Share

61. Menjemput Anak Kita

last update Last Updated: 2025-04-16 19:34:39

Layaknya seorang pria sejati Rama membuka pintu kafe dengan tenang, menahannya lebar-lebar agar Cinta bisa lewat tanpa harus menyentuhnya.

Cinta menatap Rama sekilas, sejenak, lalu mengangguk kecil. Tak ada senyum, hanya anggukan yang seperti ucapan terima kasih tanpa suara. Rama mengangguk pula, membalas dengan gaya yang serupa.

Di belakang mereka, para karyawan yang sejak tadi mengintip dari balik meja kasir dan sela dapur, hanya bisa menatap. Rizka menggigit bibir, lalu melirik pada dua pelayan yang berdiri kaku.

“Apa yang terjadi barusan?” bisik salah satu dari mereka.

“Entahlah,” jawab Rizka lirih tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

“Semoga Mbak Cinta baik-baik saja, ya?”

“Biar bagaimanapun, kafe ini milik Mbak Cinta. Kalau sampai ada apa-apa dengannya, akan berpengaruh kepada nasib kita juga…”

Tak ada yang melanjutkan kalimat itu, tapi semua tahu maksudnya. Jika Cinta tidak baik-baik saja, maka semua yang mereka bangun bersama bisa ikut tenggelam. Dan tak ada yang ingin keh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    62. Sebuah Ingatan

    Rama duduk di dalam mobilnya dengan kepala bersandar di sandaran kursi. Angin dari pendingin ruangan mengusap wajahnya yang masih panas karena pertemuan singkat dan menggantung dengan Cinta. Dia teringat pada pesan sang papa beberapa hari sebelum keberangkatannya menemui Cinta."Kalau kau ingin meraih hati seorang gadis, taklukkan orang tuanya. Tapi kalau dia seorang janda, taklukkan anaknya. Karena anak adalah dunia mereka."Kata-kata itu kini bergema kuat di benaknya, itu sebabnya dia tidak akan menyia-nyiakan sekecil apa pun kesempatan untuk bias dekat dengan Chiara.Tiba-tiba Rama menegakkan posisi duduknya saat melihat Cinta menggandeng Chiara. Ada yang menggetarkan hatinya saat menyaksikan Chiara berjalan dengan langkah yang agak terpincang.Naluri Rama langsung melonjak. Ia turun dari mobil dengan langkah cepat, menghampiri mereka tanpa pikir panjang.Kini Rama sudah berlutut di depan Chiara, sejajar dengan pandangan anak itu. Ia menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum. Senyum y

    Last Updated : 2025-04-17
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    63. Maafkan Om, Chia ...

    Kini gantian Cinta yang mendorong pintu kafe dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menahan agar pintu tidak membentur Rama yang berjalan di belakangnya sambil menggendong Chiara yang tertidur pulas. Beberapa karyawan menyapa pelan, menyadari Chiara yang tertidur.Cinta sempat menoleh ke arah Rama dan berbisik, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil alih Chiara.“Terima kasih, biar aku tidurkan sekarang.”Rama menggeleng pelan. “Biar aku antar langsung ke kamarnya. Kamu tunjukkan saja. Kasihan kalau dioper-oper.”Ada ketegasan lembut dalam nada suara Rama. Bukan memerintah, tapi menegaskan niat untuk melindungi. Cinta sempat ingin membantah, tapi akhirnya hanya mengangguk dan berjalan lebih dulu, menuntun Rama melewati lorong sempit yang memisahkan area kafe dan ruang tinggal mereka di belakang.Cinta membuka pintu kamar Chiara dan menyalakan lampu temaram. Ruangan itu kecil, tapi rapi. Ada boneka-boneka kecil di pojok, rak buku mungil berisi cerita anak-anak, dan tempat ti

    Last Updated : 2025-04-17
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    64. Masalah yang Harus Diselesaikan

    Malam itu kafe sudah lengang. Lampu utama telah dimatikan, hanya menyisakan pencahayaan redup dari lampu-lampu gantung di sudut dapur dan ruang kasir.Di atas meja panjang dekat jendela, Cinta duduk dengan punggung sedikit membungkuk, jari-jarinya sibuk merapikan lembar-lembar catatan pembukuan. Di sebelahnya ada tumpukan kecil uang tunai yang baru saja dihitung, siap untuk digunakan belanja keesokan harinya. Setiap bagian sudah memberikan daftar kebutuhan yang sudah menipis stocknya.Cinta menghembuskan napas pelan. Ia lelah, tapi tetap fokus. Di kamarnya, Chiara sudah terlelap. Hari ini gadis kecil itu terlalu banyak tertawa dan berjalan, hingga tubuh mungilnya menyerah pada kantuk lebih cepat dari biasanya.Tiara datang dari arah dapur, membawa dua gelas minuman hangat. Aroma kayu manis dari wedang jahe menyeruak di udara. Ia meletakkan satu gelas di depan Cinta, lalu duduk di seberangnya sambil memperhatikan sosok yang sudah dia anggap sebagai kakak itu.“Tadi Mas Kevin datang ya,

    Last Updated : 2025-04-17
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    65. Kesalahan Widya

    Melihat pintu ruang kerjanya di buka, Arman bergegas mengakhiri pembicaraannya dengan Rama. Seperti janjinya dia langsung mengirim pesan kepada putranya. Ia menarik napas panjang, menatap sejenak layar ponsel sebelum menekan tombol kunci dan menyelipkannya ke dalam saku jas.Langkahnya segera berubah tenang, tegas, seperti tak ada yang mengusik pikirannya pagi itu. Dia menghampiri Widya yang sudah berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.Dengan balutan gaun satin lembut berwarna biru langit dan rambut yang tersanggul rapi, Widya menatapnya dengan sorot mata tajam yang tidak bisa ia sembunyikan. Mata itu menyimpan kecurigaan, juga ketidaksetujuan yang sudah sangat dikenalnya.Arman tersenyum tipis, berusaha menetralkan suasana. “Pagi, kamu sudah bangun?”Widya tidak membalas senyuman itu. Ia menyilangkan tangan di dada. “Kamu bicara dengan Rama?”Arman tidak menjawab langsung. Ia hanya menarik kursi dan duduk, mengambil secangkir kopi dari meja. “Ya. Dia minta perpanjangan cuti.”“Dan k

    Last Updated : 2025-04-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    66. Kembali Bersatu

    Cinta menatap Rama yang terlihat lahap menikmati makan paginya di restoran yang terdapat di hotel tempatnya menginap. Setelah mendapat pesan dari Arman, dia langsung bergerak cepat sebelum masalah semakin membesar dan menjadi skandal.“Aku tidak tahu harus menceritakan masalah ini dengan siapa.” Lirih suara Cinta terdengar penuh kerapuhan. “Menceritakan masalah ini, sama saja menyebarkan aib sendiri.”Rama terlihat kesal, tapi tetap mengunyah makanannya lebih cepat. Dia harus mengisi tubuhnya dengan asupan makanan untuk sumber energi menghadapi semua masalah yang sudah di depan mata.“Seharusnya kau langsung memberi tahu aku.”Cinta menggelengkan kepalanya lemah. Baginya urusannya dengan Rama sudah selesai sesuai kontrak. Dan semua yang terjadi antara dirinya dengan Nora adalah bagian dari risiko pekerjaan yang harus dia terima.Rama menyelesaikan makannya, lalu meraih gelas di hadapannya dan menghabiskan isinya hingga tandas. Dia meletakkan gelas ke meja, agak kasar hingga terdengar

    Last Updated : 2025-04-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    67. Ancaman Rama

    Suara ketukan di kaca mobilnya yang semakin keras menyadarkan Rama dari lamunannya. Dilihatnya wajah mungil Chiara menempel di kaca mobilnya, dan Cinta tampak berdiri di belakangnya.“Om Rama!”Beberapa kali Rama menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia merapikan penampilannya, berharap dirinya tidak terlalu berantakan, padahal Cinta meninggalkannya tidak terlalu lama.Tadi, setelah Cinta turun dari mobil, dia mengamati dengan saksama langkah anggun Perempuan pujaan hatinya, tetapi hal itu sudah cukup membuat imajinasinya melanglang buana mendaki gunung dan menyusuri lembah kenikmatan.Setelah merasa tenang dan penampilannya lebih baik, Rama membuka pintu mobil dengan senyum lebar. Dia membungkuk, menyambut tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Dia menggendong Chiara dengan lembut."Maaf, Om ketiduran.""Om Rama, capek?" tanya Chiara dengan wajah yang terlihat khawatir. "Kalau begitu biar Mama yang saja yang menyetir," sambungnya dengan polos.“Tidak perlu, Om masih kuat.

    Last Updated : 2025-04-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    1. Aib yang Terbongkar

    Cinta berlari menyusuri koridor rumah sakit. Napasnya tersengal. Air mata mengalir, bercampur keringat di wajahnya yang pucat. Pakaiannya berantakan, penuh noda darah yang sudah mulai mengering. Darah putrinya, bau anyirnya menusuk hidung, bercampur dengan aroma antiseptik rumah sakit.“Bertahanlah, Nak. Bertahanlah….” Suara Cinta terdengar parau, nyaris tak terdengar di tengah hiruk-pikuk rumah sakit.Di atas brankar yang melaju kencang, tubuh kecil Chiara tergolek tak berdaya. Tadi saat keluar dari sekolah, tiba-tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menghempaskan tubuh mungilnya.Darah mengalir dari keningnya, membasahi rambut dan wajahnya yang dulu begitu cantik. Sekarang, wajah Chiara hampir tak bisa dikenali. Luka-luka di dahinya menganga. Kelopak matanya tertutup, terlalu lemah untuk terbuka.Lutut Cinta gemetar, kakinya hampir tidak kuat menopang tubuh, tetapi dia terus mengikuti brankar tersebut.Brankar berhenti di depan pintu ruang gawat darurat. Para dokter dan perawat

    Last Updated : 2025-02-18
  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    2. Asal Anakku Selamat

    Perempuan mana yang tidak hancur hatinya, pada saat putrinya sedang berjuang antara hidup dan mati, suaminya justru sedang berbagi peluh dengan perempuan lain.Kaki Cinta terasa lemas seketika, hingga membuatnya hampir terjatuh. Beberapa karyawan yang melihat langsung bergerak hendak menolongnya. Tetapi saat di depan pintu mereka melihat Kevin yang sedang merapikan celananya secara asal, bahkan gespernya pun belum sempat dia kaitkan.Sementara itu, Maira yang selama ini mereka ketahui sebagai sekretaris Kevin, memunggungi mereka, sepertinya sedang merapikan pakaian dan dandanannya.Sorot mata tajam Kevin membuat beberapa karyawan yang sempat melihat segera menyingkir. Tampaknya mereka cari aman dengan tidak ikut campur dalam masalah pribadi sang pemilik perusahaan.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kevin dengan nada tinggi penuh amarah untuk menutupi kesalahan.Cinta terdiam dengan lelehan air mata yang membasahi pipinya, seolah lupa dengan tujuan mendatangi kantor suaminya. Peman

    Last Updated : 2025-02-18

Latest chapter

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    67. Ancaman Rama

    Suara ketukan di kaca mobilnya yang semakin keras menyadarkan Rama dari lamunannya. Dilihatnya wajah mungil Chiara menempel di kaca mobilnya, dan Cinta tampak berdiri di belakangnya.“Om Rama!”Beberapa kali Rama menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dia merapikan penampilannya, berharap dirinya tidak terlalu berantakan, padahal Cinta meninggalkannya tidak terlalu lama.Tadi, setelah Cinta turun dari mobil, dia mengamati dengan saksama langkah anggun Perempuan pujaan hatinya, tetapi hal itu sudah cukup membuat imajinasinya melanglang buana mendaki gunung dan menyusuri lembah kenikmatan.Setelah merasa tenang dan penampilannya lebih baik, Rama membuka pintu mobil dengan senyum lebar. Dia membungkuk, menyambut tubuh kecil itu ke dalam pelukannya. Dia menggendong Chiara dengan lembut."Maaf, Om ketiduran.""Om Rama, capek?" tanya Chiara dengan wajah yang terlihat khawatir. "Kalau begitu biar Mama yang saja yang menyetir," sambungnya dengan polos.“Tidak perlu, Om masih kuat.

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    66. Kembali Bersatu

    Cinta menatap Rama yang terlihat lahap menikmati makan paginya di restoran yang terdapat di hotel tempatnya menginap. Setelah mendapat pesan dari Arman, dia langsung bergerak cepat sebelum masalah semakin membesar dan menjadi skandal.“Aku tidak tahu harus menceritakan masalah ini dengan siapa.” Lirih suara Cinta terdengar penuh kerapuhan. “Menceritakan masalah ini, sama saja menyebarkan aib sendiri.”Rama terlihat kesal, tapi tetap mengunyah makanannya lebih cepat. Dia harus mengisi tubuhnya dengan asupan makanan untuk sumber energi menghadapi semua masalah yang sudah di depan mata.“Seharusnya kau langsung memberi tahu aku.”Cinta menggelengkan kepalanya lemah. Baginya urusannya dengan Rama sudah selesai sesuai kontrak. Dan semua yang terjadi antara dirinya dengan Nora adalah bagian dari risiko pekerjaan yang harus dia terima.Rama menyelesaikan makannya, lalu meraih gelas di hadapannya dan menghabiskan isinya hingga tandas. Dia meletakkan gelas ke meja, agak kasar hingga terdengar

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    65. Kesalahan Widya

    Melihat pintu ruang kerjanya di buka, Arman bergegas mengakhiri pembicaraannya dengan Rama. Seperti janjinya dia langsung mengirim pesan kepada putranya. Ia menarik napas panjang, menatap sejenak layar ponsel sebelum menekan tombol kunci dan menyelipkannya ke dalam saku jas.Langkahnya segera berubah tenang, tegas, seperti tak ada yang mengusik pikirannya pagi itu. Dia menghampiri Widya yang sudah berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.Dengan balutan gaun satin lembut berwarna biru langit dan rambut yang tersanggul rapi, Widya menatapnya dengan sorot mata tajam yang tidak bisa ia sembunyikan. Mata itu menyimpan kecurigaan, juga ketidaksetujuan yang sudah sangat dikenalnya.Arman tersenyum tipis, berusaha menetralkan suasana. “Pagi, kamu sudah bangun?”Widya tidak membalas senyuman itu. Ia menyilangkan tangan di dada. “Kamu bicara dengan Rama?”Arman tidak menjawab langsung. Ia hanya menarik kursi dan duduk, mengambil secangkir kopi dari meja. “Ya. Dia minta perpanjangan cuti.”“Dan k

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    64. Masalah yang Harus Diselesaikan

    Malam itu kafe sudah lengang. Lampu utama telah dimatikan, hanya menyisakan pencahayaan redup dari lampu-lampu gantung di sudut dapur dan ruang kasir.Di atas meja panjang dekat jendela, Cinta duduk dengan punggung sedikit membungkuk, jari-jarinya sibuk merapikan lembar-lembar catatan pembukuan. Di sebelahnya ada tumpukan kecil uang tunai yang baru saja dihitung, siap untuk digunakan belanja keesokan harinya. Setiap bagian sudah memberikan daftar kebutuhan yang sudah menipis stocknya.Cinta menghembuskan napas pelan. Ia lelah, tapi tetap fokus. Di kamarnya, Chiara sudah terlelap. Hari ini gadis kecil itu terlalu banyak tertawa dan berjalan, hingga tubuh mungilnya menyerah pada kantuk lebih cepat dari biasanya.Tiara datang dari arah dapur, membawa dua gelas minuman hangat. Aroma kayu manis dari wedang jahe menyeruak di udara. Ia meletakkan satu gelas di depan Cinta, lalu duduk di seberangnya sambil memperhatikan sosok yang sudah dia anggap sebagai kakak itu.“Tadi Mas Kevin datang ya,

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    63. Maafkan Om, Chia ...

    Kini gantian Cinta yang mendorong pintu kafe dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menahan agar pintu tidak membentur Rama yang berjalan di belakangnya sambil menggendong Chiara yang tertidur pulas. Beberapa karyawan menyapa pelan, menyadari Chiara yang tertidur.Cinta sempat menoleh ke arah Rama dan berbisik, lalu mengulurkan tangannya untuk mengambil alih Chiara.“Terima kasih, biar aku tidurkan sekarang.”Rama menggeleng pelan. “Biar aku antar langsung ke kamarnya. Kamu tunjukkan saja. Kasihan kalau dioper-oper.”Ada ketegasan lembut dalam nada suara Rama. Bukan memerintah, tapi menegaskan niat untuk melindungi. Cinta sempat ingin membantah, tapi akhirnya hanya mengangguk dan berjalan lebih dulu, menuntun Rama melewati lorong sempit yang memisahkan area kafe dan ruang tinggal mereka di belakang.Cinta membuka pintu kamar Chiara dan menyalakan lampu temaram. Ruangan itu kecil, tapi rapi. Ada boneka-boneka kecil di pojok, rak buku mungil berisi cerita anak-anak, dan tempat ti

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    62. Sebuah Ingatan

    Rama duduk di dalam mobilnya dengan kepala bersandar di sandaran kursi. Angin dari pendingin ruangan mengusap wajahnya yang masih panas karena pertemuan singkat dan menggantung dengan Cinta. Dia teringat pada pesan sang papa beberapa hari sebelum keberangkatannya menemui Cinta."Kalau kau ingin meraih hati seorang gadis, taklukkan orang tuanya. Tapi kalau dia seorang janda, taklukkan anaknya. Karena anak adalah dunia mereka."Kata-kata itu kini bergema kuat di benaknya, itu sebabnya dia tidak akan menyia-nyiakan sekecil apa pun kesempatan untuk bias dekat dengan Chiara.Tiba-tiba Rama menegakkan posisi duduknya saat melihat Cinta menggandeng Chiara. Ada yang menggetarkan hatinya saat menyaksikan Chiara berjalan dengan langkah yang agak terpincang.Naluri Rama langsung melonjak. Ia turun dari mobil dengan langkah cepat, menghampiri mereka tanpa pikir panjang.Kini Rama sudah berlutut di depan Chiara, sejajar dengan pandangan anak itu. Ia menatapnya lekat-lekat, lalu tersenyum. Senyum y

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    61. Menjemput Anak Kita

    Layaknya seorang pria sejati Rama membuka pintu kafe dengan tenang, menahannya lebar-lebar agar Cinta bisa lewat tanpa harus menyentuhnya.Cinta menatap Rama sekilas, sejenak, lalu mengangguk kecil. Tak ada senyum, hanya anggukan yang seperti ucapan terima kasih tanpa suara. Rama mengangguk pula, membalas dengan gaya yang serupa.Di belakang mereka, para karyawan yang sejak tadi mengintip dari balik meja kasir dan sela dapur, hanya bisa menatap. Rizka menggigit bibir, lalu melirik pada dua pelayan yang berdiri kaku.“Apa yang terjadi barusan?” bisik salah satu dari mereka.“Entahlah,” jawab Rizka lirih tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.“Semoga Mbak Cinta baik-baik saja, ya?”“Biar bagaimanapun, kafe ini milik Mbak Cinta. Kalau sampai ada apa-apa dengannya, akan berpengaruh kepada nasib kita juga…”Tak ada yang melanjutkan kalimat itu, tapi semua tahu maksudnya. Jika Cinta tidak baik-baik saja, maka semua yang mereka bangun bersama bisa ikut tenggelam. Dan tak ada yang ingin keh

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    60. Ujian Nyata

    Rama menegakkan posisi duduknya. Tangannya menggenggam erat ujung meja, mencoba menenangkan diri. Terasa bagai ujian berat saat harus menahan gairah, sedangkan perempuan yang diincarnya sudah berada di hadapannya.Beberapa bulan yang lalu Rama bisa berbicara begitu arogan di hadapan Cinta. Saat itu hanya dendam yang menguasai hatinya. Tetapi saat ini terasa begitu berbeda, perasaan cintanya yang tulus membuatnya ingin memperlakukan perempuan di hadapannya dengan baik, jangan sampai melukainya. Dan itu sangat sulit, Rama sangat berhati-hati.Bagi Rama, berbicara di hadapan Cinta lebih sulit daripada bernegosiasi dengan klien, lebih sulit daripada memperoleh kontrak bernilai miliaran. Otak cerdasnya serasa buntu untuk menemukan cara mengungkapkan perasaan dan niat kedatangannya.Sementara itu, tidak beda jauh dengan Cinta. Janda beranak satu itu menunduk dan tidak berani beradu tatap. Dia sungguh menyesali bibirnya yang lancang mengeluarkan desahan."Kalian nyaman tinggal di sini?" tany

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    59. Ah ...

    Waktu seakan berhenti. Tidak ada suara lain yang terdengar di telinga Rama, selain degup jantungnya sendiri.Ingin rasanya Rama bangkit dari tempat duduknya, berlari dan merengkuh pinggang Cinta. Ingin rasanya menculiknya dan langsung membawanya ke hotel terdekat. Rama sudah tidak sanggup menahan gairah, dia ingin mengulang saat-saat intim bersama Cinta.Tapi akal sehat Rama masih menahannya di kursi, duduk manis hanya menatap, dan menunggu reaksi pertama dari Cinta.Dan Cinta… masih berdiri di tempat. Seolah hatinya belum memutuskan apakah dia harus menghampiri Rama, atau justru kembali melangkah menjauh sebelum semuanya dimulai kembali.“Mbak, tamunya nunggu sudah lama,” ucap Rizka pelan dan ragu-ragu, karena melihat reaksi Cinta yang sangat berbeda. Sangat serius dan ada ketakutan.Cinta mengangguk pelan diikuti hembusan napas kasar. “Ya, aku akan ke sana.”Tidak ada guna lari, karena Rama akan terus mengejarnya. Seperti halnya masalah dengan Nora, dia pun akan menghadapi Rama.Di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status