Share

72. Jangan Mudah Percaya

Penulis: Yani Santoso
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jangan Mudah Percaya

****

“Sudah pernah bertemu dengan Mayla?” Aku mengulangi pertanyaanku karena Rian tidak segera menjawabnya. Dia terlihat bingung, sepertinya tidak menyangka aku aku menanyakan hal itu padanya.

“Belum, saya belum melihatnya lagi sejak Risa membawanya keluar rumah ketika dia bertengkar dengan ibu waktu itu,” jawabnya kemudian.

Aku terdiam, mencoba menggambarkan kehidupan Risa setelah dia melahirkan Mayla. Karena sejak bang Asrul memutuskan untuk memilih Risa daripada mempertahankan rumah tangga kami, aku sudah menutup semua akses komunikasi dengan mereka, juga semua hal yang berhubungan dengan kehidupan barunya. Saat itu aku berpikir untuk melupakan semua kenangan pahit dengan mengubur semua hal yang membuat sakit hati.

Dari jawaban singkat Rian, aku bisa sedikit mempunyai gambaran bagaimana kehidupan bang Asrul dan Risa setelah itu. Tidak jauh berbeda dengan bang Asrul, sepertinya Risa juga mengalami Nasib yang sama, yaitu diusir oleh keluarga dari rumah. Mungkin
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    73. Kejutan

    Kejutan Lainnya***“Keluarlah, aku ada di luar rumahmu.”Hampir saja ponsel yang kupegang terjatuh ketika Alvaro mengatakan dia ada di luar rumahku. Memangnya apa yang dikatakannya? Tapi untuk apa dia datang ke tempat ini? Lagi pula, dari mana dia bisa tahu kalau aku tinggal di sini?Kepalaku terasa berputar-putar dipenuhi dengan berbagai pertanyaan dan spekulasi, hingga aku lupa kalau Alvaro masih berada di ujung telepon. Untung saja dia tidak bisa mendengar kata-kata yang ada di pikiranku. “Marina… Marina, kamu masih di sana kan?” tanya Alvaro.“A—apa yang baru saja kamu katakana?” tanyaku gugup.“Keluarlah, aku berada di depan rumahmu.”“Tidak mungkin, lagipula, untuk apa kamu jauh-jauh datang ke tempat ini?” Aku berkata, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakannya.“Kenapa tidak keluar saja untuk membuktikan, apakah aku benar-benar ada di sini atau tidak,” ucapnya memberi tantangan.Aku menarik napas dalam, perlahan kulangkahkan kaki menuju keluar. Namun sebelum s

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    74. Gadis Misterius

    Gadis Misterius****Perjalanan yang lumayan jauh membuat sedikit bosan, hingga berkali-kali aku harus mengubah posisi duduk. Saya juga memainkan game yang ada di ponsel untuk mengurangi kebosanan dan menghabiskan waktu. Sebenarnya ingin sekali memejamkan mata, berharap bisa terlelap meski hanya sekejap. Namun mata seolah enggan terpejam meski merasa begitu terancam. Aku melirik gadis yang duduk di sebelahku, sambil berharap semoga saja dia bisa diajak ngobrol untuk membunuh kebosanan. Akan terasa aneh jika kami hanya saling berdiam diri satu sama lain, sementara kami duduk bersebelahan dan dalam waktu yang cukup lama.“Mungkin sekedar berbasa-basi menanyakan nama atau tujuan, tidak ada salahnya,” pikirku.Aku menoleh, memperhatikannya sejenak dan bermaksud menyapanya lebih dulu untuk memulai sebuah percakapan, dan baru saja hendak membuka mulut, dia terlihat buru-buru mengeluarkan ponselnya, sepertinya dia sedang membaca pesan yang baru dia terima. Dari ekor mata, aku bisa melihat w

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    75. Kejutan [Lagi]

    Kejutan [Lagi]****Hari ini, aku sengaja datang ke tempat kerja lebih awal, hal ini kulakukan karena beberapa hari aku tidak masuk, pasti banyak sekali yang harus aku kerjakan. Selain itu, sebelum aku pulang kampung waktu itu, sempat meninggalkan beberapa pekerjaan yang masih belum selesai. Salah satunya adalah laporan keuangan. Hal itu mengingatkanku pada saat pertama kali aku datang ke kota ini, juga hari pertama aku masuk kerja. Dan itulah hari di mana aku bertemu dengan Alvaro untuk pertama kalinya di hari pertamaku kerja. Mengingat itu semua, membuatku tersenyum sendiri. Sungguh cepat sekali waktu berlalu, padahal aku merasa, kejadian itu seperti baru kemarin kualami.“Bu Marina, kok senyum-senyum sendiri?” ucap seseorang.Aku terhenyak dan spontan menoleh ke arah suara. Di ambang pintu, kulihat Hamdan berdiri sambil menatapku penuh tanya. Sepertinya dia baru saja datang dan mungkin terkejut melihatku sudah ada di sini dan sambil tersenyum sendirian, jangan-jangan, Hamdan menga

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    76. Aristia

    Aristia****“Iya, Bu, saya akan melamar pekerjaan di sini dan menuggu pak Alvaro untuk interview,” jawabnya.Jawaban Tia membuatku kehilangan kata-kata sekaligus mengurungkan niat untuk membantu Alvaro, melakukan sesi wawancara dengan Tia. Entah mengapa, aku merasa ada yang tidak beres dari semua ini. Namun aku tidak tahu, apa yang sebenarnya terasa aneh. Terlabih, kedatangannya ke sini dengan menaiki mobil mewah itu terlalu mencolok, sementara dia hanya melamar pekerjaan sebagai kasir. Dan mobil yang dipakainya itu, aku sangat yakin adalah mobil milik Amanda.Ingatanku kembali pada saat dia naik bis dan duduk di sebelahku, aku yakin sekali saat itu dia menerima telepon dari seseorang yang dia panggil dengan bu Amanda. Apakah Amanda yang dia sebut adalah Amanda yang sama dengan yang aku kenal?“Bu Marina, apakah pak Alvaro masih lama?” tanya Tia membuyarkan lamunan.“Tidak, sebentar lagi dia akan sampaI. Baru saja dia menelepon kalau sudah dalam perjalanan,” jawabku.“Kalau boleh tah

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    77. Keributan di Hari Pertama

    Keributan di Hari Pertama**** Sejak pertama kali Tia muncul di tempat kerja, ketegangan semakin terasa di antara karyawan, terlebih kehadirannya tepat setelah Rini dipecat karena dituduh melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah dilakukannya. Untuk hal ini, aku merasa kasihan terhadap Rini, karena dia menjadi korban ketidakadilan di tempat kerja, mungkin aku akan mengunjunginya dalam beberapa hari kedepan. Karena beberapa hari ini aku disibukkan dengan pesanan catering yang cukup banyak dari seorang pelanggan untuk acara ulang tahun anaknya.Hari ini, seharusnya adalah hari pertama Tia masuk kerja, aku akan melihat kinerjanya. Apakah dia benar-benar bisa bekerja atau sekedar iseng ingin berada di tempat ini karena Amanda menginginkan dia berada di sini. Mengingat semua itu, semakin membuatku yakin kalau keberadaan Tia di sini untuk melakukan suatu hal tertentu yang aku sendiri tidak tahu apa.Aku keluar dari ruanganku, biasanya jam menjelang makan siang, kafe akan menjadi lebih

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    78. Semua Salahku

    Semua Salahku-----“Aristia, dia menceritakan padaku kalau kamu sengaja menyuruhnya bekerja di dapur di hari pertamanya berkerja,” jawab Alvaro datar.Aku hanya mampu diam terpaku mendengar apa yang baru saja Alvaro katakana padaku, lagi pula, seandainya menjawab pun, kurasa akan percuma. Karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau apa yang telah dikatakan Tia padanya tentangku.“Iya, aku memang memintanya untuk membantu di dapur mengingat saat itu sedang tidak ada pelanggan. Hal itu kulakukan agar dia bisa lebih akrab dengan karyawan yang lainnya,” ucapku setelah beberapa saat terdiam.“Tetap saja apa yang kamu lakukan itu salah, Marina,” sahutnya cepat.“Kamu tahu ngga?” tanya Al sambil mencondongkan tubuhnya ke arahku, lalu menjedaa kalimatnya, “Itu bukan tugasnya, dia melamar pekerjaan di sini sebagai kasir,” lanjutnya dengan penuh penekanan.Aku kembali terdiam dan kehilangan kata-kata, sungguh tidak menyangka kalau Alvaro akan marah seperti itu hanya karena aku memin

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    79. Benarkah Sabotase?

    Benarkah Sabotase?----“Maaf, dengan berat hati kami mengatakan kalau tidak bisa memberi tenggang waktu lagi.”Aku menghela napas dalam sesaat setelah membaca pesan balasan tersebut. Kemarin, aku sengaja mengirimkan email untuk memberi waktu tenggang agar aku bisa menyusun kembali proposal yang hilang tersebut, namun ternyata mereka tidak memberi waktu tenggang. Hal itu bisa dimaklumi, mungkin mereka ingin menghargai peserta tender lain yang telah bekerja keras mengirimkan proposal tepat waktu. Juga demi profesionalitas dalam bekerja. Aku pun ingin melakukannya, namun kenyataan berkata lain, sesuatu yang tidak kuduga terjadi seperti saat ini.Mengingat semua itu, ada perasaan kesal dan marah yang campur aduk menjadi satu. Bagaimana tidak, kerja kerasku dalam menyelesaikan proposal tersebut, bahkan aku rela bekerja sampai larut malam agar bisa selesai tepat waktu, namun ketika kupikir semuanya sudah hampir selesai dan tinggal menyempurnakannya, ternyata semua kerja kerasku lenyap begi

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    80. Bertemu Rini

    Bertemu Rini***“Sa—sabotase? Maksudnya?” tanyaku gugup.“Aku hanya menduga saja, asal bicara. Kuharap, lupakan saja apa yang baru saja kukatakan,” jawab Devan, namun aku bisa melihat sesuatu dari sorot matanya ketika dia mencoba menghindari tatapanku tadi.“Sebaiknya aku pamit sekarang, tidak enak jika dilihat tetangga,” ujarnya kemudian.“Iya, kamu benar.” Aku menampali, kemudian berdiri bermaksud untuk mengantarnya sampai ke halaman. Namun Devan menolak, dia bilang tidak perlu melakukan itu.“Aku hanya punya satu nasehat untukmu, Marina. Berhati-hati menyimpan berkas terlebih berkas yang berhubungan dengan pekerjaanmu. Gunakan komputermu sendiri, dan jangan lupa pasang kode pengaman agar tidak muda diakses oleh orang lain selain dirimu,” ucap Devan sebelum dia melangkah menuju motornya.Kupandangi Devan sampai motornya berbelok dan tidak lagi terlihat. Namun kedatangan Devan membuatku berpikir, bisa jadi apa yang dikatakannya tadi benar. Kalau sebenarnya ada seseorang yang mencoba

Bab terbaru

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    110. Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu

    Aku Ingin Berjalan Beriringan Denganmu----“Marina, dengan disaksikan ibuku, aku memintamu untuk menjadi istriku. Menikahlah denganku ….” Setelah mengatakan kalimat tersebut, Alvaro mengeluarkan cincin dari kotak kecil yang dipegangnya. Perlahan, dia mengulurkan tangannya dan meraih tanganku.Untuk sesaat, dunia seperti berhenti berputar. Aku seolah dibawa kembali ke masalalu, di mana seorang pria melakukan persis seperti yang dilakukan Alvaro saat ini. Lelaki itu meraih tanganku dan menyematkan cincin di jari manisku. Aku tersenyum lebar begitu cincin itu sudah tersemat di jari manisku. Lalu, perlahan sosok pria itu mendekat dan mencium lembut punggung tanganku. Namun, aku tidak merasakan apa-apa ketika bibirnya meyentuh tanganku, karena sosok pria itu perlahan menghilang dari pandangan mata.“Marina,” panggil Alvaro. Panggilan itu sontak membuatku tersentak dan serta-merta menarik tanganku dari genggaman tangannya.“Al, aku tidak bisa, maafkan aku,” kataku lirih.Kulihat wajah Alva

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    109. Wanita Dalam Hidupnya

    Wanita Dalam Hidupnya----“Siapa?” Tanyaku penuh penasaran.Meski sempat terbersit tentang gambaran seseorang yang pernah dia ceritakan waktu itu, namun aku ragu apakah orang yang dimaksud adalah beliau.“Kamu akan mengetahuinya dalam waktu dekat,” jawabnya sambil tersenyum.Aku masih memandangnya penuh tanya, mencoba memintanya untuk memberitahuku siapa orang yang dia maksud dengan menggunakan bahasa isyarat. Namun bukannya memberi jawaban yang kuinginkan, dia memilih mengambil bunga yang kuletakkan di atas pangkuan lalu memindahkannya ke atas meja, lalu dengan pelan tangan kekarnya mendorong kursi rodaku menuju jendela.“Aku sudah menceritakan semua tentangmu padanya,” ucapnya sambil memandang ke luar jendela. Aku menoleh, kulihat kedua sudut bibirnya melengkung dan senyum itu jelas terlihat olehku ketika dia menoleh ke arahku.“Jangan takut, aku yakin kamu akan menyukainya,” ucapnya lagi.Lalu kalimat demi kalimat meluncur dari bibirnya, dan entah sejak kapan, aku begitu menikmati

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    108. Happy Ending

    Happy Ending----“Syukurlah, kamu sudah sadar Marina,” ucap seseorang di sampingku.Aku berusaha menoleh untuk memastikan siapa orang yang ada di sampingku, namun ketika aku menggerakkan kepala untuk menoleh, terasa sakit dan ngilu hingga membuatku mengaduh dan merintih kesakitan.“Aduh ….” Ucapku sambil memegang leherku yang terasa sakit. Dan di saat itu pula aku melihat jarum infus yang menancap di lenganku, juga sebuah perban di leher ketika aku merabanya.Aku memejamkan mata sejenak, mencoba mengingat kejadian terakhir yang kualami sebelum akhirnya aku kehilangan kesadaran.“Kamu tidak apa-apa, Nak? Ibu tahu ini pasti sangat menyakitkan sekali bagimu.”Aku kembali membuka mata perlahan, kulihat ibu yang duduk di sampingku meneteskan air mata. Rupanya, suara-suara yang kudengar adalah suara ibuku, dan suara itu juga yang selalu membuatku kembali ke alam sadar setiap kali aku pingsan dan juga ketika koma. Wanita yang melahirkanku itu selalu berada di sampingku, yang tidak putus mel

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    107. Amanda Menggila

    Amanda Menggila----“A---apa yang akan kamu lakukan, Amanda?” tanyaku gugup saat kulihat Amanda berjalan mendekati, di tangannya menggenggam sesuatu yang berkilau.Amanda tidak menghiraukan ucapanku, dia makin mendekat dan akhirnya berhenti tepat di depanku. Perlahan, dia membungkukkan tubuhnya ke arahku, bukan itu saja, dia lalu berjongkok tepat di depanku sambil menatapku tajam.Amanda menyeringai, memperlihatkan giginya yang rapi, andai saat ini dia tidak membawa benda itu, mungkin senyum itu terlihat sangat cantik, namun kini, senyumnya terlihat sangat menakutkan. Aku seperti sedang berada dalam suatu adegan menegangkan di mana sang tokoh antagonis sedang berusaha melukai tokoh protagonis. Meskipun sebenarnya, apa yang saat ini terjadi bukan lagi sebuah adegan dalam film atau nonel, namun terjadi langsung padaku.“Kamu tahu, Marina, aku itu sangat sangat membencimu. Jangankan melihatmu, mendengar namamu disebut saja, membuatku sangat muak dan benci,” ucapnya.“Aku tidak tahu apa

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    106. Suami Irna Tertangkap

    Suami Irna Tertangkap----“Aku baru saja mendapat kabar dari Alvaro, kalau saat ini suamimu sudah tertangkap. Dia dan seorang pria ditangkap di salah satu rumah kos yang tidak jauh dari tempat tinggal Amanda.”Irna terdiam, dia terlihat seperti kehilangan kata-kata. Karena kulihat dia beberapa kali seperti ingin mengatakan sesuatu namun urung. Mungkinkah kabar tertangkapnya suaminya itu membuatnya sedih? Bisa jadi begitu, bagaimanapun juga, mereka adalah suami istri yang sudah menghabiskan waktu belasan tahun hidup bersama. Meskipun Irna saat ini begitu murka terhadap suaminya atas semua yang telah dilakukan, namun tetap saja tidak merubah kenyataan kalau keduanya pernah saling menyintai.“Irna, kamu baik-baik saja?” tanyaku setelah beberapa saat.“i---iya, aku baik-baik saja,” jawabnya gugup sambil merubah posisi duduknya.“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya pemuda yang tadi datang bersamanya pelan. Dia terlihat khawatir melihat perubahan Irna.“Aku tidak apa-apa,” jawab Irna pelan.

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    105. Bertemu Irna

    Bertemu Irna-----Percakapanku dengan Alvaro berlalu begitu saja, tanpa adanya kejelasan tentang apa maksud dari ucapannya saat itu. Meskipun sudah satu minggu berlalu, namun aku masih mengingat dengan jelas kata demi kata yang dia ucapkan saat itu.Dia mengatakan kalau dirinya akan menjadi pengganti kakiku seandainya aku benar-benar kehilangan kemampuan untuk berjalan, dia juga mengatakan akan menggendongku ke manapun aku ingin pergi. Sungguh sebuah kalimat yang romantic dan puitis dan akan membuat hati setiap wanita meleleha saat mendengarnya. Dan seandainya aku mendengar kalimat itu sepuluh atau lima belas tahun lalu, hatiku pun akan meleleh dan luluh. Namun sayang, dia mengucapakan kalimat itu di saat yang tidak tepat, di saat aku tidak ingin mendengar apapun selain kabar baik tentang kesehatanku, juga kasus tabrak lari yang kualami. Aku ingin sekali melihat mereka, para pelaku dan juga dalang di balik semuanya, tertangkap dan meringkuk di balik jeruji besi.Drtt … drtt ….Lamuna

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    104. Akan Menjadi Pengganti Kakimu

    Akan Menjadi Pengganti Kakimu.----“Irna … telah kehilangan bayinya,” sahut Al lirih.Aku kembali menghela napas dalam, meskipun aku belum pernah merasakan hamil sebelumnya, namun mendengar berita kalau Irna telah kehilangan bayinya, membuatku merasa sedih, seperti ada sesuatu yang ditarik paksa dari dalam hatiku. Karena aku tahu kalau Irna benar-benar menginginkan bayi itu, seorang anak yang telah lama dia dambakan, namun dia harus kehilangan bayi itu sebelum dia sempat melihat wajahnya, sungguh menyedihkan.“Bagaimana Irna bisa kehilangan bayinya? Apakah dia keguguran?” selidikku.“Iya, dia keguguran. Namun sebenarnya dia bisa mempertahankan bayinya andai saja ….”Alvaro menggantung kalimatnya hingga membuatku penasaran. Karena dari yang aku ketahui, Irna pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan kandungannya, namun kenyataannya dia justru harus keguguran. Pasti ada sesuatu hal yang menimpa Irna saat itu.“Dia terlambat untuk mendapatkan perawatan dari dokter sehingga bayinya

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    103. Mencoba Ikhlas

    Mencoba Ikhlas----Hari ini dokter datang membawa kabar baik, aku sduah diperbolrhkan untuk pulang. Ibu dan bapak terlihat sangat bahagia mendengarnya, namun aku tahu, di balik senyum bahagia mereka berdua. Tersembunyi kesedihan yang luar biasa. Aku tahu, mereka berdua selalu berusaha untu tetap tersenyum di depanku, namun aku yakin kalau sebenarnya mereka sangat bersedih, mengetahui fakta kalau aku tidak bisa lagi berjalan. Meskipun dokter berulang kali meyakinkanku dan kedua orang tuaku, kalau aku akan bisa berjalan lagi seperti semula, namun tetap saja kenyataan pahit kalau saat ini aku harus menggunakan kursi roda sebagai pengganti kakiku, dan itu tidak mudah bagiku untuk menerimanya.Keyakinanku semakin kuat ketika tanpa sengaja aku terbangun di malam hari dan mendapati ibu dan bapak sedang berbicara dengan suara lirih dalam remang cahaya lampu. Aku mencoba menajamkan pendengaran untuk bisa mengetahui apa yang saat itu kedua orang tuaku bicarakan. Mereka berdua sedang membicarak

  • Karma Mantan Suami Usai Kami Bercerai    102. Cobaan Kedua [Marina]

    Cobaan Kedua [Marina]----Kurasakan tubuhku terasa begitu sakit, seolah seluruh tulang di tubuhku remuk. Ingin sekali aku menggerakkan tubuh, namun tidak mampu. Jangankan menggerakkan tubuh, sekedar membuka keedua mata pun aku tidak bisa. Apakah aku sudah mati? Kalau memang aku sudah mati, kenapa aku bisa mendengar suara orang-orang yang ada di sekitarku? Aku bahkan bisa mendengar suara Alvaro, meskipun itu samar-samar. Aku juga bisa mengenali suara Devan dan Rahma yang sedang berbicara di dekatku.“Marina, bangunlah, Nak. Sudah lama sekali kamu tertidur, tidakkah kamu ingin melihat ibu dan bapak? Bapak ada di sini, sudah beberapa hari ini bapakmu menemani ibu di sini, menunggumu bangun.”Suara itu, aku tahu siapa pemiliknya. Wanita yang suaranya selalu mampu membuatku merasa nyaman dan tenang setiap kali berbicara dengannya. Iya, itu suara ibu.“Bu, Marina juga kangen sama ibu,” ucapku. Namun suaraku tidak pernah keluar dari mulutku.Lalu, kurasakan sentuhan lembut di tanganku, se

DMCA.com Protection Status