mengangguk pelan. Pria itu tampak mengendurkan dasinya dan juga melipat lengan kemejanya.Putri mendekat dan gadis kecil itu tiba-tiba menyambar tangan Handi. Dengan lembut dia menyalaminya."Waalaikumsalam ... Ibu tadi masak kwetiau goreng buat makan malam lho, Om!"Handi mengangkat salah satu alisnya. Pandangan pria itu kini melirik ke Siti. Dan, Siti menganggukkan kepala pelan."Iya, Pak. Makan malam hari ini kwetiau goreng," ujarnya mem