Clarita sudah selesai dengan tugasnya di sekolah begitupun dengan rapat. Clarita mengemasi barang-barangnya di meja untuk segera pulang, tiba-tiba saja seseorang menghampirinya.
"Bu Clarita mau pulang?"Clarita yang mendengarkan namanya disebut langsung melihat siapa yang mengajaknya mengobrol. "Iyah nih, Pak Arvin. Pak Arvin mau pulang juga?" tanya Clarita kepada Arvin. Arvin Deon adalah guru olahraga dan memendam rasa sejak lama kepada Clarita. Masih muda dan terlihat tampan, banyak guru muda di sekolah menyukainya, tetapi hatinya hanya mengingkan Clarita seorang. "Iyah saya juga mau pulang. Mau bareng sama saya Bu pulangnya?" tawar Arvin. Clarita sebenarnya tak enak ingin menolak terus tawaran dari Arvin. Clarita juga tau sebenarnya Arvin menyukainya, teman-teman Clarita yang memberitahukannya. Clarita cuma tak ingin memberikan harapan kepada Arvin, karena memang sekarang dia tak ingin berdekatan dengan siapapun itu. Hari ini Clarita tidak membawa motornya dan tak mempunyai alasan untuk menolak tawaran dari Arvin. "Apa tidak merepotkan Pak Arvin?" tanya Clarita. "Tidak sama sekali, Bu Clarita," jawab Arvin dengan senyuman yang tak luntur dari bibirnya. "Malahan saya suka berdekatan dengan kamu, Clarita," ucap Arvin dalam hatinya. "Ya sudah, ayo Pak kita pulang," lanjut Clarita dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan Arvin yang sedang bahagia, karena Clarita menerima tawarannya itu. Arvin dan Clarita pun pulang bersama. Sebenarnya Clarita sangat risih harus berdekatan dengan lawan jenis, apalagi nanti pandangan tetangganya di tempat kostnya pasti tidak mengenakkan. Clarita berjanji ini kali terakhir dia menerima tawaran dari Arvin. Dia tidak ingin menimbulkan fitnah dan pandangan buruk orang-orang terhadap dirinya. "Terima kasih, Pak Arvin sudah mengantarkan saya pulang," ucap Clarita sambil menyerahkan helm kepada Arvin."Sama-sama, Bu Clarita." Clarita masih menunggu kepergian Arvin, tetapi Arvin tidak juga beranjak dari sana. "Apa ada yang ketinggalan, Pak Arvin?" tanya Clarita bingung. Arvin langsung tersadar dan menggarukkan tengkuknya yang tidak gatal. Arvin menunggu Clarita menawarinya untuk mampir, tetapi Clarita tak peka dan hanya diam saja. "E-eh tidak ada kok, Bu. Saya pamit dulu, selamat sore." Arvin pun meninggalkan tempat kost Clarita dengan perasaan yang sedikit kecewa. ***Clarita telah sampai di depan rumah Audrey. Terlihat rumah dua tingkat yang terlihat megah dan mewah sekali dari luar. Clarita berpikir di luar saja sudah mewah apalagi di dalamnya, beruntung sekali Audrey mendapatkan suami yang mapan."Permisi, Pak," ucap Clarita kepada satpam penjaga gerbang. "Iyah, Non. Mau bertemu dengan Bu Audrey yah?" tanya satpam itu. "Iyah, Pak. Kak Audrey nya ada kan di dalam?""Ada, Non. Kata Bu Audrey nanti langsung masuk aja ke dalam," ujar satpam itu. Clarita pun masuk ke dalam dan berjalan menuju pintu utama. Kaki Clarita rasanya capek sekali berjalan menuju pintu utama. Coba saja tadi dia membawa motor, mungkin dia bisa langsung parkir di sana. Ting tong!!! Clarita memencet bel rumah Audrey dan tak berapa lama seorang pelayan membukanya. "Mbak Clarita, 'kan? Nyonya sudah menunggu di dapur, Mbak. Ayo saya antar," ujar pelayan tersebut.Clarita pun masuk ke dalam rumah Audrey, seketika Clarita tercengang dengan kemewahan yang ada. Rumah itu di desain dengan gaya yang sangat mewah dan membuat siapa saja akan terpukau jika melihatnya. Clarita kadang merasa kurang percaya diri berdekatan dengan Audrey yang mempunyai segalanya, sedangkan dia hanya orang dari kalangan biasa yang hidup sederhana.Tetapi dengan kemurahan hati Audrey, dia selalu mengatakan bahwa kita semua sama di mata Tuhan. Di dunia