Home / Young Adult / Kasih Abadi / Bab 4 Sinyal Baik

Share

Bab 4 Sinyal Baik

Author: mutiaradee
last update Last Updated: 2021-07-10 13:01:10

Semua mata tertuju pada Kasih yang sedang membacakan puisinya diiringi petikan gitar. Tentu saja Kala tak akan melewatkan perform Kasih kali ini. Ia selalu berada di tempat yang sama dan masih memakai seragam sekolahnya. Kasih pun mengakhiri performnya dengan lagu kuingin kau tau dari the overtunes. Sebelum menuruni panggung Kasih tersenyum manis pada Abadi yang seolah mengatakan bahwa performnya kali ini khusus untuk Abadi. Ya entah bagaimana Abadi bisa terduduk di cafe semesta. Setelah menuruni panggung Kasih pun mencoba mencari Abadi, namun ia tak lagi melihatnya. Yang ia temui justru kala yang tengah tersenyum manis padanya.

"Hai, Kasih."

"Eh elu, lihat cowok yang tadi duduk di sini nggak?"

"Nggak tau, gue kan tadi cuma merhatiin elu. Emang siapa tu cowok?"

"Bukan siapa siapa. Btw ngapain lu di sini?"

"Lah kan gue fans pertama lu yang selalu setia melihat perform lu secara suka rela."

"Iya deh iya percaya gue."

"Btw lu pulang naik apa?"

"Angkot kayaknya."

"Lah motor lu kemana kas?"

"Tadi pas gue mau berangkat bannya bocor. Yaudah gue bareng nyokap gue aja."

"Mau nebeng gue nggak."

"Ogah ah ngerepotin."

"Yaelah santai aja kali."

Saat Kasih ingin menanggapi perkataan kala, maya pun datang menghampiri Kasih.

"Kasih."

"Eh mama, mama ngapain di sini?"

"Mama jemput kamu lah."

"Tadi katanya mama mau lembur."

"Nggak jadi mama kepikiran sama kamu. Nanti aja dikerjain di rumah."

"Yaudah nanti Kasih bantuin."

"Ini, Abadi ya?"

"Ih mama bukan."

"Kala tante." Kata kala memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Maya.

"Eh maaf ya tante salah orang."

"Iya tante nggak apa apa."

"Wah ternyata anak mama banyak juga ya yang minat."

"Diskon kali Ma, pulang yuk. Kala gue balik dulu ya."

Kasih pun segera mengajak mamanya pulang sebelum mamanya membongkar banyak hal tentang dirinya.

"Tante duluan ya Kala."

"Iya tante hati hati ya. See you Kas." Kata Kala yang dibalas senyum manis maya dan anggukan dari Kasih.

Malam pun tiba dan Kasih menepati janjinya untuk membantu pekerjaan mamanya. Tiga jam sudah berlalu semenjak ia membantu mamanya.

"Kasih, kamu nggak ada tugas ya?"

"Nggak ada Ma. Tahu tuh Kasih juga heran bisa gitu nggak ada tugas sama sekali."

"Ya mungkin masih hari tenang karena kamu kan baru masuk sekolah. Masih pemanasan kali."

"Udah kayak olahraga aja Ma. Ada pemanasan segala."

"Oh iya yang tadi itu temen kamu siapa namanya? Mama lupa."

"Oh si Kala ma."

"Oh Kala, kayaknya dia suka deh sama kamu."

"Ih nggak mungkin lah Ma. Lagian Kala itu adek kelas Kasih, ya kali Kasih suka sama berondong."

"Apa salahnya sama adek kelas Kasih? Lagian kamu cuma selisih setahun masak dibilang berondong. Kalo kamunya kuliah terus pacar kamu anak SMP baru tuh doyan berondong."

"Hahaha mama tu bisa aja ya."

"Kelihatan banget lho Kas kalo dia suka sama kamu, percaya deh sama mama."

"Ih mama dukung aku sama Abadi atau sama Kala sih."

"Ya kali aja kamu udah nyerah gitu sama Abadi. Kan bisa sama Kala."

"Kala jadi pelampiasan dong. Mama kok ngajarin yang nggak bener sih."

"Iya iya maaf mama bercanda sayang. Lagian mata kamu udah merah gitu, pasti ngantuk kan."

"Tapi ini kan belum selesai semua ma."

"Udah nggak apa apa. Kamu mau bantuin aja mama udah seneng."

"Yaudah Kasih tidur dulu ya. Night mama." Kata Kasih sambil mencum pipi mamanya.

***

Keesokan harinya Maya dikejutkan oleh Kasih yang sedang membuat kopi di dapur.

"Kamu pagi pagi mau minum kopi? Perasaan yang begadang kemarin mama."

"Ini buat Abadi ma. Kasih mau ngembaliin kopi Abadi yang Kasih tumpahin."

"Oh gitu, oh iya sayang motornya udah bisa ya tadi mama minta tolong orang buat nambal ban motor kamu."

"Makasih mama."

"Oh iya itu mama siapin bekal buat kamu juga. Dibawa ya."

"Ih tumben mama baik banget sama Kasih."

"Iyadong sayang, mama bakal sering bawain kamu bekal biar nggak telat makan kamu."

"Mama nggak usah khawatir kalo soal makanan Kasih. Di perut Kasih ini bisa menampung apapun. Mama berangkat gih, nanti macet lho."

"Iya mama berangkat dulu. Kamu hati hati ya nanti. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, mama juga hati hati." Teriak Kasih.

***

"Abadi." Teriak Kasih.

Sesampainya Kasih di sekolah tanpa diduga ia melihat Abadi yang beranjak pergi dari parkiran motor. Karena ia tidak mau kehilangan jejak Abadi lagi, ia pun memanggil Abadi dengan suara yang lantang.

"Lu siapa?" Tanya Abadi.

"Lu pinter tapi pikun ya. Gue Kasih."

"Oh Kasih. Mau ngapain ya?"

"Nih gue mau ngasih lu kopi. Tapi"

Kasih pun tak melanjutkan perkataannya karena ia melihat Abadi saat ini tengah meminum kopi buatannya. Oh my god mimpi apa gue, kok bisa dia berubah sedrastis itu. Napa Abadi jadi baik gini yak. Kata Kasih dalam hati.

"Makasih ya kopinya enak. Gue suka." Kata Abadi sambil tersenyum. Kasih pun dibuat cengo oleh senyumannya. Bagaimana tidak ia masih tak membayangkan bisa melihat senyum Abadi yang jarang ia tunjukan. Bahkan Abadi senyum telat dihadapannya.

"Tapi waktu itu yang gue jatuhin americano, gue pikir lu nggak suka minum latte makanya tadi gue sedikit khawatir."

"Oh iya tapi gue lebih suka latte kok."

"Abadi, kok gue ngerasa lu beda banget ya. Gue itu pernah seharian ngejar ngejar elu cuma buat balikin duit 10ribu daripada gue gantiin kopi. Tapi lu kasar banget sama gue, rada ngegas lagi ngomongnya."

"Masak sih? Kok gue nggak inget ya? Mungkin karena gue lagi banyak pikiran kali ya jadi rada kasar ke elu dan mungkin karena itu juga gue belinya americano bukan latte."

"Iya juga ya. Gue nggak kepikiran sampai situ sih."

"Maaf ya kalo gue sempet kasar sama lu. Btw makasih lattenya gue ke kelas dulu. Udah mau bel."

Kasih pun hanya menanggapi ucapan Abadi dengan seyuman manis dan anggukan kepala.

Gila tu anak kenapa jadi baik banget sih? Kesambet apa coba? Eh bukannya ini sinyal baik ya buat gue, jadi gue ada peluang buat deketin Abadi. Tapi kok rasanya ada yang ngeganjel gitu ya. Perubahan Abadi itu terlalu cepat.

Kasih yang tengah berdebat dengan pikirannya pun harus berhenti karena bel masuk sekolah telah berbunyi.

"Bodo amat, yang penting gue nggak punya hutang lagi."

Tapi kalo hutang gue udah lunas, gue nggak ada alasan buat dekatin Abadi dong. Duh bego banget Kasih. Kenapa gerakan tangan gue lebih cepat dan otak gue sih.

***

 “Kas, lu kenapa sih?” tanya Sedia.

Hari ini Sedia memang sengaja duduk di sebelah Kasih karena teman sebangku Kasih tidak masuk sekolah. Senja? Mana peduli dia, yang terpenting bagi Senja adalah lingkungan yang nyaman untuk dia fokus belajar. Saat ini sedang berlangsung pelajaran matematika dengan guru yang sangan killer. “Kas... Kasih!” bisik Senja pelan namun tidak dijawab oleh Kasih.

Yang sedang Kasih lakukan saat ini adalh melihat papn tulis dengan tatapa kosong. Entah apa yang memenuhi pikirannya.

 “Woi Kasiih!” Teriak Sedia tanpa sengaja dan mengagetkan seluruh penghuni kelas tak terkecuali guru matematika.

Kasih yang mendengar teriakan keras Sedia pun kaget dan memandang Sedia dengan tatapan bingung.

 “Kamu yang teriak dan teman yang kamu panggil keluar sekarang juga!” Perintah guru matematika.

Sedia yang mendengar perintah guru matematika itu pun segera berdiri melewati Kasih sambil melemparkan tatapan membunuhnya. Kasih pun yang merasa bersalah segera mengekor Sedia. Ketika mereka sampai di depan kelas, mereka meminta maaf kepada guru matematika dan keluar dari kelas. Kasih masih mengekor Sedia hingga tanpa sadar ia sampai di koridor dekat kantin.

 “Waah akhirnya gue bisa keluar juga.” Kata Sedia dengan ceria berbanding terbalik dengan ekspresinya ketika keluar kelas tadi. Tatapannya seakan siap menerkam Kasih hidup-hidup.

 “Apa-apaan nih kok lu seneng?”

 “Senenglah akhirnya gue bisa ke kantin. Lapar banget perut gue belum sarapan.”

 “Jadi lu dari tadi ngerjain gue? Gila, udah was-was aja gue kirain bakal kena semprot dari lu.”

 “Yee ngapain juga. Makan yuk Kas, lapeer.” Kata Sedia sambl menarik lengan Kasih.

Sedia dan Kasih pun memesan nasi pecel untuk sarapan.

 “Di, lu yakin mau makan di kantin? Tar kalo keciduk sama terus masuk BK gimana? Ogah gue.”

 “Yaelah santai Kas. Lu kira gue ngajak lu bolos tanpa pertimbangan.”

Kasih yang mendengar penjelasan Sedia pun semakn penasaran. Hal gila apa lagi yang akan dilakukan Sedia. Dan betapa terkejutna Kasih melhat Sedia duduk lesehan di bawah meja tempat ibu penjual nasi pecel.

 “Lu mau ngapain di situ?”

 “Makan lah.”

 “Di kolong meja?”

 “Ini tempat teraman Kas. Udah jangan ngomong mulu lu. Perut gue makin keroncongan.”

Kasih pun dengan sedikit terpaksa mengikuti Sedia. Kash bahkan masih sempat memnta izin ibu penjual nasi pecel. Untung saja si ibu baik hati.

 “Di, kalo gue pikir-pikir sekali lagi nih kok gue ngerasa dimanfaatin ya. Mana kalo keingat itu cara mata lu lihat gue, pengen gue colok.”

 “Nah elu mata ke papan tulis pikiran ke yang lain.”

 “Kalo gue nggak melamun sekali pun, lu pasti tetap teriakin nama gue kan? Mana berani lu teriakin nama Senja.”

 “Iya elu lah siapa lagi. Takut gue kal Senja. Takut nggak dicontekin hahaha.”

Setelah selesai makan, Kasih pun bingung kemana lagi tujuannya kali ini. Sedangkan jam istirahat masih 1 jam lagi.

 “Di, tanggung jawab dong. Mau kemana nih? Masih sisa satu jam.”

 “ke lapangan yuk.”

 “Ngapain?”

 “Kelas Bang Magenta kan hari ini olahraga. Ya walaupun waktunya udah habis, tapi biasanya Abang main basket dulu sama Abadi.”

Mendengar kata Abad membuat mata Kasih berbinar. Sorot mata itu tak luput dari penglihatan Sedia.

 “Gila lu seriusan suka sama Abadi. Sampai segitunya dengar nama Abadi doang.”

 “Yuk!” Ajak Kasih sambil melingkarkan lenngannya ke lengan Sedia.

 “Kemana?”

 “Lihat Abadi main basket.”

Sedia pun menghembuskan nafas berat dan mengikuti setiap langkah Kasih. Ya hitung-hitung membayar hutang budinya pada Kasih yang suda menemaninya bolos.

 “Dia, lu bohong ya? Mana si Abadi? Nggak ada tuh.”

 “Ya mana gue tahu. Lu kira gue emaknya.”

 “Yaah mau ngumpet kemana dong kita?”

 “Perpus aja yuk Kas!”

 “Ngapain ke perpus, yang ada gue ngantuk.”

 “Emang tujuan gue mau tidur.” Jawab Sedia sambil berjalan menuju perpustakaan dan meninggalkan Kasih yang masih mencerna perkataannya. Kasih pun segera mengikut Sedia.

Sesampainya di perpustakaan Sedia pun menuju tempat paling belakang yang nyaman untuk tidur. Namun anehnya kali ini Sedia tidak mengantuk. Pemandangan di sebelahnya membuat rasa kantuknya menghilang seketika. Lagi-lagi ia melihat Kasih sedang melamun.

 “Kas, lu mikirin apaan sih? Tadi di kelas juga lu ngelamun mulu?”

 “Abadi.”

 “Astaga bucin banget sih lu.”

 “Nggak masalah bucin. Gue tadi pagi kan bawa Americano coffee buat Abadi, dan lu tahu apa yang dilakukan Abadi? Dia senyum ke gue anjir, dia jelasi kenapa selama ini kasar ke gue.”

 “Serius lu? Tumben si Abadi baik banget?”

 “Dan begonya gue kenapa gue ngasih kopinya hari ini. Kan jadi nggak ada alasan gue buat dekat sama Abadi lagi.”

 “Itu doang yang lu pikirin dari tadi?” Tanya Sedia yang dijawab anggukan pelan.

 “Kasiih lu polos apa pura-pura polos sih. Mungkin pertemuan pertama lu sama Abadi itu kebetulan doang. Dan lu mau berharap berapa banyak kebetulan itu bakal datang ke elu? Usaha dong Kas. Bikin momen yang bisa lu lalui sama Abadi. Kayak si Senja tuh. Gila sekutu bukunya Senja dia masih paham sama masalah beginian. Nah elu yang puitisnya setinggi gunung malah nggak ngerti.”

 “Jadi intinya gue harus ngejar Abadi nih? Kok kesannya gue murahan banget ya.” Jawab Kasih yang dibalas Sedia dengan tamparan pelan di bibirnya

 “Woi, itu mulut dijaga. Ya kalo dekatin jangan terlalu agresif Kas. Bikin momen sealami mungkin. Atau bikin Abadi notice keberadaan lu.”

 “Iya iya gue usahain.”

 “Btw kenapa lu bisa naksir sama manusia se-freak Abadi sih.”

 “Karena gue cerita ke mama tentang Abadi. Dan mama bilang gue suka sama Abadi.”

Penjelasan polos Kasih pun membuat Sedia tertawa terbahak-bahak hingga seluruh penghuni perpustakaan melihatnya. Sedia yang sadar bahwa keberadaannya di perpustakaan mulai terancam, ia pun bergegas meminta maaf. 

 Tanpa Kasih dan Sedia sadari di rak bagian paling belakang, terlihat Abadi sedang tersenyum sinis setelah mendengarkan semua perakapan Kasih dan Sedia.

 “Menarik.” Kata Abadi sambil tersenyum sinis dengan tatapan tajam seperti biasa. Namun ada sedikit yang berbeda dari tatapannya. Di matanya terpancarkan aura kejahatan yang tak pernah Nampak di mata Abadi sebelumnya.

Related chapters

  • Kasih Abadi   Bab 5 Luluh

    Aaauu. Teriak seseorang saat Kasih sedang pemanasan untuk jogging di lapangan basket dekat rumahnya. Kasih pun mencari sumber suara, betapa terkejutnya Kasih melihat Abadi yang sedang memegang pergelangan kakinya yang sedikit memerah. Kasih pun berlari kearah Abadi dan memecah keramaian yang mengelilingi Abadi."Abadi? Lu nggak apa apa?" Tanya Kasih cemas.Abadi pun hanya menatapnya bingung. Kasih pun tak menanggapi tatapan Abadi dan berusaha membopong Abadi dengan tubuh mungilnya."Bantuin kali. Napa pada diem semua sih." Teriak Kasih kepada teman Abadi yang hanya melihatnya kesusahan membopong tubuh Abadi. Akhirnya Kasih pun mendapatkan bantuan. Sesampainya di pinggir lapangan Kasih memegang kaki Abadi yang terluka."Sakit?" Tanya Kasih."Iyalah memar gini masak nggak sakit.""Ih kok nyolot sih.""Iya maaf. Oh iya lu cewek yang pernah ngejar ngejar gue kan?""Dih sok keren banget sih.""Yee lu yang ngejar gue. Sampe sekarang ni gue nggak inget pernah nga

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 6 Sekaleng Soda Dingin

    "Abadi lepas! Tangan gue sakit."Abadi pun yang tanpa sadar mencengkram pergelangan Kasih begitu kuat setelah mendengar teriakan Kasih ia segera melepaskan cengkramannya. Namun karena terburu-buru ia justru melemparnya dengan kasar."Aauu." Rintih Kasih.Abadi pun hanya melirik sekilas pergelangan Kasih yang terlihat sedikit lebam. Abadi tahu semua itu kesalahannya. Apa perlu gue kompres tangannya Kasih? Ih tapi nanti dia GR."Bad, lu mau ngapain sih ngajak gue ke lapangan basket panas panas gini? Kalo mau berjemur jangan ajak-ajak gue."Abadi pun melihat sekeliling dan benar saja ia berada tepat di tengah lapangan basket. Lah ngapain juga gue bawa Kasih ke lapangan basket."Woi Abadi." Teriak Kasih tepat disamping telinga Abadi."Kasih itu mulut apa toa sih?""Lu ngapain nyeret gue kesini?""Iseng doang.""Tanggung jawab lu. Bentar lagi udah mau masuk. Perut gue masih kosong.""Makan lah.""Yaelah kalo sekarang gue jalan ke kantin pun udah ke bur

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 7 Sebungkus Permen Mint

    Malam harinya seperti biasa Kasih membuka jendela kamarnya dan duduk didekatnya sambil memandang indahnya langit malam. Kemudian ia mengambil buku diary-nya dan tersepu malu. Kemudian Kasih beranjak dari tempat ternyamanya untuk mengambil tas sekolahnya dan duduk kembali ke tempat awal. Kasih pun mengambil bungkus permen mint bertuliskan “I miss you” Kasih kembali tersenyum malu-malu. Ia masih tidak habis pikir bagaimana seorang Abadi yang batu bisa berbuat seromantis ini. Gila ini kepala Abadi kebentur apaan yak kok bisa se sweet tadi. Ya meskipun rada cuek gitu tapi dia kan udah bantuin ngompres pergelangan tangan gue. Please Kasih lu jangan sampe kegeeren dulu, takutnya besok Abadi nya berubah. Kasih pun membuka buku diary miliknya dan menempelkan bungkus permen mint yang diberikan Abadi. Bodo amat di bilang lebay yang penting gue suka, kata mama kan gue harus mengikuti apa kata hati gue. Jadi mulai sekarang gue memutuskan untuk melakukan apapun yang gue suka selagi nggak merugik

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 8 Americano atau Latte

    Saat bel istirahat berbunyi Kasih segera keluar kelas dan tanpa diduga di depan kelas sudah ada yang menunggunya. Bukan Abadi tapi Kala.“Hai Kasih.”“Kala ngapain lu di sini?”“Gue mau tanya sesuatu sama lu.”Tanpa Kala dan Kasih sadari ada dua pasang mata yang menemukan keberadaan mereka. Mungkin saja dua pasang mata tersebutmulai mencurigainya.“Senjaa.” Bisik Sedia sambil menarik lengan Senja.“Kenapa sih Di?”“Makanya itu buku simpen dulu.”“Yee terserah gue lah.”“Woi modelan kayak gini mau dapetin abang gue?”“Gini-gini gue pinter kali.”“Otak pinter tapi nggak bisa ngomong depan abang gue. Ditikung tahu rasa lu.”“Apa gunanya gue punya temen adiknya Kak Magenta.”“Ssst.”“Lu kenapa sih? Ini kenapa kita ngumpet. Udah kayak maling aja.”“Emang mau nyolong.”“Dosa woi.” Kata Senja sambil memukul belakang kepala Sedia.“Sakit anjir. Mau nyolong info maksudnya. Tuh lihat ada Kala sama Kasih.”“Lah terus? Samperin lah.”“Sen

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 9 Siapa Dave Sebenarnya

    Di parkiran café semesta, Magenta merasa ada yang aneh dengan Abadi. Apa mungkin?“Dave?” panggil Magenta dan Abadi menoleh kearahnya.Abadi yang menoleh kearah Magenta menatap Magenta dengan penuh kecurigaan. Namun Magenta langsung saja menyapa seseorang di belakang Abadi.“Apa kabar Dave?”“Magenta? Lu nongkrong di sini juga?”“Yoi ini mau balik. Gue duluan ya. Yuk Bad.”Abadi pun mengikuti Magenta di belakang.***Setelah Abadi dan Magenta pulang, Kala juga berpamitan pulang.“Gue balik dulu ya.”“Hati-hati.” Kata Kasih.Kini perhatian Kasih dan Sedia tertuju pada Senja yang wajahnya kembali normalsetelah Magenta pulang. Bahkan sekarang ia bisa tersenyum manis mengingat perkataan Magenta sebelum pulang.“Hahahaha.” Terdengar tawa Kasih yang sangat keras.“Lu kenapa Kas?” Tanya Sedia heran.“Gila udah pengen ketawa aja gue dari tadi lihat tampangnya si Senja.”“Wkwkwkwk sama anjir. Ngakak banget gue h

    Last Updated : 2021-07-10
  • Kasih Abadi   Bab 10 Sesuatu yang Belum Pernah terjadi

    Apa yang terjadi sama diri gue? Kenapa gue tiba-tiba muncul saat Dave menguasai tubuh gue? Biasanya gue selalu muncul pas bangun tidur. Gimana bisa tadi gue tiba-tiba muncul? Dan gue muncul tepat disaat Kasih bareng Kala.Kemudian Abadi teringat saat Kasih dan Kala menunggu busway tadi, Abadi sangat bingung bagaimana bisa ia berada di sana. Yang terakhir ia ingat ia sedang menginap di rumah Magenta karena pertengkaran dengan mamanya. Dan betapa terkejutnya Abadi dengan apa yang terjadi pada dirinya. Kondisinya saat ini ia sedang bersembunyi dibalik pohon lebih tepatnya ia sedang mengintip kebersamaan Kasih dan Kala. Abadi menyadari betapa menyedihkannya dia.Goblok ngapain juga gue di sini? Apa lagi yang dilakuin Dave? Kasih ngapain sama Kala? kok bisa deket gitu? Apaan sih kan bukan urusan gue. Ini kenapa tangan gue lengket banget ya. Abadi pun melihat tangannya sudah penuh dengan tumpahan Americano coffee. Abadi yang melihat Kasih dan Kala pergi menaiki busway, A

    Last Updated : 2021-07-28
  • Kasih Abadi   Bab 11 Dissociative Identity Disorder?

    Jam dinding di kamar Kasih menunjukkan pukul 05.45 WIB. Kasih yang sudah selesai rapi dengan seragam dan tas sekolah dipundaknya, beranjak turun untuk sarapan. Namun baru saja Kasih membuka pintu ia teringat bahwa ia lupa membuka jendela kamarnya. Kasih kembali ke kamar dan membuka jendala. Betapa terkejutnya Kasih ketika ia mengedarkan pandangan di sekeliling halaman rumah dan mendapati Abadi di depan gerbang rumhanya sambil duduk di jok motornya. Merasakan ada seseorang yang mengawasinya, Abadi menengadahkan kepalanya dan melihat Kasih tengah memperhatikannya. Abadi yang menyadari hal tersebut segera melambaikan tangannya kearah Kasih sambil memberikan senyum terbaiknya. Kasih masih terkejut hingga lupa membalas lambaian tangan Abadi, ia justru berlari keluar menuju halaman depan tempat Abadi berada.“Kasih jangan lari-lari.” Teriak Maya khawatir melihat Kasih yang berlarian menuruni anak tangga. Dan Maya lebih terkejut lagi ketika Kasih melewatinya begitu s

    Last Updated : 2021-07-29
  • Kasih Abadi   Bab 12 Tuhan Berpihak Padaku

    Bel masuk sudah berbunyi. Semua murid masuk ke kelas. Sebagian besar murid kelas 3 memiliki raut wajah tegang. Mereka tidak menyangka tiba saatnya mereka dsibukkan oleh try out tak terkecuali hari ini. Dan lagi-lagi konsentrasi Magenta untuk ujian teralihkan oleh tingkah laku Abadi. Bagaimana tidak seorang Abadi yang bahkan tidak peduli jika alat tulisnya rusak atau hilang sekarang justru sedang mengeluarkan tempat pensil dari tasnya dan menata setiap alat tulis dan keperluan di mejanya dengan sangat rapi.“Lu ngapain lihat gue kayak lihat hantu gitu?” tanya Abadi pada Magenta.“Hah? Emang iya?”“Ya lu lihatin gue sampai nggak kedip gitu.”Guru pun memasuki kelas dan memaksa Abadi dan Magenta menyudahi obrolannya. Tentu saja pikiran Magenta masih tidak bisa lepas dari tingkah aneh Abadi.Kenapa semakin gue perhatiin Abadi semakin gue merasa kalau ada yang janggal dengan perilaku Abadi. Atau gue aja yang terlalu cuek sama lingkungan sekitar gue. Tapi kalau dipiki

    Last Updated : 2021-07-30

Latest chapter

  • Kasih Abadi   Bab 41 Akhir Bahagia

    Setelah berdebat dengan Abadi yang memaksa untuk mengantar Kasih pulang. Akhirnya Kasih bisa membujuk Abadi bahwa ia bisa pulang sendiri. Ia juga menyuruh Abadi untuk beristirahat. Saat berniat untuk pulang, Kasih mendapati Rena yang sedang duduk sambil menonton televisi. Namun matanya justru terlihat kosong. Kasih yang menyadari hal tersebut, segera pergi ke dapur dan membuat teh hangat dengan madu. Lalu ia memberikan teh tersebut untuk Rena.“Terima kasih.”“Tante harus jaga diri Tante sendiri. Kalau Tante selemah ini bagaimana bisa Tante menghadapi Abadi.” Kata Kasih.Rena segera mematikan televisinya. Ia ingin mendengarkan kondisi Abadi tanpa ada gangguan.“Keadaan Abadi gimana?”“Keadaan Abadi sudah stabil.”“Saya masih bingung bagaimana bisa sikap Dave berubah.”“Yang harus Tante khawatirkan sekarang bukan perubahan sikap Dave tapi kesembuhan Abadi. Sebenarnya apa yang terjadi Tante bagaimana bisa Abadi mengidap DI

  • Kasih Abadi   Bab 40 Kembali Pulih

    Keesokan harinya Kasih membantu mamanya memasak. Mereka mencoba memasak chiffon cake strawberry. Saat sedang asik-asiknya memasak, ada seseorang yang memencet bel rumah mereka. Maya bergegas membuka kan pintu. Setelah membuka pintu Maya dikejutkan dengan kehadiran Rena dengan luka lebam di kakinya. Kondisinya pun sangat memprihatinkan. Matanya sembab dan ada kantong mata hitam, badannya juga terlihat semakin kurus. Maya bingung dengan kondisi yang ia hadapi sekarang. Ia hanya bisa mempersilahkan Rena masuk dan duduk di ruang tamunya. Sedangkan Kasih masih sibuk di dapur dan tidak menyadari kehadiran Rena.“Kasih, tolong ambilin minum ya.” Teriak Maya.Kasih pun mengambilkan segelas air putih dan membawanya ke ruang tamu. Saat sampai di ruang tamu Kasih sangat terkejut melihat kehadiran Rena. Kasih tidak bisa berbohong. Ia masih belum bisa memaafkan Rena. Namun melihat kondisi Rena yang berantakan membuat hatinya sedikit luluh. Maya mempersilahkan Rena untuk minum.&nb

  • Kasih Abadi   Bab 39 Keputusan Yang Salah

    Malam ini Kasih sedang memakan camilan sambil menonton TV. Maya menghampiri Kasih dan membawa jus strawberry untuk mereka berdua.“Kasih, mama boleh tanya sesuatu nggak?”“Mama mau tanya apa sih serius banget.” Jawab Kasih sambil memakan camilan favoritnya.“Abadi kok jarang main ke sini ya?”“Setelah kejadian tempo hari, mama masih bisa nerima Abadi?”“Iya kenapa nggak. Yang salah kan bukan Abadi. Ingat Kasih yang merasa kehilangan bukan cuma kita, Abadi juga. Dia kehilangan ayahnya dan figure seorang ibu yang harusnya dia dapat dari Rena.”“Aku paham soal itu Ma. Aku cuma nggak suka karena Abadi pernah bilang kalau ayah pembunuh. Padahal dia sendiri tahu kalau papanya meninggal karena musibah bencana alam.”“Apa kamu udah dengar penjelasan dari Abadi?”Kasih teringat saat Abadi ingin menjelaskan sesuatu namun ia justru menolaknya. Egonya masih tinggi jika dipaksa untuk memaafkan Abadi. Rasa sakit hatinya masih belum

  • Kasih Abadi   Bab 38 Berlagak Jadi Korban

    Senja sedang menuju kantin dengan sedikit terburu-buru. Niat awalnya ingin membaca buku namun diurungkan karena perutnya yang kelaparan. Saat ia sedang terburu-buru, tiba-tiba saja ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang. Dengan reflek Senja mencoba untuk melepas bekapan orang tersebut. Namun usahanya gagal, sekuat apapun Senja ia tetap tidak bisa mengalahkan kekuatan laki-laki. Sampai akhirnya mereka berada di lorong kecil antara kelas 11 dan 12.“Ini siapa sih? Ya kali gue diculik. Nekad banget culik anak orang di sekolah. Mana pas jam sekolah lagi.” Batin Senja.Sesampainya di sana, laki-laki itu membuka bekapan tangannya dari mulut Senja. Senja yang sudah siap memprotes perlakuan laki-laki tersebut justru terdiam. Bagaimana tidak sekarang, dihadapannya ada Magenta dengan senyuman tanpa rasa bersalah.“Mau lu apa... Kak Magenta.” Kata Senja yang terkejut dengan kehadiran Magenta.“Sorry kalau gue ngagetin lu.”“Nggak kaget lagi Ka

  • Kasih Abadi   Bab 37 Kehidupanku Sebelum Kehadiranmu

    Setelah melihat Kasih dan mamanya pergi dengan kekecewaan, Abadi memasuki rumah dengan emosi yang sudah memuncak.“Mama apa-apaan sih?” Bentak Abadi ke mamanya.Rena yang dibentak hanya terdiam membeku.“Ma, mama itu udah keterlaluan. Mau sesedih apapun kita kehilangan papa, harusnya mama nggak memanfaatkan rasa bersalah Om Raman.”“Adi dia pembunuh papa kamu.”“Bukan Ma. Papa meninggal karena musibah yang siapapun nggak bisa menghalanginya. Asal Mama tahu aja waktu Mama pingsan di rumah sakit karena terpukul atas meninggalnya Papa, cuma Om Raman yang ada di samping aku. Om Raman mencoba untuk menguatkan aku bahkan berusaha untuk menghibur aku. Om Raman orang yang baik Ma.”Setelah mendengar cerita dari Abadi, Rena semakin merasa bersalah. Ia dibutakan dengan rasa kehilangannya dan hasrat untuk balas dendam.“Kasih adalah satu-satunya orang yang bisa membuat Dave menghilang dari kehidupan aku. Dan Mama baru saja menghancurkan

  • Kasih Abadi   Bab 36 Bukan Balas Dendam

    Sudah genap seminggu kepergian Raman, namun Kasih masih saja murung. Ia hanya makan sedikit, jarang keluar kamar, dan jarang berinteraksi dengan teman-temannya ketika di sekolah. Bisa dibilang Kasih seperti mayat hidup. Ya mungkin untuk sebagian orang memang berlebihan. Namun ada pengecualian untuk Kasih. Bagaimana tidak setelah bertahun-tahun lamanya Kasih tidak bertemu ayahnya dan tiba-tiba saja ayahnya muncul di depan matanya. Namun baru sebentar Kasih menikmati waktu berharganya bersama sang ayah, Tuhan justru mengambil nyawa ayahnya. Sedangkan Abadi yang sudah tidak tahan dengan sikap Kasih yang selalu terlihat sedih. Bahkan hari ini pun Kasih tidak masuk sekolah. Abadi pun memutuskan untuk menemui Kasih sepulang sekolah. “Kasih ada nggak?” tanya Abadi pada Sedia di depan kelas Kasih. “Kasih nggak masuk Kak.” “Kenapa?” “Di surat sih izinnya sakit.” Sepulang sekolah Abadi langsung menuju rumah Kasih. sesampainya di depan rumah Kasih, Abadi

  • Kasih Abadi   Bab 35 Hidup Layaknya Orang Mati

    Dinding itu mulai terbangun kembaliBukan karena perasaan namun keadaanKita yang mulai saling menerimaJustru dipisahkan oleh takdir TuhanApakah masing-masing dari kita bisa saling merelakan?Tentang takdir Tuhan di masa lalu yang tanpa sengaja mengikat kita dalam drama kepedihanKamu yang tanpa sengaja masuk ke hatiku dengan segala kekuranganmuDan aku yang dengan bodohnya menerima dua sisi berbeda dalam dirimuSemesta yang mempertemukan kita dan lagi-lagi mempermainkan kitaEntahlah kita tunggu saja kapan semesta kembali berpihakPuisi indah Kasih lagi-lagi berhasil mencuri perhatian pengunjung café semesta. Dan pengunjung setia sekaligus penggemar pertama Kasih sedang duduk dengan senyuman menawan milik Kala. Di depan Kala ada Sedia yang sedang duduk sambil melihat Kala dan Kasih dengan ekspresi datar.“Oh iya gelang lu udah ketemu?” tanya Sedia untuk mengalihkan perhatian Kala.

  • Kasih Abadi   Bab 34 Keretakan Hubungan Kasih dan Abadi

    Tiga hari setelah resepsi pernikahan Kasih tidak pernah bertemu Abadi. Padahal ia sudah mencari Abadi di seluruh sekolah bahkan di kelas Abadi, namun hasilnya masih nihil. Tiba-tiba saja Senja yang tadinya pamit ke toilet, sekarang sedang menghampiri Kasih dengan terburu-buru. “Kasiih.” Teriak Senja dengan napas yang terengah-engah. “Ada apa sih? Heboh banget lu.” “Gue tadi lihat Abadi di parkiran motor.” Kasih yang mendengar perkataan Senja segera berlari menuju parkiran. Kasih tidak mau lagi melewatkan kesempatan kali ini. “Abadi mana ya.” Kata Kasih sambil menoleh kanan dan kiri mencari keberadaan Abadi.

  • Kasih Abadi   Bab 33 Resepsi Pernikahan

    Setelah sebulan penuh Kasih dibantu dengan teman-temannya serta Maya dan Raman yang sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk resepsi pernikahan. hari yanag ditunggu-tunggu pun tiba. Di sebuah taman dengan dekorasi sederhana namun terbilang mewah Maya dan Raman duduk berdampingan. Semua pasang mata tertuju pada mereka. Kasih sedang sibuk mencari keberadaan Abadi dan mamanya. Kasih memang diberi izin mama dan ayahnya untuk mengundang teman-temannya. Kasih memutuskan untuk mengundang Senja, Kala, Sedia, Magenta dan Abadi. Kasih juga mengundang mamanya Abadi. Ia ingin memperkenalkan orang tuanya kepada mamanya Abadi. Saat ini acara akan segera dimulai. Semua tamu undangan juga sudah berkumpul. Namun Abadi masih belum datang juga. Kasih yang khawatir mencoba untuk menelepon bahkan membombardirnya dengan chat namun tetap tidak direspon Abadi. Karena waktu yang tidak bisa dihentikan dan tidak mungkin juga acara diundur hanya karena ketidakhadiran Abadi. Acara pun dimulai dengan MC yang m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status