Home / Romansa / Kasih Putih / Chapter 6: Kapan Hamil?

Share

Chapter 6: Kapan Hamil?

Author: Karlina Abbas
last update Last Updated: 2021-05-01 20:11:15

Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri.

Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut.

Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.

Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka berdua. Audrey seringkali mengajak Devian untuk mencoba berkonsultasi, tetapi Devian tidak mau dan merasa mereka sehat-sehat saja.

Devian juga bilang itu semua sudah ketentuan dari yang Maha Kuasa, tugas kita hanya bersabar menunggu.

"Mas ..." panggil Audrey.

"Kenapa, Sayang?" tanya Devian sambil mengecup tangan Audrey dengan mesranya.

"Aku takut pasti Mama menanyakan lagi soal anak," keluh Audrey.

"Kamu jangan takut yah, aku bakalan ada di samping kamu terus." Aiden berusaha menenangkan kegundahan Audrey.

"Mas aku takut kalau aku man-"

"Audrey tolong, aku nggak pengen denger kamu ngomong kayak gitu. Kita berdua sehat, kamu meragukan takdir yang Tuhan rencanakan?" tanya Devian mulai geram mendengar Audrey mengucapkan kata yang tak seharusnya.

"Aku cuma takut, Mas. Kita nggak ada yang tau, aku sering ngajak kamu buat periksa dan konsultasi tapi kamu sering menolak," ujar Audrey sambil memandang keluar jendela mobil.

'Aku bukannya nggak mau, Audrey. Tapi aku takut kenyataan itu menyakiti kamu, Sayang,' batin Devian.

"Udah aku nggak pengen kita bahas ini, nanti ujung-ujungnya kita berdebat satu sama lain. Tetap berpikir positif aja, kalau kamu percaya Tuhan itu ada, maka ikuti alurnya dan sabar menunggu," ucap Devian ingin menyudahi pembicaraan yang tak ada habisnya.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, tibalah Audrey dan Devian di rumah yang sangat megah dan terlihat mewah dari luar, apalagi di dalamnya. Orang-orang mungkin akan terkesima dan bertanya-tanya, berapa miliyar uang yang dikeluarkan untuk membangun rumah megah itu?

"Assalamualaikum," salam Audrey dan Devian bersamaan.

"Wa'alaikumussalam," jawab anggota keluarga Devian, termasuk mertua Audrey.

Audrey dan Devian pun masuk ke dalam dan bergabung dengan anggota keluarga yang lain. Audrey duduk di samping Devian dan tak ingin jauh-jauh dengannya.

"Audrey sini, Sayang," panggil mama mertua Audrey. Audrey yang mendengar dirinya dipanggil, langsung saja menatap Devian dengan pandangan takut. Tetapi Devian mengatakan agar Audrey menuju mamanya dan dia akan memantau Audrey dari tempat duduknya.

"Iyah Ma, ada apa?" tanya Audrey yang sudah duduk di samping Mama mertuanya.

"Usia pernikahan kalian sedikit lagi satu tahun bukan?" tanya Dilla, Mama mertua Audrey. Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Untung saja di sini hanya ada Audrey dan Dilla, kerena anggota keluarga yang lain sedang menikmati hidangan. Kalau tidak Audrey akan malu ditanya seperti itu. Audrey sudah bisa menebak pertanyaan apa yang akan Mama mertuanya itu lontarkan.

"Kapan kalian mau punya anak?" tanya Dilla sambil menatap Audrey. Audrey sudah mengira pasti pertanyaan ini yang akan Dilla tanyakan.

"Kami masih berusaha, Ma. Mungkin Tuhan belum mempercayai kami," jawab Audrey berusaha tenang.

"Kamu tau bukan, kalau Devian itu anak tunggal? Keluarga kami butuh penerus dan kami juga tak sabar ingin menimang cucu pertama kami, Audrey," jelas Dilla.

Audrey hanya terdiam dan ingin sekali dirinya menjerit mengatakan bahwa, dia juga ingin mempunyai anak. Tetapi, kenapa semua orang tidak mengerti dan terus saja mendesaknya?

"Aku juga anak tunggal kalau Mama tau itu. Tetapi orang tuaku tak pernah memaksa dan mendesakku," ucap Audrey dalam hatinya.

"Apa kamu sudah mengajak Devian untuk berkonsultasi dengan dokter?" sambung Dilla bertanya lagi.

"Be-belum, Ma. Mas Vian nggak mau kalau aku ngajak ke dokter," ungkap Audrey.

"Kalian harus berkonsultasi, Audrey! Mama takut kalian gak bisa punya anak. Mama rasa Devian sehat-sehat saja," ucap Dilla.

"Terus Mama menganggap aku yang bermasalah gitu?" tanya Audrey mulai geram dengan perkataan mama mertuanya itu. Dilla menganggap seolah-olah dirinya lah yang bermasalah.

"Yah mungkin saja. Makanya kalian harus berkonsultasi untuk mengetahui, kenapa sampai sekarang kamu belum hamil," jawab Dilla memaksa kehendaknya.

"Ma, itu semua Tuhan yang menentukan. Kita cuma bisa berencana dan sabar menunggu hasilnya," ucap Audrey berusaha sabar menghadapi mama Mertuanya itu.

"Udahlah, susah memang ngomong sama orang keras kepala. Mama bakalan desak Devian supaya kalian periksa ke dokter. Mama bukannya mau ikut campur dengan urusan rumah tangga kalian, tapi Mama iri lihat teman-teman Mama yang sering pamer cucu-cucu mereka," ucap Dilla dengan sedih.

Audrey hanya diam dan bingung dengan semuanya. Dirinya butuh ketenangan bukan desakkan yang membuat pikirannya tak pernah tenang.

"Sayang, aku lapar," ucap Devian menghampiri istrinya.

"Ya udah, ayo aku temani Mas makan," ucap Audrey. Audrey bersyukur Devian menyelamatkan dirinya dari mama mertuanya yang terus saja merecoki dirinya.

"Ma, Devian ambil istri Devian dulu yah, nanti lagi kalau mau ngobrol," ucap Devian.

"Iyah, Mama mau nanti malam kalian menginap di sini," ucap Dilla sambil menatap anak dan menantunya. Audrey langsung menatap Devian dengan tatapan meminta Devian menolaknya.

Devian pun mengerti dan berucap, "Ma, besok Vian harus kerja. Jadi kapan-kapan aja yah kami nginapnya."

"Mama maunya kalian menginap malam ini! Apa kamu udah nggak sayang lagi sama Mama, Vian? Kamu beberapa bulan ini seolah-olah menghindari kami, sebenarnya ada apa dengan kalian hah?"

"Bukan gitu Ma, Vian emang sibuk. Bukan bermaksud mengindari kalian," jawab Devian kepada Mamanya itu.

"Ya udah, kalau kalian nggak ada apa-apa sama kami, kalian harus menginap di sini! Nggak ada bantahan lagi. Kami ingin menikmati waktu dengan kalian Devian, kenapa kamu sebagai anak tak mengerti itu?" tanya Dilla dengan ekspresi sedih. Devian pun tak punya pilihan lain selain mengiyakan permintaan Mamanya itu.

Sedangkan Audrey menghembuskan nafasnya yang berat dan lelah. Pasti mama mertuanya itu akan membicarakan tentang konsultasi kepada dokter. Audrey sudah pasrah dengan keadaan.

Sekarang Audrey tengah menemani Devian makan. Audrey menatap makanannya dengan tak berselera dan sesekali menghembuskan napas dengan berat.

"Sayang, kok makanannya cuma diaduk? Kamu kenapa hem?" tanya Devian berhenti menyuapi makanan di mulutnya.

"Aku terterkan dengan desakkan keluarga kamu, Mas," jerit Audrey di dalam hatinya.

Audrey masih saja bungkam dan matanya memerah menahan tangis.

"Apa ini tentang perkataan mama? Kalau memang benar, kamu hanya perlu menutup telinga seolah-olah itu hal yang tidak penting, Sayang," lanjut Devian.

"Menutup telingaku? Kamu pikir ini perkara yang mudah dan harus disepelakan, Mas. Keluarga kamu mendesak aku terus-menerus untuk memberikan mereka bayi. Apa mereka tidak punya perasaan dan otak terus saja menanyakan itu?" Audrey mengeluarkan seluruh unek-uneknya yang dia sendiri pun sudah tak tahan.

"Mereka pikir aku tidak ingin punya anak? Aku LEBIH SANGAT INGIN! Tapi Tuhan masih belum mempercayai aku untuk menjadi seorang ibu. Aku lelah," lanjut Audrey dengan nada pelan dan mirisnya.

Devian langsung membawa Audrey ke dalam pelukannya memberikan kekuatan. Devian juga ikut merasakan apa yang dirasakan Audrey. Masalah Audrey, masalah dia juga. Audrey yang sakit, dan Devian juga ikut merasakannya.

"Kita cari solusi sama-sama yah, Sayang. Kamu kuat, aku percaya itu," bisik Devian menenangkan Audrey.

Ini semua tentang waktu dan takdir yang ditetapkan oleh Tuhan. Aku menginginkannya, tetapi kalau Tuhan sudah berkehendak lain, aku bisa apa? Audrey Valencia.


To be countinue


Gimana perasaan kalian kalau didesak terus dengan pertanyaan punya anak? Pasti sangat bingung karena itu sudah ketentuan dari Tuhan. Itu yang dirasakan Audrey.

Jangan lupa dukung author dengan memberikan komentar, supaya authornya semangat yah.

Related chapters

  • Kasih Putih   Chapter 7: Desakkan Mertua

    Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.

    Last Updated : 2021-05-01
  • Kasih Putih   Chapter 8: Kenyataan Pahit

    Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.

    Last Updated : 2021-05-03
  • Kasih Putih   Chapter 9: Menuduh Clarita

    Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.

    Last Updated : 2021-05-05
  • Kasih Putih   Chapter 10: Mengungkapkan Semuanya

    Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.

    Last Updated : 2021-05-15
  • Kasih Putih   Chapter 11: Pernyataan Cinta Arvin

    Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.

    Last Updated : 2021-05-26
  • Kasih Putih   Chapter 1: Rasa Penasaran

    Terlihat dua orang perempuan tengah berjalan bersama di pusat perbelanjaan. Mereka berdua adalah Clarita Valentine dan Audrey Valencia. Mereka berdua bersahabat dan menganggap satu sama lain kakak dan adik.Umur Clarita sendiri 22 tahun dan Audrey 24 tahun. Mereka berdua bersahabat dari masa SMA dan sampai sekarang persahabatan mereka masih saja awet. "Dek, aku mau cerita sama kamu," ujar Audrey. Memang Audrey memanggil Clarita dengan sebutan 'Dek' atau Cla karena sudah dekat sekali. "Cerita apa, Kak?" tanya Clarita sambil memakan makanannya.

    Last Updated : 2021-04-30
  • Kasih Putih   Chapter 2: Arvin Mencoba Mendekati Clarita

    Clarita sudah selesai dengan tugasnya di sekolah begitupun dengan rapat. Clarita mengemasi barang-barangnya di meja untuk segera pulang, tiba-tiba saja seseorang menghampirinya."Bu Clarita mau pulang?"Clarita yang mendengarkan namanya disebut langsung melihat siapa yang mengajaknya mengobrol. "Iyah nih, Pak Arvin. Pak Arvin mau pulang juga?" tanya Clarita kepada Arvin. Arvin Deon adalah guru olahraga dan memendam rasa sejak lama kepada Clarita. Masih muda dan terlihat tampan, banyak guru muda di sekolah menyukainya, tetapi hatinya hanya mengingkan Clarita seorang.

    Last Updated : 2021-04-30
  • Kasih Putih   Chapter 3: Bertemu Devian

    "Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant

    Last Updated : 2021-04-30

Latest chapter

  • Kasih Putih   Chapter 11: Pernyataan Cinta Arvin

    Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.

  • Kasih Putih   Chapter 10: Mengungkapkan Semuanya

    Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.

  • Kasih Putih   Chapter 9: Menuduh Clarita

    Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.

  • Kasih Putih   Chapter 8: Kenyataan Pahit

    Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.

  • Kasih Putih   Chapter 7: Desakkan Mertua

    Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.

  • Kasih Putih   Chapter 6: Kapan Hamil?

    Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber

  • Kasih Putih   Chapter 5: Masuk Rumah Sakit

    Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T

  • Kasih Putih   Chapter 4: Perasaan Bersalah Audrey

    Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be

  • Kasih Putih   Chapter 3: Bertemu Devian

    "Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status