Home / Young Adult / Kasih Abadi / Bab 2 Abadi Si Batu

Share

Bab 2 Abadi Si Batu

Author: mutiaradee
last update Last Updated: 2021-07-10 12:56:21

Ini si Abadi kemana sih? Ditungguin dari tadi belum dateng dateng. Mana udah mau bel lagi. Berasa nggak guna banget gue diparkiran. Tu anak telat apa nggak masuk sih? Perasaan kemarin berangkat pagi banget eh ini giliran ditungguin nggak muncul muncul. Itulah berontak Kasih dalam hati bagaimana tidak ia nekat berangkat pagi dan menunggu Abadi dari pukul 06.00 sampai sekarang pukul 06.50 sedangkan 10 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tanpa diduga kasih pun melihat Abadi memarkirkan motor disamping ia berdiri. Ia pun mengambil napas berat.

"Nih gue balikin duit lu 10 ribu."

Abadi pun hanya melirik Kasih sekilas dan beranjak pergi. Tentu saja kasih tak menyerah begitu saja.

"Woi ini gue balikin duit lu. Gue nggak mau ya mati bawa hutang. Mana cuma 10 ribu lagi."

"Gue nggak pernah ngutangin lu duit."Jawab Abadi dan pergi meninggaklkan kasih.

Sedangkan Kasih masih terdiam membisu, ia bingung harus dengan cara apa ia mengembalikan uang milik Abadi. Sedetik kemudian sudut bibir Kasih pun terangkat.

"Menarik." Kata Kasih

Dilain sisi setelah Abadi duduk dibangkunya. Abadi pun teringat pada gadis yang mengejarnya tadi dan memberikannya uang 10 ribu.

"Freak." Gumam Abadi.

***

"Ikut gue yuk?" Ajak Magenta pada Abadi.

"Kemana?"

"Perpus."

"Ogah. Anti gue sama tempat kayak gitu."

"Ada tugas, dikumpulin entar habis istirahat."

"Serius? Kok gue nggak tau."

"Makanya jangan molor doang lu. Heran deh modelan kayak gini bisa peringkat 2 paralel lu."

"Dih cerdas sama pinter gegara belajar beda bro." Kata Abadi sambil melangkah pergi.

"Anjir, ngatain gue lu?" Kata Genta sambil mengejar Abadi.

Keadaan berbeda terjadi di kelas XI IPS 2. Kasih yang baru saja mendengar bel sekolah berbunyi segera berlari keluar kelas.

"Tu anak kenapa dah?" Tanya senja.

"Mules kali." Jawab sedia.

"Ngaco lu."

Diluar kelas, terlihat Kala yang sedang menunggu seseorang. Saat senja dan Sedia ingin pergi ke kantin mereka pun tanpa sengaja melihat kala di depan kelas mereka.

"Ngapain lu disini?" Tanya Sedia

"Yang jelas nggak nyariin lu." Jawab Kala.

"Gue juga nggak berharap lu cariin bocah."

"Udah napa pada berantem sih? Lu ngapain di sini Kala?"

"Gue nyariin Kasih ada nggak?"

"Kak Kasih ya. Lu bocah nggak ada sopan santunnya ya." Serobot Sedia.

"Dih suka suka. Orang kasihnya mau gue panggil gitu. Kenapa lu yang nyolot." Jawab Kala.

"Woi bisa pada diem kagak sih? Pusing pala gue denger kalian berantem mulu." Kata Senja untuk menengahi pertengkaran tersebut.

"Lu pada ke kantin nggak? Laper perut gue." Kata Senja sambil melangkah pergi dan diikut oleh Sedia dan Kala.

***

"Ini si Abadi kemana sih? Capek gue keliling kantin nyari tu orang." Gumam kasih sambil meneguk air mineral digenggamannya.

"Woi parah lu ya main lari gitu aja. Nggak ngajak ngajak ke kantin lagi." Bentak senja kepada kasih.

"Senja, makan teriak aja. Untung gue nggak keselek." Jawab kasih.

"Ya elu main pergi aja nggak ngomong ngomong. Noh tadi si kala tadi..."

Belum sempat senja menyelesaikan ucapannya, mulutnya telah dibekap oleh kala.

"Tadi nggak sengaja ketemu di jalan. Yaudah sekalian gabung deh." Kata Kala melanjutkan perkataan Senja.

"Duit kali ah ketemu dijalan." Kata Sedia menyindir Kala namun Kala tak menghiraukan ucapannya.

"Oh sering sering aja gabung kal. Bosen gue lihat 2 bocah ini terus." Kata Kasih sambil tertawa puas yang dibalas jitakan oleh kedua temannya.

"Eh udah mau masuk aja. Gue pergi dulu ya." Lanjut Kasih

"Mau kemana lu?" Tanya Sedia.

"Ada urusan bentar." Jawab Kasih sambil berteriak memecah keramaian kantin.

"Emang urusan apa?" Tanya Kala.

"Kepo lu." Jawab Senja.

"Anak kecil nggak boleh tau." Ejek Sedia sambil mengelus pelan kepala Kala.

"Gue bukan anak kecil ya."

"Tapi kan lu sama gue tuaan gue."

"Dih tua kok bangga."

"Permisi ni ya. Gue mau pesen makan perut gue butuh amunisi buat bertahan. Lu lanjutin dah berantemnya." Senja kembali lagi menjadi penengah diantara pertengkaran mereka.

"Senja, nitip dong." Kata sedia.

"Ogah beli sendiri sana."

Senja pun segera melangkah pergi.

"Lu mau beli apaan?" Tanya Kala.

"Lah mau beliin gue?" Kata Sedia bertanya kembali pada Kala.

"Pake duit gue dulu, nanti balikin."

"Dih perhitungan banget jadi cowok. Gue beli sendiri deh."

"Gue nitip kalo gitu?"

"Lah kok gitu?"

"Ya kalo kita beli sendiri sendiri ni meja siapa yang jaga?"

"Hello meja nggak bakal kabur kali."

"Emang nggak bakal kabur, diserobot orang iya. Tu lu lihat banyak yang nggak dapet tempat buat makan."

"Yaudah nih gue nitip aja." Kata Sedia sambil memberikan uang 10 ribuan pada Kala. Pertengkaran mereka tidak sampai disitu, mereka terus saja bertengkar sampai bel masuk berbunyi.

***

15 menit sebelum bel berbunyi kasih memutuskan untuk memasuki perpustakaan untuk mencari Abadi.

"Ini si Abadi kemana sih, udah gue cari keliling sekolah tapi nggak ada. Dipikir sekolah ini kecil gitu." Gumam Kasih karena kelelahan mencari Abadi dipenjuru sekolah. Tanpa sengaja mata kasih bertemu lagi dengan tatapan dingin Abadi. Kasih pun tanpa membuang waktu segera menghampiri Abadi.

"Akhirnya ketemu juga. Lu kemana aja sih?" Tanya Kasih dengan lantangnya hingga membuat sedikit keributan di perpustakaan

Abadi pun hanya merespon dengan tatapan dinginnya hinggak keadaan perpustakaan kembali kondusif. 

"Lu apa apaan sih?" Bisik Kasih. Kasih tak mau lagi menjadi pusat perhatian di perpustakaan.

"Lu siapa?" Tanya Abadi.

"Gue kasih." Jawab kasih sambil mengulurkan tangannya. Abadi pun hanya terdiam dan tidak membalas uluran tangan kasih. Abadi hanya menjawab lewat tatapan risihnya pada kasih.

"Oke. Gue kesini cuma mau balikin duit lu. Nih 10 ribu."

"Gue nggakk kenal lu dan gue nggak pernah ngasih duit ke elu."

"Nih ya gue jelas gue itu kemarin..." Belum selesai Kasih menjelaskan pada Abadi, Abadi pun melangkah pergi setelah mendengar bel masuk berbunyi.

"Iih tu bocah ngeselin banget sih." Kata Kasih sambil menghentakkan kakinya karena kesal dan melangkah pergi.

Kasih pun segera bergegas menuju kelas. Sesampainya di kelas Kasih duduk disebelah Sedia.

"Lu habis ngapain? Lari keliling lapangan?" Tanya Sedia.

"Keliling sekolah, iya." Jawab Kasih.

"Woi Kasih kalo lu nggak ada kerjaan ke rumah gue sono, bersih bersih, nyuci baju, masak."

"Lu pikir gue pembantu."

"Cocok sih hehe. Lagian ngapain sih lu lari keliling sekolah?"

"Palingan juga nyari Abadi." Sela senja.

"Lah kok lu bisa tau? Sejak kapan lu bisa baca pikiran gue?"

"Semua orang juga bisa kali Kas. Ibarat kata nih di dahi lu udah ketulis apa yang udah lu lakuin dan apa yang bakal lu lakuin." Kata Sedia.

"Wah semudah itu ya otak gue dibaca."

"Makanya jangan sesimpel itu jadi orang." Jawab Senja.

"Btw bu nita kemana? Kirain gue bakal telat."

"Nggak masuk. Anaknya sakit katanya." Kata Senja.

"Wah tau gitu gue ke kantin aja. Masih laper perut gue."

"Itu perut apa baskom sih kas, laper mulu bawaannya."

"Gini ya senja diperut gue itu udah ada bagiannya masing masing. Sebelah kanan minum, sebelah kiri camilan, nah yang bagian tengah makanan berat."

"Heran gue, makan banyak tapi nggak gemuk gemuk." Kata Senja mengakhir obrolannya dengan Kasih.

"Btw kas, lu ngapain nyari si Abadi? Lu suka ya?"

"Dih ogah, cowok batu kayak gitu siapa yang suka. Benci, iya."

"Wah jangan salah lu kas, si Abadi itu salah satu most wanted di sekolah kita. Yang suka banyak sih, ya karena dia freak aja jadi nggak ada yang mau deket."

"Ha? Cowok kayak dia most wanted. Dih kok bisa sih? Nyebelin kayak gitu. Itu anak kayak batu kali tau nggak, kerjaannya diem doang senggol dikit paling juga kejebur."

Perkataan Kasih pun disambut dengan tawa oleh kedua temannya.

"Hahaha gila lu kas. Dapet perumpamaan dimana tuh?" Tanya senja.

"Orang yang puitis mah beda nja." Ledek Sedia.

"Btw guys gue tadi kan nyari si Abadi tuh, niatnya mau balikin duitnya. Eh dia nya ngeyel kalo nggak pernah ngasih gue duit."

"Lu balikin pake duit?" Tanya Sedia.

"Iya." Jawab Kasih singkat.

"Kasih lu oon jangan dipelihara napa? Ya kali lu ganti duit 10ribu perak."

"Ya mau gue ganti pake apaan diaa." 

"Lu usaha kek beliin kopi."

"Mana ada kedai kopi buka pagi dia."

"Lu usaha ke kasih, bikin bisa kan."

"Enak banget tu anak, pake acara dibikinin kopi segala."

"Ya kalo lu mau urusan lu sama dia selesai sih."

Kasih pun hanya menghembuskan napas berat. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa ia berurusan dengan cowok batu seperti Abadi. Untuk kedua kalinya kasih menghembuskan napas beratnya lagi, ya bagaimana tidak saat ini otaknya tengah dipenuhi dengan Abadi ditambah lagi hampir setiap hari ia selalu melihat senja belajar dengan buku buku tebalnya. Senja memang anak yang paling landai diantara sedia dan kasih. Bukan hanya diantara mereka ia juga menjadi juara satu paralel di kelas 2 jurusan IPS. Beruntung sekali Kasih dan Sedia mendapatkan teman seperti senja. Senja juga buka tipe anak pinter yang sombong.

"Senja lu bisa nggak sih sehari aja nggak megang tu buku. Risih gue lihatnya." Kata Kasih yang tak dijawab oleh. Senja. Yah begitulah senja kalau sudah membaur dengan dunianya sendiri.

"Senjaaa." Teriak Kasih hingga menjadi pusat perhatian di kelas.

"Apa?"

"Wah emang kudu sabar ngehadepin temen kayak elu ya."

"Senja, nanti balik pake apa lu?" Tanya sedia.

"Nggak tau nyokap nggak bisa jemput." Jawab senja.

"Kenapa dia? Lu mau ngasih tumpangan ke Senja."

"Kagaklah, gue aja nebeng Bang Magen."

"PHP lu."

"Napa jadi elu yang ribet sih Kas?"

Kasih pun membalas Sedia dengan menjulurkan lidahnya dan mengejek Sedia. Yah memang diantara pertemanan mereka hanya Senja yang pendiam dan selalu menjadi penengah. Sedangkan Kasih dan Sedia, tidak ada hari tanpa pertengkaran. Setelah lelah bertengkar sedia menyadari bahwa saat ini senja kembali tenggelam pada buku-bukunya.

"Senja, kalo lu nggak berhenti belajar gue nggak bakal bantuin lu deket sama abang gue."

Senja yang mendengar perkataan Sedia segera menutup buku yang dibacanya. Sedangkan Kasih masih kaget dengan pernyataan Sedia barusan. Ia masih tak habis pikir seorang kutu buku seperti Senja pun bisa menyukai seseorang. Yang kembali membuatnya kaget adalah seseorang tersebut Magenta kakak dari Sedia. Jika mereka benar benar dekat atau bahkan jadian pasti semua siswa di sekolah akan gempar. Juara satu paralel kelas 2 IPS dan kelas 3 IPA bersatu. Berkurang sudah most wanted sekolah yang berstatus jomblo.

"Woi Kas, kesambet lu?" Tanya Sedia.

"Ha? Eh sejak kapan lu suka sama abangnya Sedia? Kok nggak cerita ke gue? Ih nggak asik lu." Tanya Kasih pada Senja.

"Yaelah lu pikir Senja cerita sama gue? Kagaklah."

"Terus lu tau dari mana coba?"

"Lah udah jelas kali dari pertama kali dia lihat abang gue sampe tiap hari nunggu gue di parkiran cuma buat lihat abang gue."

"Ih kok gue nggak tau?."

"Makanya peka napa Kas? Lu jadi orang kok nggak ada peka pekanya sama sekali."

"Itu kelebihan gue. Terlalu peka juga bisa bikin sakit hati kali."

Kasih mulai menyadari Senja yang mengantuk karena mendengar pertengkarannya dengan Sedia.

"Senja, sekarang lu cerita sejak kapan lu suka sama bang genta?"

"Sejak hari pertama kita MOS. Cuma Kak Magenta yang beda dari yang lain pendiam dan selalu baca buku. Dia punya dunianya sendiri yang bahkan orang lain pun nggak bakal bisa mengusiknya. Apalagi pas minggu kemarin kita kerja kelompok di rumah sedia, baru pertama kalinya gue lihat kak genta pake baju biasa. Dan dia ganteng banget."

"Astaga kalo beneran lu jadian sama Bang Magenta bakal jadi hot topic sih."

"Jadi dia, gimana caranya gue deket sama Kak Magenta?"

"Senjaa lu nggak dengerin omongan gue ya?"

"Untuk saat ini omongan lu nggak penting Kasih, yang penting itu tips dan trik buat deketin Kak Magenta."

"Sialan." Umpat kasih.

"Udah lu tenang aja, biar gue yang urus." Kata Sedia.

"Jangan yang aneh aneh ya. Awas lu."

"Beres, percaya aja sama gue."

Waktu pun berjalan begitu cepat, saat ini kasih, sedia dan senja sedang menunggu genta di samping gerbang sekolah. Senja terlihat gugup, ia bingung dengan apa yang akan diperbuat sedia untuk misi mendekatkannya pada genta. Setelah menungg 10 menit Magenta pun berhenti tepat didepan mereka dengan motor sport warna merahnya.

"Yuk balik." Kata Magenta pada Sedia.

"Gue kan ada latihan basket bang."

"Sejak kapan lu ikut basket?"

"Udah lama lah lu nya aja yang nggak tau."

"Makanya bang punya adek diperhatiin, belajar mulu yang diurusin." Kata Kasih pada Magenta.

"Berisik lu." Jawab Magenta yang dibalas dengan tatapan sengit Kasih.

"Yaudah kalau gitu gue balik dulu."

"Ih bentar bang." Tahan sedia.

"Apa lagi sih di?"

"Hehe boleh minta tolong anterin Senja pulang? Maagnya lagi kambuh bang tadi siang Senja nggak makan gara gara gue. Lagian searah juga kan."

Senja pun kaget dengan pernyataan sedia. Saat ini ia sedang bingung bagaimana menanggapi tatapan Magenta yang seakan menusuk matanya. Magenta pun segera melemparkan helm yang biasa dipakai Sedia kearah Senja. Jantung Senja pun semakin berdegup kencang, ia memang ingin dekat dengan Magenta namun tidak secepat ini. Ia masih tak habis pikir bagaimana bisa ia akan diantar pulang bahkan dibonceng oleh Magenta. Yah memang tak bisa dipungkiri meskipun Magenta tipe orang yang sangat cuek dan tidak mau ribet namun ia tetap akan mendengarkan ucapan adiknya. Sejak SMP Sedia dan Magenta memang sudah biasa hidup bersama karena kedua orang tuanya yang terlalu disibukkan oleh urusan pelerjaan mereka hinggak kadang lupa untuk mengurus kedua anaknya.

"Naik." Kata Magenta pada Senja dengan tegas.

Senja pun hanya bisa memenuhi perintah Magenta.

"Wah bisa gitu ya abang lu. Nurut banget sama adiknya." Kagum Kasih.

"Ya mah se freak dan se cuek apapun abang gue, kalo sama gue sayangnya minta ampun."

"Percaya gue."

Saat diperjalanan, Magenta tanpa ragu memegang tangan senja dan melingkarkan tangan Senja diperutnya.

"Biar nggak jatuh. Lemes kan?"

Senja pun hanya menjawab dengan anggukan. Sebodoh itulah Senja ketika berhadapan dengan Magenta. Bagaimana mungkin ia membalas perkataan Magenta dengan anggukan sedangkan Magenta bahkan tak bisa melihatnya. Yang Senja tahu saat ini dadanya terasa sesak karena jantungnya yang terus saja berdetak cepat sedari tadi. Magenta pun sampai di depan rumah Senja.

"Makasih kak." Kata Senja sambil mengembalikan helm yang ia pakai.

"Makan itu kebutuhan lu, jangan ngerepotin orang lain." Kata Magenta yang kemudian melesat pergi dari rumah Senja.

"Itu tadi Kak Maenta marahin gue? Tapi kenapa gue malah seneng. Udah gesrek ni otak gue." Kata senja pada dirinya sendiri.

Related chapters

  • Kasih Abadi   Bab 3 Kisah Antares dan Azalea

    Terlihat siluet seorang gadis menatap bintang bintang dari jendela kamarnya di lantai 2. Bintangnya berpijar bergantian namun selaras, bisiknya pada dirinya sendiri."Kasih mama buatin coklat panas nih." Yah gadis itu adalah Kasih."Iya mama makasih ya.""Yaudah nanti jendelanya jangan lupa ditutup. Mama kebawah dulu.""Iya mama."Saat mamanya sudah pergi, Kasih pun melanjutkan kegiatannya melihat bintang malam dan menyesap coklat panasnya sedikit demi sedikit. Tiba tiba saja wajah kesal Abadi memenuhi pikirannya. Ia teringat kembali 2 hari terakhir yang ia habiskan bersama Abadi. Dari mulai menumpahkan kopi Abadi sampai mengejar ngejar Abadi untuk mengembalikan kopinya dalam bentuk uang."Ih kenapa gue jadi mikirin Abadi sih. Cowok ngeselin kayak gitu. Tapi keren juga sih dia, apalagi pas si Abadi mulai fokus sama dunianya. Ah pas basket juga, gila keren banget."Kasih pun teringat saat ia menemani Sedia latihan dan tanpa disengaja ia juga melihat Abadi b

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 4 Sinyal Baik

    Semua mata tertuju pada Kasih yang sedang membacakan puisinya diiringi petikan gitar. Tentu saja Kala tak akan melewatkan perform Kasih kali ini. Ia selalu berada di tempat yang sama dan masih memakai seragam sekolahnya. Kasih pun mengakhiri performnya dengan lagu kuingin kau tau dari the overtunes. Sebelum menuruni panggung Kasih tersenyum manis pada Abadi yang seolah mengatakan bahwa performnya kali ini khusus untuk Abadi. Ya entah bagaimana Abadi bisa terduduk di cafe semesta. Setelah menuruni panggung Kasih pun mencoba mencari Abadi, namun ia tak lagi melihatnya. Yang ia temui justru kala yang tengah tersenyum manis padanya."Hai, Kasih.""Eh elu, lihat cowok yang tadi duduk di sini nggak?""Nggak tau, gue kan tadi cuma merhatiin elu. Emang siapa tu cowok?""Bukan siapa siapa. Btw ngapain lu di sini?""Lah kan gue fans pertama lu yang selalu setia melihat perform lu secara suka rela.""Iya deh iya percaya gue.""Btw lu pulang naik apa?""Angkot kayaknya."

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 5 Luluh

    Aaauu. Teriak seseorang saat Kasih sedang pemanasan untuk jogging di lapangan basket dekat rumahnya. Kasih pun mencari sumber suara, betapa terkejutnya Kasih melihat Abadi yang sedang memegang pergelangan kakinya yang sedikit memerah. Kasih pun berlari kearah Abadi dan memecah keramaian yang mengelilingi Abadi."Abadi? Lu nggak apa apa?" Tanya Kasih cemas.Abadi pun hanya menatapnya bingung. Kasih pun tak menanggapi tatapan Abadi dan berusaha membopong Abadi dengan tubuh mungilnya."Bantuin kali. Napa pada diem semua sih." Teriak Kasih kepada teman Abadi yang hanya melihatnya kesusahan membopong tubuh Abadi. Akhirnya Kasih pun mendapatkan bantuan. Sesampainya di pinggir lapangan Kasih memegang kaki Abadi yang terluka."Sakit?" Tanya Kasih."Iyalah memar gini masak nggak sakit.""Ih kok nyolot sih.""Iya maaf. Oh iya lu cewek yang pernah ngejar ngejar gue kan?""Dih sok keren banget sih.""Yee lu yang ngejar gue. Sampe sekarang ni gue nggak inget pernah nga

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 6 Sekaleng Soda Dingin

    "Abadi lepas! Tangan gue sakit."Abadi pun yang tanpa sadar mencengkram pergelangan Kasih begitu kuat setelah mendengar teriakan Kasih ia segera melepaskan cengkramannya. Namun karena terburu-buru ia justru melemparnya dengan kasar."Aauu." Rintih Kasih.Abadi pun hanya melirik sekilas pergelangan Kasih yang terlihat sedikit lebam. Abadi tahu semua itu kesalahannya. Apa perlu gue kompres tangannya Kasih? Ih tapi nanti dia GR."Bad, lu mau ngapain sih ngajak gue ke lapangan basket panas panas gini? Kalo mau berjemur jangan ajak-ajak gue."Abadi pun melihat sekeliling dan benar saja ia berada tepat di tengah lapangan basket. Lah ngapain juga gue bawa Kasih ke lapangan basket."Woi Abadi." Teriak Kasih tepat disamping telinga Abadi."Kasih itu mulut apa toa sih?""Lu ngapain nyeret gue kesini?""Iseng doang.""Tanggung jawab lu. Bentar lagi udah mau masuk. Perut gue masih kosong.""Makan lah.""Yaelah kalo sekarang gue jalan ke kantin pun udah ke bur

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 7 Sebungkus Permen Mint

    Malam harinya seperti biasa Kasih membuka jendela kamarnya dan duduk didekatnya sambil memandang indahnya langit malam. Kemudian ia mengambil buku diary-nya dan tersepu malu. Kemudian Kasih beranjak dari tempat ternyamanya untuk mengambil tas sekolahnya dan duduk kembali ke tempat awal. Kasih pun mengambil bungkus permen mint bertuliskan “I miss you” Kasih kembali tersenyum malu-malu. Ia masih tidak habis pikir bagaimana seorang Abadi yang batu bisa berbuat seromantis ini. Gila ini kepala Abadi kebentur apaan yak kok bisa se sweet tadi. Ya meskipun rada cuek gitu tapi dia kan udah bantuin ngompres pergelangan tangan gue. Please Kasih lu jangan sampe kegeeren dulu, takutnya besok Abadi nya berubah. Kasih pun membuka buku diary miliknya dan menempelkan bungkus permen mint yang diberikan Abadi. Bodo amat di bilang lebay yang penting gue suka, kata mama kan gue harus mengikuti apa kata hati gue. Jadi mulai sekarang gue memutuskan untuk melakukan apapun yang gue suka selagi nggak merugik

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 8 Americano atau Latte

    Saat bel istirahat berbunyi Kasih segera keluar kelas dan tanpa diduga di depan kelas sudah ada yang menunggunya. Bukan Abadi tapi Kala.“Hai Kasih.”“Kala ngapain lu di sini?”“Gue mau tanya sesuatu sama lu.”Tanpa Kala dan Kasih sadari ada dua pasang mata yang menemukan keberadaan mereka. Mungkin saja dua pasang mata tersebutmulai mencurigainya.“Senjaa.” Bisik Sedia sambil menarik lengan Senja.“Kenapa sih Di?”“Makanya itu buku simpen dulu.”“Yee terserah gue lah.”“Woi modelan kayak gini mau dapetin abang gue?”“Gini-gini gue pinter kali.”“Otak pinter tapi nggak bisa ngomong depan abang gue. Ditikung tahu rasa lu.”“Apa gunanya gue punya temen adiknya Kak Magenta.”“Ssst.”“Lu kenapa sih? Ini kenapa kita ngumpet. Udah kayak maling aja.”“Emang mau nyolong.”“Dosa woi.” Kata Senja sambil memukul belakang kepala Sedia.“Sakit anjir. Mau nyolong info maksudnya. Tuh lihat ada Kala sama Kasih.”“Lah terus? Samperin lah.”“Sen

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 9 Siapa Dave Sebenarnya

    Di parkiran café semesta, Magenta merasa ada yang aneh dengan Abadi. Apa mungkin?“Dave?” panggil Magenta dan Abadi menoleh kearahnya.Abadi yang menoleh kearah Magenta menatap Magenta dengan penuh kecurigaan. Namun Magenta langsung saja menyapa seseorang di belakang Abadi.“Apa kabar Dave?”“Magenta? Lu nongkrong di sini juga?”“Yoi ini mau balik. Gue duluan ya. Yuk Bad.”Abadi pun mengikuti Magenta di belakang.***Setelah Abadi dan Magenta pulang, Kala juga berpamitan pulang.“Gue balik dulu ya.”“Hati-hati.” Kata Kasih.Kini perhatian Kasih dan Sedia tertuju pada Senja yang wajahnya kembali normalsetelah Magenta pulang. Bahkan sekarang ia bisa tersenyum manis mengingat perkataan Magenta sebelum pulang.“Hahahaha.” Terdengar tawa Kasih yang sangat keras.“Lu kenapa Kas?” Tanya Sedia heran.“Gila udah pengen ketawa aja gue dari tadi lihat tampangnya si Senja.”“Wkwkwkwk sama anjir. Ngakak banget gue h

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 10 Sesuatu yang Belum Pernah terjadi

    Apa yang terjadi sama diri gue? Kenapa gue tiba-tiba muncul saat Dave menguasai tubuh gue? Biasanya gue selalu muncul pas bangun tidur. Gimana bisa tadi gue tiba-tiba muncul? Dan gue muncul tepat disaat Kasih bareng Kala.Kemudian Abadi teringat saat Kasih dan Kala menunggu busway tadi, Abadi sangat bingung bagaimana bisa ia berada di sana. Yang terakhir ia ingat ia sedang menginap di rumah Magenta karena pertengkaran dengan mamanya. Dan betapa terkejutnya Abadi dengan apa yang terjadi pada dirinya. Kondisinya saat ini ia sedang bersembunyi dibalik pohon lebih tepatnya ia sedang mengintip kebersamaan Kasih dan Kala. Abadi menyadari betapa menyedihkannya dia.Goblok ngapain juga gue di sini? Apa lagi yang dilakuin Dave? Kasih ngapain sama Kala? kok bisa deket gitu? Apaan sih kan bukan urusan gue. Ini kenapa tangan gue lengket banget ya. Abadi pun melihat tangannya sudah penuh dengan tumpahan Americano coffee. Abadi yang melihat Kasih dan Kala pergi menaiki busway, A

    Last Updated : 2021-07-28

Latest chapter

  • Kasih Abadi   Bab 41 Akhir Bahagia

    Setelah berdebat dengan Abadi yang memaksa untuk mengantar Kasih pulang. Akhirnya Kasih bisa membujuk Abadi bahwa ia bisa pulang sendiri. Ia juga menyuruh Abadi untuk beristirahat. Saat berniat untuk pulang, Kasih mendapati Rena yang sedang duduk sambil menonton televisi. Namun matanya justru terlihat kosong. Kasih yang menyadari hal tersebut, segera pergi ke dapur dan membuat teh hangat dengan madu. Lalu ia memberikan teh tersebut untuk Rena.“Terima kasih.”“Tante harus jaga diri Tante sendiri. Kalau Tante selemah ini bagaimana bisa Tante menghadapi Abadi.” Kata Kasih.Rena segera mematikan televisinya. Ia ingin mendengarkan kondisi Abadi tanpa ada gangguan.“Keadaan Abadi gimana?”“Keadaan Abadi sudah stabil.”“Saya masih bingung bagaimana bisa sikap Dave berubah.”“Yang harus Tante khawatirkan sekarang bukan perubahan sikap Dave tapi kesembuhan Abadi. Sebenarnya apa yang terjadi Tante bagaimana bisa Abadi mengidap DI

  • Kasih Abadi   Bab 40 Kembali Pulih

    Keesokan harinya Kasih membantu mamanya memasak. Mereka mencoba memasak chiffon cake strawberry. Saat sedang asik-asiknya memasak, ada seseorang yang memencet bel rumah mereka. Maya bergegas membuka kan pintu. Setelah membuka pintu Maya dikejutkan dengan kehadiran Rena dengan luka lebam di kakinya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan. Matanya sembab dan ada kantong mata hitam, badannya juga terlihat semakin kurus. Maya bingung dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Ia hanya bisa mempersilahkan Rena masuk dan duduk di ruang tamunya. Sedangkan Kasih masih sibuk di dapur dan tidak menyadari kehadiran Rena.“Kasih, tolong ambilin minum ya.” Teriak Maya.Kasih pun mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Kasih sangat terkejut melihat kehadiran Rena. Kasih tidak bisa berbohong. Ia masih belum bisa memaafkan Rena. Namun melihat kondisi Rena yang berantakan membuat hatinya sedikit luluh. Maya mempersilahkan Rena untuk minum.&nb

  • Kasih Abadi   Bab 39 Keputusan Yang Salah

    Malam ini Kasih sedang memakan camilan sambil menonton TV. Maya menghampiri Kasih dan membawa jus strawberry untuk mereka berdua.“Kasih, mama boleh tanya sesuatu nggak?”“Mama mau tanya apa sih serius banget.” Jawab Kasih sambil memakan camilan favoritnya.“Abadi kok jarang main ke sini ya?”“Setelah kejadian tempo hari, mama masih bisa nerima Abadi?”“Iya kenapa nggak. Yang salah kan bukan Abadi. Ingat Kasih yang merasa kehilangan bukan cuma kita, Abadi juga. Dia kehilangan ayahnya dan figure seorang ibu yang harusnya dia dapat dari Rena.”“Aku paham soal itu Ma. Aku cuma nggak suka karena Abadi pernah bilang kalau ayah pembunuh. Padahal dia sendiri tahu kalau papanya meninggal karena musibah bencana alam.”“Apa kamu udah dengar penjelasan dari Abadi?”Kasih teringat saat Abadi ingin menjelaskan sesuatu namun ia justru menolaknya. Egonya masih tinggi jika dipaksa untuk memaafkan Abadi. Rasa sakit hatinya masih belum

  • Kasih Abadi   Bab 38 Berlagak Jadi Korban

    Senja sedang menuju kantin dengan sedikit terburu-buru. Niat awalnya ingin membaca buku namun diurungkan karena perutnya yang kelaparan. Saat ia sedang terburu-buru, tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Dengan reflek Senja mencoba untuk melepas bekapan orang tersebut. Namun usahanya gagal, sekuat apapun Senja ia tetap tidak bisa mengalahkan kekuatan laki-laki. Sampai akhirnya mereka berada di lorong kecil antara kelas 11 dan 12.“Ini siapa sih? Ya kali gue diculik. Nekad banget culik anak orang di sekolah. Mana pas jam sekolah lagi.” Batin Senja.Sesampainya di sana, laki-laki itu membuka bekapan tangannya dari mulut Senja. Senja yang sudah siap memprotes perlakuan laki-laki tersebut justru terdiam. Bagaimana tidak sekarang, dihadapannya ada Magenta dengan senyuman tanpa rasa bersalah.“Mau lu apa... Kak Magenta.” Kata Senja yang terkejut dengan kehadiran Magenta.“Sorry kalau gue ngagetin lu.”“Nggak kaget lagi Ka

  • Kasih Abadi   Bab 37 Kehidupanku Sebelum Kehadiranmu

    Setelah melihat Kasih dan mamanya pergi dengan kekecewaan, Abadi memasuki rumah dengan emosi yang sudah memuncak.“Mama apa-apaan sih?” Bentak Abadi ke mamanya.Rena yang dibentak hanya terdiam membeku.“Ma, mama itu udah keterlaluan. Mau sesedih apapun kita kehilangan papa, harusnya mama nggak memanfaatkan rasa bersalah Om Raman.”“Adi dia pembunuh papa kamu.”“Bukan Ma. Papa meninggal karena musibah yang siapapun nggak bisa menghalanginya. Asal Mama tahu aja waktu Mama pingsan di rumah sakit karena terpukul atas meninggalnya Papa, cuma Om Raman yang ada di samping aku. Om Raman mencoba untuk menguatkan aku bahkan berusaha untuk menghibur aku. Om Raman orang yang baik Ma.”Setelah mendengar cerita dari Abadi, Rena semakin merasa bersalah. Ia dibutakan dengan rasa kehilangannya dan hasrat untuk balas dendam.“Kasih adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Dave menghilang dari kehidupan aku. Dan Mama baru saja menghancurkan

  • Kasih Abadi   Bab 36 Bukan Balas Dendam

    Sudah genap seminggu kepergian Raman, namun Kasih masih saja murung. Ia hanya makan sedikit, jarang keluar kamar, dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya ketika di sekolah. Bisa dibilang Kasih seperti mayat hidup. Ya mungkin untuk sebagian orang memang berlebihan. Namun ada pengecualian untuk Kasih. Bagaimana tidak setelah bertahun-tahun lamanya Kasih tidak bertemu ayahnya dan tiba-tiba saja ayahnya muncul di depan matanya. Namun baru sebentar Kasih menikmati waktu berharganya bersama sang ayah, Tuhan justru mengambil nyawa ayahnya. Sedangkan Abadi yang sudah tidak tahan dengan sikap Kasih yang selalu terlihat sedih. Bahkan hari ini pun Kasih tidak masuk sekolah. Abadi pun memutuskan untuk menemui Kasih sepulang sekolah. “Kasih ada nggak?” tanya Abadi pada Sedia di depan kelas Kasih. “Kasih nggak masuk Kak.” “Kenapa?” “Di surat sih izinnya sakit.” Sepulang sekolah Abadi langsung menuju rumah Kasih. sesampainya di depan rumah Kasih, Abadi

  • Kasih Abadi   Bab 35 Hidup Layaknya Orang Mati

    Dinding itu mulai terbangun kembaliBukan karena perasaan namun keadaanKita yang mulai saling menerimaJustru dipisahkan oleh takdir TuhanApakah masing-masing dari kita bisa saling merelakan?Tentang takdir Tuhan di masa lalu yang tanpa sengaja mengikat kita dalam drama kepedihanKamu yang tanpa sengaja masuk ke hatiku dengan segala kekuranganmuDan aku yang dengan bodohnya menerima dua sisi berbeda dalam dirimuSemesta yang mempertemukan kita dan lagi-lagi mempermainkan kitaEntahlah kita tunggu saja kapan semesta kembali berpihakPuisi indah Kasih lagi-lagi berhasil mencuri perhatian pengunjung café semesta. Dan pengunjung setia sekaligus penggemar pertama Kasih sedang duduk dengan senyuman menawan milik Kala. Di depan Kala ada Sedia yang sedang duduk sambil melihat Kala dan Kasih dengan ekspresi datar.“Oh iya gelang lu udah ketemu?” tanya Sedia untuk mengalihkan perhatian Kala.

  • Kasih Abadi   Bab 34 Keretakan Hubungan Kasih dan Abadi

    Tiga hari setelah resepsi pernikahan Kasih tidak pernah bertemu Abadi. Padahal ia sudah mencari Abadi di seluruh sekolah bahkan di kelas Abadi, namun hasilnya masih nihil. Tiba-tiba saja Senja yang tadinya pamit ke toilet, sekarang sedang menghampiri Kasih dengan terburu-buru. “Kasiih.” Teriak Senja dengan napas yang terengah-engah. “Ada apa sih? Heboh banget lu.” “Gue tadi lihat Abadi di parkiran motor.” Kasih yang mendengar perkataan Senja segera berlari menuju parkiran. Kasih tidak mau lagi melewatkan kesempatan kali ini. “Abadi mana ya.” Kata Kasih sambil menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Abadi.

  • Kasih Abadi   Bab 33 Resepsi Pernikahan

    Setelah sebulan penuh Kasih dibantu dengan teman-temannya serta Maya dan Raman yang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk resepsi pernikahan. hari yanag ditunggu-tunggu pun tiba. Di sebuah taman dengan dekorasi sederhana namun terbilang mewah Maya dan Raman duduk berdampingan. Semua pasang mata tertuju pada mereka. Kasih sedang sibuk mencari keberadaan Abadi dan mamanya. Kasih memang diberi izin mama dan ayahnya untuk mengundang teman-temannya. Kasih memutuskan untuk mengundang Senja, Kala, Sedia, Magenta dan Abadi. Kasih juga mengundang mamanya Abadi. Ia ingin memperkenalkan orang tuanya kepada mamanya Abadi. Saat ini acara akan segera dimulai. Semua tamu undangan juga sudah berkumpul. Namun Abadi masih belum datang juga. Kasih yang khawatir mencoba untuk menelepon bahkan membombardirnya dengan chat namun tetap tidak direspon Abadi. Karena waktu yang tidak bisa dihentikan dan tidak mungkin juga acara diundur hanya karena ketidakhadiran Abadi. Acara pun dimulai dengan MC yang m

DMCA.com Protection Status