"Tentu saja." Robby melihat Febi dan berkata sambil tersenyum, "Febi, Ayah bersikap buruk padamu sebelumnya, tapi aku juga khawatir dengan perusahaan. Aku harap kamu bisa mengerti. Ayah minta maaf.""Febi, Kakek juga meminta maaf padamu. Aku harap kamu bisa memaafkanku." Dani juga berjalan mendekat.Febi mengangguk dengan pelan. Sebenarnya dia tidak senang. Febi bahkan merasa agak sedih karena dia tahu betul orang-orang ini meminta maaf kepadanya demi uang. Mereka tidak bersungguh-sungguh padanya."Kenapa kalian masih berdiri di sana? Kenapa kalian nggak meminta maaf?" Dani melihat Eko dan keluarganya berdiri diam, jadi dia berteriak dengan tergesa-gesa."Maaf."Keluarga beranggotakan empat orang itu meminta maaf dengan enggan.Leo mendengus dengan dingin, "Kalian terlalu asal-asalan. Minta maaf lagi dan membungkuk delapan puluh derajat.""Leo, jangan terlalu menindas orang!" Kevin sangat marah.Anna juga sangat marah. "Benar, Febi menyebabkan perusahaan merugi empat triliun. Sekar
Jam tujuh malam, Febi muncul di Karaoke Famous tepat waktu.Awalnya, Karaoke Famous bernama Karaoke Jaguar, yang merupakan industri dari Perusahaan Jaguar.Setelah Perusahaan Jaguar bangkrut, tempat karaoke ini dibeli oleh salah satu penjaga Sekte Jaguar dan dibuka kembali setelah berganti nama.Febi datang ke depan ruang VIP 888. Ada dua pengawal berkacamata berdiri di depan pintu."Apakah kamu Nona Febi?" tanya salah satu pengawal itu."Yah," jawab Febi."Silakan masuk!"Pengawal itu membuka pintu untuk mempersilakan Febi masuk. Namun, ketika dia masuk, Febi tertegun."Pak Jovan, Pak Aston, kenapa kalian ada di sini?"Ada dua orang di ruang VIP, mereka adalah Jovan dan Aston."Tentu saja ini kami. Duduklah." Jovan mengaitkan jarinya sambil tersenyum dengan ekspresi cabul."Kevin, kamu benar-benar mengkhianatiku."Febi segera menyadari bahwa dia telah dijebak. Febi sangat marah, tapi dia juga merasa takut. Dia berbalik dan ingin melarikan diri. Namun, Febi malah didorong oleh dua peng
"Dasar pecundang, sudah hampir mati masih berani pamer. Aku hancurkan mulutmu dulu!"Jovan berkata sambil mendatangi Leo. Febi masih ingin menghentikannya, tapi Leo buru-buru menariknya pergi.Jovan menunjukkan senyuman kejam dan menampar wajah Leo dengan keras.Leo menunjukkan senyuman menghina dan mengulurkan tangan untuk meraih pergelangan tangan Jovan.Jovan langsung terkejut dan berusaha keras menarik tangannya. Namun, tangan Leo seperti besi yang menjepit erat pergelangan tangannya."Krek!"Leo memelintir lengannya dengan pelan, lalu pergelangan tangannya langsung patah."Ah ...."Jovan langsung menjerit kesakitan. Jeritan itu sangat memilukan dan menakutkan untuk didengarkan.Leo menunjukkan cibiran, kemudian dia menampar perut Jovan. Jovan segera terpental mundur dan muntah darah. Matanya tampak sangat terkejut dan tidak percaya.Awalnya, Jovan berpikir bahwa setelah kaki Leo patah, pria itu akan dapat ditindas sesuka hatinya. Namun, Jovan tidak pernah membayangkan situasi akan
