Terlihat dua orang perempuan tengah berjalan bersama di pusat perbelanjaan. Mereka berdua adalah Clarita Valentine dan Audrey Valencia. Mereka berdua bersahabat dan menganggap satu sama lain kakak dan adik.
Umur Clarita sendiri 22 tahun dan Audrey 24 tahun. Mereka berdua bersahabat dari masa SMA dan sampai sekarang persahabatan mereka masih saja awet. "Dek, aku mau cerita sama kamu," ujar Audrey. Memang Audrey memanggil Clarita dengan sebutan 'Dek' atau Cla karena sudah dekat sekali. "Cerita apa, Kak?" tanya Clarita sambil memakan makanannya. "Aku tuh khawatir udah 7 bulan pernikahan kami, aku belum juga hamil. Keluarga kami nanya terus ke aku dan Mas Vian," ucap Audrey dengan sedih. "Belum rezeki kali, Kak. Banyak kok di zaman sekarang pasangan yang belum punya anak, lagian pernikahan kalian tergolong baru." Clarita berusaha menghibur Audrey supaya tidak terlalu sedih dan memikirkan yang sudah menjadi takdir dari Tuhan. "Aku tuh takut nggak bisa punya anak, Dek," seru Audrey lagi. "Kakak suka banget deh berpikir negatif. Tugas kakak itu harus banyak-banyak berdo'a dan berusahanya yang terpenting sama Mas Vian," ujar Clarita sambil menekankan kata 'berusaha' menggoda Audrey. Audrey yang digoda seperti itu, pipinya langsung bersemu merah dan langsung saja mengingat malam yang panas bersama suaminya itu. Menurut Audrey, suaminya itu sangatlah tampan dan mempunyai tubuh yang bagus, karena Devian tipe orang yang menjaga tubuhnya agar tetap bagus dan menyenangkan istrinya itu. "Ayoloh, kenapa pipi Kakak merah? Pasti mikir yang nggak-nggak nih." Clarita terus saja mengusili Audrey. Clarita memang sengaja mengalihkan pembicaraan supaya Audrey tak berfokus kepada masalah tentang kehamilan. "Kamu bisa aja deh, Dek. Makasih banget udah mau denger cerita aku. Di saat orang-orang menghakimi aku, hanya kamu yang paling mengerti aku," ucap Audrey dan memeluk Clarita dengan sayang. "Aku selalu ada kalau Kakak butuh teman untuk cerita. Udah jangan pikirkan hal yang bisa membuat Kakak stress, ingat semua itu ada di tangan Tuhan. Kita memang bisa merencanakan, tetapi balik lagi semua itu hanya Tuhanlah yang menentukan," balas Clarita dengan bijak. Audrey pun mengangguk dan dia merasa sangat beruntung bisa memiliki sahabat seperti Clarita.***
Clarita pulang ke tempat kostnya, setelah tadi jalan-jalan bersama Audrey. Clarita tinggal sendirian di kota ini, orang tuanya sudah meninggal waktu umurnya menginjak 15 tahun. Clarita juga anak tunggal dan tak punya saudara kandung.
Sebenarnya Clarita tinggal di sebuah desa terpencil, tetapi penduduknya masih ramai dan rata-rata bekerja sebagai nelayan dan petani. Orang tua Clarita meninggal karena kecelakaan waktu mencari ikan di laut, dan saat itu juga ibunya ikut bersama ayahnya.Warga di sana mengatakan, kalau ada kapal besar yang berusaha menyebrang dan keadaan waktu itu malam hari.Perahu yang dinaiki oleh orang tua Clarita sangatlah kecil dan pengemudi kapal itu tak melihat ke arah orang tua Clarita. Dan kecelakaan pun tak terelakkan. Mungkin saja sinar lampu yang digunakan orang tua Clarita kurang terang dan keduanya pun tewas.
Clarita sangat terpukul dan sedih dengan kecelakaan yang dialami oleh orang tuanya. Mereka hanya orang susah dan Clarita pun tak bisa menuntut pelaku. Lebih mirisnya lagi, setelah menabrak orang tuanya, orang-orang yang berada di kapal itu langsung kabur dan lepas tanggung jawab.
Hari, bulan, dan tahun berganti. Clarita berusaha menerima keadaan dan takdir yang ditetapkan Tuhan untuknya. Dia hanya bisa berdo'a semoga orang tuanya sudah tenang di sana dan dia akan membahagiakan orang tuanya yang sudah berada di surga-Nya.
Clarita bisa sampai ke kota karena dia mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Clarita termasuk anak yang pintar dan sering memenangkan olimpiade di sekolahnya, dan waktu SMA dia mendapatkan beasiswa ke kota berkesempatan ikut bersaing dengan anak kota lainnya.
Banyak orang-orang yang di sekolah Clarita tidak menyukainya karena dia miskin dan tak punya apa-apa. Sekolah Clarita termasuk sekolah yang populer dan banyak anak orang kaya menempuh pendidikan di sana. Bahkan setiap hari Clarita sering dibully baik itu verbal maupun non-verbal.
Sampai akhirnya Clarita bertemu dengan Audrey yang menolong dirinya waktu dibully oleh kakak tingkatnya. Audrey anak dari pengusaha yang sukses di bidang batu bara, tetapi dia tidak sombong dan tak suka memamerkan harta kedua orang tuanya itu. Audrey juga cantik baik itu wajah maupun hatinya, dan Clarita bersyukur bertemu dengan Audrey.
"Hallo, Kak," ucap Clarita menelpon Audrey.
[Hallo Dek, kenapa?]"Hehehe aku cuma mau nanya, udah nyampe di rumah?"
[Udah Dek baru sebentar. Eh besok kamu dateng ke rumah aku yah, aku mau minta ajarain masak seafood. Mas Vian suka banget makan seafood,]
"Aku nggak bisa janji yah, Kak. Soalnya besok ada rapat guru di sekolah."
Semenjak Audrey menikah, Clarita tidak pernah mengunjungi rumah Audrey bersama suaminya. Waktu nikah pun, Clarita tidak bisa datang karena ada pertemuan mendadak di luar kota waktu itu. Clarita juga belum pernah melihat suami Audrey, hanya lewat foto saja yang ditunjukkan Audrey kepadanya.
[Yah gitu yah. Tapi kalau sempet kamu mampir yah atau nggak aku jemput aja kamu di sekolah. Gimana?]
"Nggak usah, Kak. Aku usahain dateng yah, Kakakku sayang."
[Siap, Dek. Aku tunggu loh. Udah dulu yah Dek, Bayi besar aku baru pulang kerja mau aku urusin dulu. Selamat malam, bye,]
Clarita yang mendengar suara semangat dari Audrey karena suaminya pulang hanya menggelengkan kepalanya. Audrey dan Devian menikah karena dijodohkan orang tua mereka. Keduanya pun hanya melakukan pendekatan selama satu bulan dan setelah itu memilih untuk menikah, karena merasa cocok satu sama lain.
Clarita jadi tak sabar ingin melihat bagaimana sosok suami dari Audrey. Audrey selalu menceritakan kepada Clarita bahwa Devian itu mendekati sempurna baik itu fisik maupun sifatnya. Waktu Audrey berkenalan, Devian sangatlah dingin dan hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa ekspresi.
Waktu itu Audrey sangat takut hanya untuk sekedar saling menyapa, tetapi setelah menikah sifat Devian pun mencair dan malah sifat romantisnya itu selalu membuat Audrey terbang ke langit ketujuh.
Clarita jadi baper sendiri ketika Audrey menceritakan rumah tangga mereka yang romantis itu. Sampai saat ini Clarita belum mempunyai pasangan sama sekali. Bukan karena dia jelek atau apa, tetapi dia menutup hati dari orang yang mencoba mendekatinya dan lebih fokus ke karir yang dijalaninya sebagai guru.
Clarita seorang guru Bahasa Inggris mengajar di tingkat SMP. Clarita lulusan di universitas terbaik dan dia juga berkuliah karena mendapatkan beasiswa. Clarita dan Audrey pun waktu itu satu kampus, tetapi beda jurusan.
Clarita mengambil jurusan keguruan dan pendidikan sedangkan Audrey jurusan bisnis.
Clarita pun memilih untuk berisitirahat karena besok hari termalas oleh orang-orang, yaitu hari senin. Clarita berharap hari-harinya akan menyenangkan, walaupun sampai sekarang belum menemukan tambatan hati yang menjadi penyemangatnya.
To be countinue
Clarita sudah selesai dengan tugasnya di sekolah begitupun dengan rapat. Clarita mengemasi barang-barangnya di meja untuk segera pulang, tiba-tiba saja seseorang menghampirinya."Bu Clarita mau pulang?"Clarita yang mendengarkan namanya disebut langsung melihat siapa yang mengajaknya mengobrol. "Iyah nih, Pak Arvin. Pak Arvin mau pulang juga?" tanya Clarita kepada Arvin. Arvin Deon adalah guru olahraga dan memendam rasa sejak lama kepada Clarita. Masih muda dan terlihat tampan, banyak guru muda di sekolah menyukainya, tetapi hatinya hanya mengingkan Clarita seorang.
"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant
Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be
Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Clarita sekarang berada di taman. Sebelumnya dia ingin pulang, setelah mengajar di sekolah. Tetapi, Arvin menahannya ingin membicarakan sesuatu yang penting. Jadi di sini lah Clarita dan Arvin berada di taman tidak jauh dari sekolah. Clarita jenuh sudah beberapa menit, tetapi Arvin tak juga membuka suaranya. "Pak Arvin, katanya tadi ada yang ingin dibicarakan," ucap Clarita membuka suara setelah beberapa menit mereka saling terdiam. "Apa Bu Clarita sudah mempunyai kekasih?" tanya Arvin. Clarita yang mendengar itu, memutar bola matanya. Sepertinya Clarita sudah tau apa yang ingin dibicarakan Arvin. "Kenapa memangnya?" tanya Clarita balik dan mengernyitkan keningnya.
Sepulang Maminya Audrey, Audrey sedikit lebih tenang dan beban yang dia rasakan sedikit berkurang. Audrey bingung, bagaimana caranya dia memberitahu Devian kalau dia belum bisa hamil. Audrey takut Devian kecewa dan akan meninggalkan dirinya. "Mas Vian mencintaiku, jadi tak mungkin bukan dia meninggalkan aku?" ucap Audrey berusaha berpikir positif. "Aku akan mengatakan semuanya kepada Mas Vian, kalau ada masalah dengan rahimku. Pasti Mas Vian akan mengerti," putus Audrey. ***Audrey memasak mempersiapkan makan malam romantis untuk dirinya dan Devian dibantu dengan pelayan.
Clarita sedang menikmati waktu dengan dirinya sendiri di sebuah cafe. Setelah tugasnya selesai, ujian para muridnya selesai, Clarita memilih untuk merefresh otaknya dengan menikmati segelas es milo di tengah musim panas seperti ini. Clarita masih saja belum bisa menghubungi Audrey. Tak biasanya Audrey menghilang selama itu, apakah Clarita punya salah? Pertanyaan itu seringkali muncul dibenaknya. Tetapi lagi-lagi Clarita mencoba mengingatnya, tetapi tak sekalipun perkataan maupun perbuatannya menyebabkan Audrey tersinggung. Terkahir kali mereka bertemu, ketika Audrey mengajak dirinya untuk mencoba ramen baru di sebuah kedai. Itu pun mereka banyak bercanda dan sharing satu sama lain. Tidak ada hal serius keduanya bicarakan.
Clarita sedang mencoba menelpon Audrey untuk menanyakan keadaannya. Sudah hampir seminggu mereka jarang berkomunikasi, karena Clarita sedang sibuk-sibuknya mengawasi muridnya ujian. Clarita juga sibuk memeriksa lembaran jawaban muridnya. "Kok Kak Audrey ponselnya sibuk mulu yah? Nggak biasanya kayak gini," ucap Clarita yang merasa aneh dengan Audrey."Aku mau ke rumahnya, tapi takut ketemu sama suaminya yang arrogant itu. Aku khawatir banget sama Kak Audrey," ucap Clarita lagi sambil menggigit kukunya. Kalau sedang bingung dan khawatir, Clarita mempunyai kebiasaan menggigit kukunya. Memang terlihat aneh dan sedikit jorok kalau orang-orang melihatnya. Tapi itu sudah menjadi kebiasaan Clarita yang sulit dihilangkan.