ini hanya titipan semata dan untuk menguji kita dalam bersikap menghadapi kemewahan ini. "Eh Dek, baru sampai yah?" tanya Audrey dan langsung memeluk Clarita. "Iyah Kak, rumah Kakak bagus kayak istana deh," ucap Clarita dengan kagum. "Hehehe kamu bisa aja deh. Ini aku udah nyiapin semua bahannya dek, tinggal kamu ngajarin aku cara masaknya," ucap Audrey sambil menunjukkan bahan-bahan yang sudah lengkap. "Wah makan besar nih kayaknya, kelihatan fresh semua seafoodnya," seru Clarita dengan mata berbinar. Clarita juga pencinta seafood, karena dia tinggal di pesisir maka setiap hari makan seafood yang dimasak oleh Ibunya. Clarita jadi merindukan ibu dan ayahnya itu. "Iyah tadi aku nyuruh pelayan beli di p***r sambil nyari yang seger," ujar Audrey. "Ya udah, ayo kita masak sambil aku ajarin Kakak." Clarita dan Audrey pun memasak bersama. Kadang Clarita menyarankan kepada Audrey untuk rajin melihat video tutorial supaya nanti kalau dirinya sibuk, Audrey bisa belajar dari video. Tetapi Audrey mengatakan dia lebih suka diajarkan oleh Clarita, karena masakan Clarita sudah seperti masakan restoran bintang lima. "Suami Kakak belum pulang?" tanya Clarita yang tidak melihat keberadaan suaminya Audrey. "Masih kerja, Dek. Sekarang kan udah jam 4 mungkin bentar lagi dia pulang. Aku nyuruh dia supaya nggak lembur dan bisa aku kenalin ke kamu," jelas Audrey. "Suaminya Kakak kerja apa?" tanya Clarita sedikit penasaran. "Dia direktur di perusahaannya sendiri, Dek. Bergerak di berbagai bidang baik itu hotel, restoran, perkapalan, dan masih banyak lagi. Aku aja kadang bingung dengan usaha yang dia jalani, banyak banget," cerita Audrey sambil mengaduk kepiting masak saos yang dia masak dengan Clarita. Clarita yang mendengar itu merasa takjub dan bangga. Makin bertambah saja tidak percaya dirinya berdekatan dengan Audrey, istri pengusaha yang sukses. Clarita berharap semoga jodohnya kelak orang yang bisa menuntun dirinya dengan baik dan juga mapan yang mempunyai pekerjaan yang tetap.Clarita juga tak berharap suaminya kelak kaya raya seperti suaminya Audrey, tetapi Clarita berharap suaminya itu setia kepada dirinya dan mau hidup menua bersama-sama di kala susah maupun senang. "Wah pengusaha sukses yah, Kak?" balas Clarita. "Iyah, Dek. Aku aja bangga ke Mas Devian, di usianya yang menginjak 30 tahun udah sukses dan menjadi eksekutif muda. Mas Devian juga bilang ke aku kalau dia tuh merintis dari bawah tanpa bantuan papanya," cerita Audrey lagi dengan ekspresi bahagianya."Mantep banget deh, semoga Mas Devian dan Kakak langgeng selalu yah," do'a Clarita yang terbaik.
"Aamiin makasih, Dek. Kamu juga cepet nikahnya kalau belom ada crush biar aku yang nyari. Banyak banget temannya Mas Devian yang lagi nyari istri, soalnya mereka sibuk semua sekedar deket sama perempuan," goda Audrey."Hahaha Kakakku ini bisa aja deh. Aku masih pengen nikmatin kesendirian aku, Kak," seru Clarita."Jangan lama-lama sendirinya, aku pengen lihat kamu bahagia dengan pasangan kamu. Jadi nanti kita bisa double date," kata Audrey sambil terkekeh. "Hahaha do'akan saja yang terbaik, Kak," balas Clarita. Keduanya pun melanjutkan memasak seafood. Setelah selesai memasak dan menyiapkan semuanya, Audrey mengajak Clarita duduk di ruang tamu sambil menunggu Devian pulang ke rumah.To be countinue
"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant
Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be
Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.
Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.
Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T
Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be
"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant