Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya.
Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? Tak berapa lama keluarlah Devian dengan langkah tergesa-gesa menuju Clarita. "Ikut saya!" ucap Devian sambil menarik tangan Clarita dengan kuat. Clarita yang mendapatkan perlakukan tersebut langsung saja menolak dan berusaha melepaskan tangannya yang ditarik Devian dengan kuat, mungkin saja tangan Clarita sudah memerah akibat tarikan Devian. "Apa-apaan ini, lepaskan tangan saya! Jangan Anda bersikap tidak sopan kepada saya!" sentak Clarita. "Kamu harus ikut saya, karena kamu Audrey masuk rumah sakit!" kata Devian dengan suara meninggi. Banyak pasang mata yang melihat interaksi keduanya, ingin tau masalah apa yang terjadi. Clarita yang mendengar hal itu langsung saja syok dan tak menyangka."A-ada apa dengan Kak Audrey?" tanya Clarita panik.
"Kamu ikut saya dan jangan banyak tanya! Kalau sesuatu yang terjadi dengan Audrey, kamu orang pertama yang akan saya salahkan!" jawab Devian dan langsung menyeret Clarita masuk ke dalam mobilnya. Di dalam perjalanan Clarita sangat gelisah, dia takut terjadi sesuatu dengan Audrey. Saat Clarita menanyakan lagi kepada Devian, Devian bungkam dan hanya mengepalkan tangannya dengan kuat. "Ya Tuhan, semoga saja Kak Audrey tidak apa-apa. Apa mungkin ini gara-gara aku menjauh darinya? Kalau memang benar aku tak akan memaafkan diri aku sendiri," ucap Clarita di dalam hatinya.Devian dan Clarita pun masuk ke dalam rumah sakit besar yang berada di kota mereka. Clarita mengikuti langkah Devian yang lebar sehingga dia harus berlari untuk menyamai langkah Devian. Tibalah mereka di ruang rawat dan Clarita pun ikut masuk ke ruangan itu. "Sayang, aku bawa wanita ini," ucap Devian saat masuk ke dalam kamar inap istrinya itu. Clarita sedikit kesal dengan Devian. Dia mempunyai nama, kenapa harus mengatakan dengan sebutan 'wanita ini' sungguh Devian manusia yang sombong dan menyebalkan..
"Nggak perlu berterima kasih, itu udah kewajiban dan tanggung jawab aku sebagai suami kamu, Sayang," balas Devian sambil mengecup kening Audrey. Bik Semah dan Clarita hanya tersenyum melihat adegan romantis keduanya. ***Audrey pun tertidur setelah makan dan meminum obat. Ternyata Audrey hanya stress ringan dan kehilangan nutrisi karena tidak mau makan dan banyak pikiran karena masalahnya dengan Clarita. Seharusnya Clarita harus tau kalau Audrey tak boleh banyak pikiran dan masalah, pasti akan berakhir pingsan dan stress. Kemarin Clarita hanya terbawa suasana dengan perkataan Devian, ditambah lagi waktu Devian menabrak dirinya. Dengan mengatakan barang-baranya yang murahan. Hey, seharusnya Clarita bangga dia bisa berbelanja dengan uangnya sendiri. Bukan mengemis atau menjual tubuhnya. Devian dengan segala sifat angkuhnya. "Jujur saya malas sekali untuk mencari kamu. Kalau bukan karena permintaan Audrey saya tak sudi menjemput kamu!" ujar Devian kepada Clarita yang sedang berada di luar ruangan Audrey. "Saya ingin meminta maaf gara-gara saya Kak Audrey masuk rumah sakit," ucap Clarita merasa bersalah. "Memang itu salah kamu! Saya heran dengan Audrey, kenapa dia ingin berteman dengan kamu? Padahal banyak teman Audrey dari kalangan atas yang lebih baik daripada kamu!" hardik Devuan. Rasanya Clarita sudah kebal dengan perkataan kasar dan sikap suka merendahkan dari Devian. "Apa Anda tau arti dari berteman tanpa memandang kasta? Itu yang Kak Audrey tanamkan kepada dirinya. Sejatinya kita di dunia ini sama dihadapan Tuhan, harta dan tahta yang diberikan Tuhan hanyalah titipan semata," ujar Clarita berusaha tenang menghadapi sikap Devian."Saya tau Anda mempunyai cara tersendiri untuk melindungi orang yang Anda cintai, tetapi bersikaplah yang sesuai dan tidak membuat orang lain terjatuh apalagi dengan lisan Anda yang tajam itu," lanjut Clarita lagi. "Saya pamit pulang dulu, pagi-pagi saya akan datang dan menjenguk Kak Audrey lagi. Titip salam untuknya." Clarita pun pamit dan meninggalkan Devian yang hanya bungkam dan menatap kepergian Clarita. Devian masih berdiri dari tempatnya bersama Clarita tadi. Hati Devian sedikit tersentil dengan perkataan Clarita. Lingkungan pertemanan Devian berbeda dengan Audrey dan juga Clarita. Devian dari kecil hingga dewasa tidak ada temannya yang hidup sederhana, semuanya bergelimang harta dan Devian juga tak pernah merasakan yang namanya kurang materi maupun kasih sayang dari orang tuanya. Semuanya terlihat sempurna dan perfeksionis.Antara wajar tak wajar jika Devian sering merendahkan orang yang berada di bawahnya. Perkataan Clarita sedikit membuat hatinya terenyuh. "Untuk apa aku perduli dengan perkataan tak bermutu wanita itu. Aish, memikirkan perkataannya membuat kepalaku bertambah pusing saja," gerutu Devian dan langsung masuk ke dalam kamar rawat Audrey.To be countinue
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.
Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.
Terlihat dua orang perempuan tengah berjalan bersama di pusat perbelanjaan. Mereka berdua adalah Clarita Valentine dan Audrey Valencia. Mereka berdua bersahabat dan menganggap satu sama lain kakak dan adik.Umur Clarita sendiri 22 tahun dan Audrey 24 tahun. Mereka berdua bersahabat dari masa SMA dan sampai sekarang persahabatan mereka masih saja awet. "Dek, aku mau cerita sama kamu," ujar Audrey. Memang Audrey memanggil Clarita dengan sebutan 'Dek' atau Cla karena sudah dekat sekali. "Cerita apa, Kak?" tanya Clarita sambil memakan makanannya.
Clarita sudah selesai dengan tugasnya di sekolah begitupun dengan rapat. Clarita mengemasi barang-barangnya di meja untuk segera pulang, tiba-tiba saja seseorang menghampirinya."Bu Clarita mau pulang?"Clarita yang mendengarkan namanya disebut langsung melihat siapa yang mengajaknya mengobrol. "Iyah nih, Pak Arvin. Pak Arvin mau pulang juga?" tanya Clarita kepada Arvin. Arvin Deon adalah guru olahraga dan memendam rasa sejak lama kepada Clarita. Masih muda dan terlihat tampan, banyak guru muda di sekolah menyukainya, tetapi hatinya hanya mengingkan Clarita seorang.
Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.
Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T
Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be
"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant