“Kasih gue peringatin buat pergi jauh-jauh dari kehidupan gue! Atau lu nggak bakal bisa balik lagi ke kehidupan normal lu.”
- Abadi Dirgantara -“Gue nggak mau jadi bayangan lu lagi.”- Dave -“Kehidupan gue sebelum ada lu mungkin nggak bahagia tapi nggak semenyakitkan sekarang.”- Kasih Rinjani -“Di mata lu hanya ada satu cewek yang nggak bisa gue geser sedikit kedudukannya di hati lu.”- Sedia Anandita -“Gadis puisi itu tanpa permisi mengalihkan perhatian gue untuk berada dijangkauan kehidupannya.”- Kala Dirandra -“Ketidakpeduliannya pada lingkungan sekitar justru membuat gue ingin mengenalnya lebih dekat.”- Senja Sasikirana -“Perubahan besar yang sering kali muncul tepat dihadapan gue sukses membuat gue tertarik mengamatinya.”- Megantara Ardhana -Sebuah kisah dari sang hujanYang jatuh namun tak terlukaYang jatuhnya ada namun letaknya tak beradaYang nyata namun kadang juga fanaDingin, namun tak akan abadiAbadi? Memang ada?Kata yang katanya akan bertahan lamaNamun faktanya tak ada lama yang berpijak di semestaHanya sebentar yang kadang suka kadang juga menyakitkanRuntuh sudah makna hujan dari aku sang penikmat aroma setelah kedatangannya "Kasih tidur gih, udah malem lho besok kan masuk sekolah?""Yah liburnya udah habis ya ma?""Kamu itu maunya libur terus. Udah gih tidur.""Iya mama."Kasih pun pergi tidur belum sempat menutup matanya, mamanya kembali membangunkannya."Kenapa ma? Baru juga Kasih mau tidur.""Itu jendela ditutup Kasih, kebiasaan deh.""Hehehe iya lupa ma.""Good night sayang.""Night too mama."Setelah menutup jendela kamarnya Kasih pun terlarut dalam dinginnya malam dan aroma petrichor yang memaksa masuk lewat lubang angin-angin di kama
Ini si Abadi kemana sih? Ditungguin dari tadi belum dateng dateng. Mana udah mau bel lagi. Berasa nggak guna banget gue diparkiran. Tu anak telat apa nggak masuk sih? Perasaan kemarin berangkat pagi banget eh ini giliran ditungguin nggak muncul muncul. Itulah berontak Kasih dalam hati bagaimana tidak ia nekat berangkat pagi dan menunggu Abadi dari pukul 06.00 sampai sekarang pukul 06.50 sedangkan 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tanpa diduga kasih pun melihat Abadi memarkirkan motor disamping ia berdiri. Ia pun mengambil napas berat."Nih gue balikin duit lu 10 ribu."Abadi pun hanya melirik Kasih sekilas dan beranjak pergi. Tentu saja kasih tak menyerah begitu saja."Woi ini gue balikin duit lu. Gue nggak mau ya mati bawa hutang. Mana cuma 10 ribu lagi.""Gue nggak pernah ngutangin lu duit."Jawab Abadi dan pergi meninggaklkan kasih.Sedangkan Kasih masih terdiam membisu, ia bingung harus dengan cara apa ia mengembalikan uang milik Abadi. Sedetik kemudian sudut
Terlihat siluet seorang gadis menatap bintang bintang dari jendela kamarnya di lantai 2. Bintangnya berpijar bergantian namun selaras, bisiknya pada dirinya sendiri."Kasih mama buatin coklat panas nih." Yah gadis itu adalah Kasih."Iya mama makasih ya.""Yaudah nanti jendelanya jangan lupa ditutup. Mama kebawah dulu.""Iya mama."Saat mamanya sudah pergi, Kasih pun melanjutkan kegiatannya melihat bintang malam dan menyesap coklat panasnya sedikit demi sedikit. Tiba tiba saja wajah kesal Abadi memenuhi pikirannya. Ia teringat kembali 2 hari terakhir yang ia habiskan bersama Abadi. Dari mulai menumpahkan kopi Abadi sampai mengejar ngejar Abadi untuk mengembalikan kopinya dalam bentuk uang."Ih kenapa gue jadi mikirin Abadi sih. Cowok ngeselin kayak gitu. Tapi keren juga sih dia, apalagi pas si Abadi mulai fokus sama dunianya. Ah pas basket juga, gila keren banget."Kasih pun teringat saat ia menemani Sedia latihan dan tanpa disengaja ia juga melihat Abadi b
Semua mata tertuju pada Kasih yang sedang membacakan puisinya diiringi petikan gitar. Tentu saja Kala tak akan melewatkan perform Kasih kali ini. Ia selalu berada di tempat yang sama dan masih memakai seragam sekolahnya. Kasih pun mengakhiri performnya dengan lagu kuingin kau tau dari the overtunes. Sebelum menuruni panggung Kasih tersenyum manis pada Abadi yang seolah mengatakan bahwa performnya kali ini khusus untuk Abadi. Ya entah bagaimana Abadi bisa terduduk di cafe semesta. Setelah menuruni panggung Kasih pun mencoba mencari Abadi, namun ia tak lagi melihatnya. Yang ia temui justru kala yang tengah tersenyum manis padanya."Hai, Kasih.""Eh elu, lihat cowok yang tadi duduk di sini nggak?""Nggak tau, gue kan tadi cuma merhatiin elu. Emang siapa tu cowok?""Bukan siapa siapa. Btw ngapain lu di sini?""Lah kan gue fans pertama lu yang selalu setia melihat perform lu secara suka rela.""Iya deh iya percaya gue.""Btw lu pulang naik apa?""Angkot kayaknya."
Aaauu. Teriak seseorang saat Kasih sedang pemanasan untuk jogging di lapangan basket dekat rumahnya. Kasih pun mencari sumber suara, betapa terkejutnya Kasih melihat Abadi yang sedang memegang pergelangan kakinya yang sedikit memerah. Kasih pun berlari kearah Abadi dan memecah keramaian yang mengelilingi Abadi."Abadi? Lu nggak apa apa?" Tanya Kasih cemas.Abadi pun hanya menatapnya bingung. Kasih pun tak menanggapi tatapan Abadi dan berusaha membopong Abadi dengan tubuh mungilnya."Bantuin kali. Napa pada diem semua sih." Teriak Kasih kepada teman Abadi yang hanya melihatnya kesusahan membopong tubuh Abadi. Akhirnya Kasih pun mendapatkan bantuan. Sesampainya di pinggir lapangan Kasih memegang kaki Abadi yang terluka."Sakit?" Tanya Kasih."Iyalah memar gini masak nggak sakit.""Ih kok nyolot sih.""Iya maaf. Oh iya lu cewek yang pernah ngejar ngejar gue kan?""Dih sok keren banget sih.""Yee lu yang ngejar gue. Sampe sekarang ni gue nggak inget pernah nga
"Abadi lepas! Tangan gue sakit."Abadi pun yang tanpa sadar mencengkram pergelangan Kasih begitu kuat setelah mendengar teriakan Kasih ia segera melepaskan cengkramannya. Namun karena terburu-buru ia justru melemparnya dengan kasar."Aauu." Rintih Kasih.Abadi pun hanya melirik sekilas pergelangan Kasih yang terlihat sedikit lebam. Abadi tahu semua itu kesalahannya. Apa perlu gue kompres tangannya Kasih? Ih tapi nanti dia GR."Bad, lu mau ngapain sih ngajak gue ke lapangan basket panas panas gini? Kalo mau berjemur jangan ajak-ajak gue."Abadi pun melihat sekeliling dan benar saja ia berada tepat di tengah lapangan basket. Lah ngapain juga gue bawa Kasih ke lapangan basket."Woi Abadi." Teriak Kasih tepat disamping telinga Abadi."Kasih itu mulut apa toa sih?""Lu ngapain nyeret gue kesini?""Iseng doang.""Tanggung jawab lu. Bentar lagi udah mau masuk. Perut gue masih kosong.""Makan lah.""Yaelah kalo sekarang gue jalan ke kantin pun udah ke bur
Malam harinya seperti biasa Kasih membuka jendela kamarnya dan duduk didekatnya sambil memandang indahnya langit malam. Kemudian ia mengambil buku diary-nya dan tersepu malu. Kemudian Kasih beranjak dari tempat ternyamanya untuk mengambil tas sekolahnya dan duduk kembali ke tempat awal. Kasih pun mengambil bungkus permen mint bertuliskan “I miss you” Kasih kembali tersenyum malu-malu. Ia masih tidak habis pikir bagaimana seorang Abadi yang batu bisa berbuat seromantis ini. Gila ini kepala Abadi kebentur apaan yak kok bisa se sweet tadi. Ya meskipun rada cuek gitu tapi dia kan udah bantuin ngompres pergelangan tangan gue. Please Kasih lu jangan sampe kegeeren dulu, takutnya besok Abadi nya berubah. Kasih pun membuka buku diary miliknya dan menempelkan bungkus permen mint yang diberikan Abadi. Bodo amat di bilang lebay yang penting gue suka, kata mama kan gue harus mengikuti apa kata hati gue. Jadi mulai sekarang gue memutuskan untuk melakukan apapun yang gue suka selagi nggak merugik
Saat bel istirahat berbunyi Kasih segera keluar kelas dan tanpa diduga di depan kelas sudah ada yang menunggunya. Bukan Abadi tapi Kala.“Hai Kasih.”“Kala ngapain lu di sini?”“Gue mau tanya sesuatu sama lu.”Tanpa Kala dan Kasih sadari ada dua pasang mata yang menemukan keberadaan mereka. Mungkin saja dua pasang mata tersebutmulai mencurigainya.“Senjaa.” Bisik Sedia sambil menarik lengan Senja.“Kenapa sih Di?”“Makanya itu buku simpen dulu.”“Yee terserah gue lah.”“Woi modelan kayak gini mau dapetin abang gue?”“Gini-gini gue pinter kali.”“Otak pinter tapi nggak bisa ngomong depan abang gue. Ditikung tahu rasa lu.”“Apa gunanya gue punya temen adiknya Kak Magenta.”“Ssst.”“Lu kenapa sih? Ini kenapa kita ngumpet. Udah kayak maling aja.”“Emang mau nyolong.”“Dosa woi.” Kata Senja sambil memukul belakang kepala Sedia.“Sakit anjir. Mau nyolong info maksudnya. Tuh lihat ada Kala sama Kasih.”“Lah terus? Samperin lah.”“Sen
Setelah berdebat dengan Abadi yang memaksa untuk mengantar Kasih pulang. Akhirnya Kasih bisa membujuk Abadi bahwa ia bisa pulang sendiri. Ia juga menyuruh Abadi untuk beristirahat. Saat berniat untuk pulang, Kasih mendapati Rena yang sedang duduk sambil menonton televisi. Namun matanya justru terlihat kosong. Kasih yang menyadari hal tersebut, segera pergi ke dapur dan membuat teh hangat dengan madu. Lalu ia memberikan teh tersebut untuk Rena.“Terima kasih.”“Tante harus jaga diri Tante sendiri. Kalau Tante selemah ini bagaimana bisa Tante menghadapi Abadi.” Kata Kasih.Rena segera mematikan televisinya. Ia ingin mendengarkan kondisi Abadi tanpa ada gangguan.“Keadaan Abadi gimana?”“Keadaan Abadi sudah stabil.”“Saya masih bingung bagaimana bisa sikap Dave berubah.”“Yang harus Tante khawatirkan sekarang bukan perubahan sikap Dave tapi kesembuhan Abadi. Sebenarnya apa yang terjadi Tante bagaimana bisa Abadi mengidap DI
Keesokan harinya Kasih membantu mamanya memasak. Mereka mencoba memasak chiffon cake strawberry. Saat sedang asik-asiknya memasak, ada seseorang yang memencet bel rumah mereka. Maya bergegas membuka kan pintu. Setelah membuka pintu Maya dikejutkan dengan kehadiran Rena dengan luka lebam di kakinya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan. Matanya sembab dan ada kantong mata hitam, badannya juga terlihat semakin kurus. Maya bingung dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Ia hanya bisa mempersilahkan Rena masuk dan duduk di ruang tamunya. Sedangkan Kasih masih sibuk di dapur dan tidak menyadari kehadiran Rena.“Kasih, tolong ambilin minum ya.” Teriak Maya.Kasih pun mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Kasih sangat terkejut melihat kehadiran Rena. Kasih tidak bisa berbohong. Ia masih belum bisa memaafkan Rena. Namun melihat kondisi Rena yang berantakan membuat hatinya sedikit luluh. Maya mempersilahkan Rena untuk minum.&nb
Malam ini Kasih sedang memakan camilan sambil menonton TV. Maya menghampiri Kasih dan membawa jus strawberry untuk mereka berdua.“Kasih, mama boleh tanya sesuatu nggak?”“Mama mau tanya apa sih serius banget.” Jawab Kasih sambil memakan camilan favoritnya.“Abadi kok jarang main ke sini ya?”“Setelah kejadian tempo hari, mama masih bisa nerima Abadi?”“Iya kenapa nggak. Yang salah kan bukan Abadi. Ingat Kasih yang merasa kehilangan bukan cuma kita, Abadi juga. Dia kehilangan ayahnya dan figure seorang ibu yang harusnya dia dapat dari Rena.”“Aku paham soal itu Ma. Aku cuma nggak suka karena Abadi pernah bilang kalau ayah pembunuh. Padahal dia sendiri tahu kalau papanya meninggal karena musibah bencana alam.”“Apa kamu udah dengar penjelasan dari Abadi?”Kasih teringat saat Abadi ingin menjelaskan sesuatu namun ia justru menolaknya. Egonya masih tinggi jika dipaksa untuk memaafkan Abadi. Rasa sakit hatinya masih belum
Senja sedang menuju kantin dengan sedikit terburu-buru. Niat awalnya ingin membaca buku namun diurungkan karena perutnya yang kelaparan. Saat ia sedang terburu-buru, tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Dengan reflek Senja mencoba untuk melepas bekapan orang tersebut. Namun usahanya gagal, sekuat apapun Senja ia tetap tidak bisa mengalahkan kekuatan laki-laki. Sampai akhirnya mereka berada di lorong kecil antara kelas 11 dan 12.“Ini siapa sih? Ya kali gue diculik. Nekad banget culik anak orang di sekolah. Mana pas jam sekolah lagi.” Batin Senja.Sesampainya di sana, laki-laki itu membuka bekapan tangannya dari mulut Senja. Senja yang sudah siap memprotes perlakuan laki-laki tersebut justru terdiam. Bagaimana tidak sekarang, dihadapannya ada Magenta dengan senyuman tanpa rasa bersalah.“Mau lu apa... Kak Magenta.” Kata Senja yang terkejut dengan kehadiran Magenta.“Sorry kalau gue ngagetin lu.”“Nggak kaget lagi Ka
Setelah melihat Kasih dan mamanya pergi dengan kekecewaan, Abadi memasuki rumah dengan emosi yang sudah memuncak.“Mama apa-apaan sih?” Bentak Abadi ke mamanya.Rena yang dibentak hanya terdiam membeku.“Ma, mama itu udah keterlaluan. Mau sesedih apapun kita kehilangan papa, harusnya mama nggak memanfaatkan rasa bersalah Om Raman.”“Adi dia pembunuh papa kamu.”“Bukan Ma. Papa meninggal karena musibah yang siapapun nggak bisa menghalanginya. Asal Mama tahu aja waktu Mama pingsan di rumah sakit karena terpukul atas meninggalnya Papa, cuma Om Raman yang ada di samping aku. Om Raman mencoba untuk menguatkan aku bahkan berusaha untuk menghibur aku. Om Raman orang yang baik Ma.”Setelah mendengar cerita dari Abadi, Rena semakin merasa bersalah. Ia dibutakan dengan rasa kehilangannya dan hasrat untuk balas dendam.“Kasih adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Dave menghilang dari kehidupan aku. Dan Mama baru saja menghancurkan