Di malam hari keluarga Devian tengah melangsungkan makan malam bersama. Suasana hening hanya dentingan sendok dan piring yang beradu mengisi makan malam. Keluarga Devian memang mengajarkan kalau makan, untuk tidak berbicara. Itu salah satu menghormati makanan di depan mereka. "Gimana perusahaan kamu, Devian?" tanya Surya, papa Devian. Sekarang Surya, Dilla, Devian, dan juga Audrey tengah duduk di ruang tamu. Mereka baru saja selesai makan, dan menikmati waktu santai bersama. "Lancar aja, Pa. Bagaimana perusahaan, Papa?" tanya Devian balik. Sedangkan Audrey dan Dilla lebih memilih menyimak percakapan dua orang pria yang di depan mereka."Lancar juga, tapi dalam kurun waktu 5 bulan lagi Papa akan pensiun," jawab Surya.
Audrey dan Devian sekarang tengah menuju ke rumah mamanya Devian. Hari ini ada acara keluarga besar yang harus Devian dan Audrey hadiri. Sebenarnya, Audrey sangat malas untuk datang dan menghadiri acara tersebut. Bukan apa-apa, Audrey sangat malas ditanya, kapan punya anak? Kalian tidak menundanya bukan? Mama sama papa tak sabar ingin menggendong cucu kami. Semua pertanyaan seperti itu membuat Audrey stress memikirkannya.Dia sangat ingin sekali memiliki anak, tetapi Tuhan belum mempercayakan mereka ber
Clarita sedang menunggu gojek untuk pulang ke rumahnya. Hari ini sungguh sangat melelahkan sekali baginya. Audrey selalu saja mengirimkan dia pesan bahkan menelpon, tetapi Clarita tidak meresponnya. Clarita masih ingat dan sakit hati dengan ucapan Devian, suaminya Audrey. Tadi pagi Audrey lagi-lagi mengirimkan dia pesan dan mengajak untuk bertemu, tetapi Clarita menjawab tidak bisa karena dia banyak pekerjaan. Audrey yang mendapatkan jawaban tersebut sangat sedih, biasanya Clarita tak pernah menolak ajakannya.Saat menunggu pesanan gojeknya datang, tiba-tiba sebuah mobil sport berhenti dihadapannya. Hasna mengerutkan keningnya dengan bingung, siapa orang itu? T
Clarita sedang berbelanja kebutuhan bulanannya yang sedikit lagi habis. Biasanya dia akan berbelanja ditemani dengan Audrey. Hampir 2 minggu, Clarita menjauhi Audrey sejak kejadian di rumah Audrey dan dirinya diusir secara tidak terhormat oleh Devian.Setelah selesai Clarita pun segera pulang. Akan tetapi waktu ingin menuju motornya, seseorang menabraknya ketika berjalan dan membuat barang belanjaan Clarita jatuh. Brakkk!!! Clarita jatuh terduduk dan barang-barangnya pun be
"Sayang aku pulang!" teriak seorang pria yang memakai baju kemeja dan jas yang di tenteng di tangannya."Kamu denger kan, Dek? Kebiasaan dari Mas Devian kalau pulang tuh suka teriak-teriak nyariin aku," ucap Audrey yang dibalas senyuman oleh Clarita. "Ayo Dek kita samperin Mas Devian. Nanti dia malah marah-marah kalau aku nggak nyambut dia pulang, dasar bayi besar," gerutu Audrey. Clarita pun mengikuti langkah Audrey untuk menemui suaminya itu. "Mas udah pulang?" tanya Audrey dan mencium tangan Devian."Udah dong, aku kangen sini peluk dulu," ucap Devian dengan manja dan membawa Audrey ke dalam pelukan hangatnya. Clarita yang memandang adegan romant