"Amira...aku tak suka kau begini!!" Herman mengacak kasar rambutnya. Ia memukul mukul dinding dikamar mandi. Untung saja, ruangan itu kedap suara, sehingga tak ada yang bisa mendengar teriakan Herman. Ia jatuhkan dirinya di atas lantai. Entah mengapa, ia sangat hancur."Kau tak bisa melakukan ini padaku Amira." Herman berbicara pada dirinya sendiri. Dia merutuki nasibnya saay ini. Disandarkannya kepalanya ke belakang. Ia sangat hancur sehancurnya. "Apa aku harus mati saja?" Herman mulai melantur. Ia mulai tak bisa berfikir jernih. Mungkin baginya, dunia sangat kejam padanya. Tega mengambil Amira dan semua rasa cintanya untuk Herman, dan berhasil membuatnya terpuruk. Dia menangis sejadinya. Histeris, seperti seorang anak kecil yang kehilangan ibunya. Adinda yang merasa Herman terlalu lama berada di kamar mandi, segera menyusulnya. Kakinya berjalan dengan cepat. Ia takut kalau suaminya sampai nekad, melakukan hal yang diluar batas. Ia langsung masuk begitu sampai di kama
Herman kembali menjalankan mobilnya. Ia ingin segera sampai, ingin rasanya menikmati Adinda yang tengah terbuai hasratnya sendiri. Matanya menatap sayu, ia benar-benar sedang mabuk kepayang. Tak selang berapa lama, mereka akhirnya sampai di apartemen Herman. Dia bopong ubuh Adinda. Seperti seorang pangeran yang membopong permaisurinya, seperti itulah Herman saat ini. Dia tidurkan tubuh Adinda, dan dengan cepat. Ia lepaskan jasnya, dan melempar kearah sembarangan jas miliknya itu. Ditindihnya tubuh istrinya itu. Kini ia mulai masuk kedalam permainan Adinda. Diciuminya leher jenjang Adinda, yang sejak tadi menggodanya. Wangi aroma parfum Adinda, berhasil membuat laju kelakian Herman semakin terpompa. Ia sudah tak sadar saat ini. Sampai akhirnya ,ia lepaskan semua kain yang membalut tubuhnya itu ,begitu juga dengan pakaian Adinda, yang kini hanya tersisa beberapa kain yang menutupi bagian inti saja. Terpamoang jelas tubuh molek nan indah milik istrinya itu. Tubuh yang
Wisma sengaja berdiri, ia ingin melihat reaksi para pria itu. Benar saja, seketika mereka ikut berdiri. Dan mulai mempeelihatkan gelagat mencurigakan. Wisma menarik cepat tangan Amira. Menyeretnya, dan memasukkannya kedalam mobilnya. Ia takut kalau para pria itu mengejar mereka. Tapi ketakutannya memang terbukti benar. Mereka ikut berlari, dan mengejar Wisma. Dengan cepat Wisma menjalankan mobilnya. tanpa melihat ke belakang, ia terus menginjak pedal gas miliknya. Amira terlihat sangat ketakutan.Seperti di film-film laga, Wisma terus menjalankan tugas mobilnya tanpa melihat kondisi sekitarnya. Ia sendiri tak tahu siapa mereka? dan ada urusan apa mereka mengejarnya. Yang ia tahu saat ini, ia harus melindungi kekasihnya. Ia jalankan mobilnya ,menuju klinik miliknya. Sampai tam terlihat keberadaan mobil para lelaki tadi, ia berhenti. Dan segera memasukkan mobilnya kedalam garasi miliknya. Amira ketakutan setangah mati. Kakinya bergetar tak karuan. Jantungnya serasa be
"BRAAKK" Herman mendobrak pintu dari salah satu ruangan yang masih tertutup. Ia mengira Amira ada disana. Namun tak juga ia menemukan istrinya itu. Ia sudah kehabisan akal, harus kemana lagi ia akan mencari Amira. Semua sudut ruangan sudah ia jelajahi, namun tak ada sosok yang ia cari disana. Seorang pasien dari klinik Wisma, yang melihat tingkah aneh dari Herman segera melaporkan kejadian tadi pada security disana. Tingkah Herman yang meresahkan, membuat para pasien disana ketakutan. "Hai kau!! apa yang kau lakukan disini?jangan membuat kekecauan disini, ini adalah tempat orang sakit!!" Bentak salah satu secirity di klinik Wisma. Seakan tak peduli dengan ancaman sang security, Herman terus saja berjalan. Ia mengitari setiap pojok ruangan, berharap tadi ia melewatkan satu ruangan yang belum ia datangi. Karena Herman tak menggubrisnya ,dengan terpaksa sang security membawa paksa Herman yang keras kepala. Herman yang terus memberontak, meminta untuk dilepaskan dengan
Mama Hana yang melihat kondisi hubungan anak dan suaminya saat ini, merasakan pilu dihati yang terdalam. Bagaimana hubungan anak kesayangannya bisa menjadi renggang seperti saat ini. Kehangatan yang biasa ia lihat diantara mereka, kini tidak adalagi. Bahkan mereka sibuk untuk saking menghindar, dan menyakiti. Otaknya berputar keras, ia tak mau kalau rumah tangga anaknya sampai berhenti ditengah jalan. Apalagi saat ini ia sudah punya seorang cucu. Yang pasti akan menjadi korban kalau sampai mereka berpisah. Belum lagi perusahaan yang mereka bangun bersama. Tentu akan hancur seperti rumah tangga yang mereka alami. Sedih ,sakit ,seperti ditusuk jarum yang sangat tajam dan panas. Tak bisa digambarkan sakitnya perasaan mama Hana. Perlahan ia mulai duduk dihadapan kedua orang tersebut. Matanya menatap Herman dan Amira secara bergantian. Mama Hana bisa melihat, kalau diantara keduanya masih ada rasa cinta. Buktinya mereka saling sibuk dengan pasangan yang lain, yang tak
"Maaf ma, tapi entahlah...ini hal yang sudah lama aku simpan. Aku harus mengatakan ini, agar mama tak selalu menyalahkan aku." Jelas Amira panjang lebar. Mama Hana terlihat sangat syok. Ia seakan tak percaya mendengar semua penjelasan Amira. Awalnya ia mengira kalau itu hanya akal-akalan Amira saja. Agar ia mau merestui keinginannya untuk berpisah. Namun Amira memperlihatkan semua bukti yang ia simpan. Dibeberkannya semua rahasia besar yang selama ini ia simpan rapat-rapat. Mama Hana memegang dadanya. Ia tak bisa bernafas lega. Seakan dunianya menjadi terasa sesak, saat melihat semua bukti-bukti yang Amira perlihatkan. Semua gerak-gerik dan tingkah laku Herman, seolah seperti cambuk. Menyakitkan dihatinya. Bagaimana ia bisa tak tahu, selama ini anak tersayangnya disakiti oleh menantunya sendiri. Menantu yang sangat ia banggakan selama ini. Sosok Herman yang baginya adalah sosok idaman semua istri. Paras tampan rupawan, usaha yang maju, keluarga yang berpendidikan
"Kau tak bisa marah padaku mas!! ini semua juga karena ulahmu, kau yang tak pernah benar benar melupakan wanita itu!!" Amira terus meluapkan kekesalannya pada Herman. Karena baginya inilah kesempatan yang bagus meluapkan segala kemarahannya. "Diam kau Amira!!" Herman membentak Amira yang terus memojokkannya. Ia terus menambah kecepatan mobilnya. Ja ingin segera sampai di Rumah sakit. Setelah perdebatannya dengan Amira ,kini ia tengah fokus menyetir. Dengan kekuatan sepenuhnya, ia jalankan mobilnya itu. Hingga akhirnya ,mobilnya berhenti tepat didepan Rumah sakit yang ia tuju. Dibukanya pintunya dengan sigap. kemudian membuka pintu belakang, lalu membopong Mama Hana masuk ke dalamnya. Jalannya sangat cepat. Ia mencari cari seorang suster, dan memintanya untuk segera menangani mama mertuanya itu. Suster membawanya masuk, dipasangnya selang infus ditubuh mama Hana. Dan beberapa alat pacu jantung. Karena detak jantungnya melemah. Herman berjalan mondar mandir. F
Amira menghampiri mamanya yang sudah mulai yerlihat sayu. Matanya yang biasa erlihat indah, kini berwarna kelabu dan tidak terlihat segar lagi. Kulitnya mulai berwarna kuning pasi. Bibirnya tak bisa lagi berucap dengan jelas. Dengan samar-samar, Amira mendengar sedikit nasihat mama Hana. Yang ternyata itu adalah pesan terakhir untuk Amira. "Pesan mama, jagalah pernikahan kalian sampai maut memisahkan." Tersungging di bibir mama Hana, sebelum akhirnya dia menutup mata untuk selamanya. Amira masih tak menyangka, kalau mamanya sudah tak adalagi di dunia ini. Bahkan kunjungan kemarin, merupakan kunjungan terakhir mama padanya. Masih teringat jelas, bagaimana mama tersenyum saat awal datang ke rumahnya. Dan berganti menjadi tangisan, saat Amira menceritakan semua rahasia besarnya. Hingga akhirnya, mama Terlelap untuk selamanya. Kini, hanya Herman dan Vino yang Amira punya. Ia sudah kehilangan mamanya, untuk selanjutnya, ia tak mau kehilangan lagi orang-orang yang ia say