Sudah genap seminggu kepergian Raman, namun Kasih masih saja murung. Ia hanya makan sedikit, jarang keluar kamar, dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya ketika di sekolah. Bisa dibilang Kasih seperti mayat hidup. Ya mungkin untuk sebagian orang memang berlebihan. Namun ada pengecualian untuk Kasih. Bagaimana tidak setelah bertahun-tahun lamanya Kasih tidak bertemu ayahnya dan tiba-tiba saja ayahnya muncul di depan matanya. Namun baru sebentar Kasih menikmati waktu berharganya bersama sang ayah, Tuhan justru mengambil nyawa ayahnya. Sedangkan Abadi yang sudah tidak tahan dengan sikap Kasih yang selalu terlihat sedih. Bahkan hari ini pun Kasih tidak masuk sekolah. Abadi pun memutuskan untuk menemui Kasih sepulang sekolah. “Kasih ada nggak?” tanya Abadi pada Sedia di depan kelas Kasih. “Kasih nggak masuk Kak.” “Kenapa?” “Di surat sih izinnya sakit.” Sepulang sekolah Abadi langsung menuju rumah Kasih. sesampainya di depan rumah Kasih, Abadi
Dinding itu mulai terbangun kembaliBukan karena perasaan namun keadaanKita yang mulai saling menerimaJustru dipisahkan oleh takdir TuhanApakah masing-masing dari kita bisa saling merelakan?Tentang takdir Tuhan di masa lalu yang tanpa sengaja mengikat kita dalam drama kepedihanKamu yang tanpa sengaja masuk ke hatiku dengan segala kekuranganmuDan aku yang dengan bodohnya menerima dua sisi berbeda dalam dirimuSemesta yang mempertemukan kita dan lagi-lagi mempermainkan kitaEntahlah kita tunggu saja kapan semesta kembali berpihakPuisi indah Kasih lagi-lagi berhasil mencuri perhatian pengunjung café semesta. Dan pengunjung setia sekaligus penggemar pertama Kasih sedang duduk dengan senyuman menawan milik Kala. Di depan Kala ada Sedia yang sedang duduk sambil melihat Kala dan Kasih dengan ekspresi datar.“Oh iya gelang lu udah ketemu?” tanya Sedia untuk mengalihkan perhatian Kala.
Tiga hari setelah resepsi pernikahan Kasih tidak pernah bertemu Abadi. Padahal ia sudah mencari Abadi di seluruh sekolah bahkan di kelas Abadi, namun hasilnya masih nihil. Tiba-tiba saja Senja yang tadinya pamit ke toilet, sekarang sedang menghampiri Kasih dengan terburu-buru. “Kasiih.” Teriak Senja dengan napas yang terengah-engah. “Ada apa sih? Heboh banget lu.” “Gue tadi lihat Abadi di parkiran motor.” Kasih yang mendengar perkataan Senja segera berlari menuju parkiran. Kasih tidak mau lagi melewatkan kesempatan kali ini. “Abadi mana ya.” Kata Kasih sambil menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Abadi.
Setelah sebulan penuh Kasih dibantu dengan teman-temannya serta Maya dan Raman yang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk resepsi pernikahan. hari yanag ditunggu-tunggu pun tiba. Di sebuah taman dengan dekorasi sederhana namun terbilang mewah Maya dan Raman duduk berdampingan. Semua pasang mata tertuju pada mereka. Kasih sedang sibuk mencari keberadaan Abadi dan mamanya. Kasih memang diberi izin mama dan ayahnya untuk mengundang teman-temannya. Kasih memutuskan untuk mengundang Senja, Kala, Sedia, Magenta dan Abadi. Kasih juga mengundang mamanya Abadi. Ia ingin memperkenalkan orang tuanya kepada mamanya Abadi. Saat ini acara akan segera dimulai. Semua tamu undangan juga sudah berkumpul. Namun Abadi masih belum datang juga. Kasih yang khawatir mencoba untuk menelepon bahkan membombardirnya dengan chat namun tetap tidak direspon Abadi. Karena waktu yang tidak bisa dihentikan dan tidak mungkin juga acara diundur hanya karena ketidakhadiran Abadi. Acara pun dimulai dengan MC yang m