"Sialan!"Bruno mengangkat tangannya dan menampar wajah Jovan dengan keras. Suara tamparan itu tajam dan keras."Kak Bruno, kenapa kamu memukulku?" Jovan menutupi wajahnya yang sakit dengan terkejut dan marah."Sialan, kamu yang aku pukul."Setelah Bruno selesai berbicara, dia menampar wajah Jovan dengan keras lagi. Dia masih merasa tidak puas, jadi dia menendang perut Jovan hingga terjatuh.Aston sedikit bingung. "Kak Bruno, apakah kamu nggak salah pukul? Kalau kamu ingin bertarung, kalahkan bajingan ini.""Sialan! Beraninya kamu mencelakaiku."Bruno menampar Aston hingga terjatuh dan menendangnya dengan keras.Dia benar-benar kesal."Bruno, apa kamu gila!" Jovan berkata dengan marah, "Aku memintamu untuk membantuku, tapi kamu malah memukulku. Apakah kamu bosan hidup?""Diam!" Bruno berteriak dengan tegas, "Beraninya kamu menyinggung Pak Leo. Aku nggak akan menghentikanmu kalau kamu ingin mati, tapi jangan mencelakaiku."Setelah Bruno selesai berbicara, dia berbalik dengan cepat dan b
"Pak Leo ...."Awalnya, Bruno ingin terus memohon belas kasihan. Namun, ketika dia melihat mata tajam Leo yang seperti pedang, dia langsung ketakutan."Pak Jovan, aku minta maaf.""Bruno, beraninya kamu. Percaya atau nggak, aku akan meminta pamanku untuk mengeksekusimu!" teriak Jovan dengan ekspresi takut dan marah."Kalau aku nggak melakukannya, aku akan mati sekarang. Maafkan aku." Setelah Bruno selesai bicara, dia menendang alat vital Jovan.Samar-samar semua orang bisa mendengar suara ledakan samar. Mata Jovan tiba-tiba membelalak."Ah ...."Setelah itu, dia menjerit kesakitan dan berguling-guling di lantai sambil memegangi alat vitalnya."Febi, ayo kita pulang." Leo tersenyum lembut pada Febi.Febi tidak bisa tertawa. Dalam perjalanan pulang, dia menjadi semakin khawatir."Leo, kamu terlalu gegabah tadi. Jovan pasti nggak akan menyerah. Dia pasti akan mencari pamannya untuk membalaskan dendamnya." Wajah Febi tampak khawatir."Kamu adalah istriku. Nggak peduli siapa yang mengga
Setelah Febi pergi ke tempat karaoke, pasukan Phoenix melaporkan situasinya kepadanya tepat waktu. Setelah dia mendapatkan berita tersebut, Leo bergegas ke sana."Jadi begitu." Febi tidak ragu karena penjelasan ini sangat masuk akal.Saat keduanya kembali ke rumah, hari sudah gelap. Namun, ruang tamu Kediaman Keluarga Sharon sangat ramai. Seluruh anggota keluarga ada di sana. Selain itu, ada seorang pria muda yang duduk bersama Anna. Hubungan keduanya terlihat sangat dekat.Awalnya, pria itu sedang membicarakan sesuatu. Namun, ketika dia melihat Febi masuk, dia tiba-tiba terpaku.Napas Farel Hendery menjadi cepat. Awalnya, dia mengira Anna sudah sangat cantik. Namun, dia tidak menyangka Febi akan lebih cantik lagi. Febi tampak seperti peri.Anna memperhatikan ekspresi Farel. Hal ini membuatnya sangat tidak senang. Dia buru-buru memeluk lengan Farel sambil berkata, "Sayang, aku perkenalkan. Dia adalah sepupuku, Febi. Yang sedang duduk di kursi roda itu suaminya yang nggak berguna.""Sua
"Leo, jangan gegabah."Febi buru-buru membujuknya. Dia tahu sifat Leo. Sepertinya tidak ada orang yang tidak berani Leo pukul.Namun, Febi masih satu langkah lebih lambat. Saat Febi berbicara, Leo telah mengambil tindakan dan menampar wajah Farel."Plak!"Diiringi tamparan keras, mata Farel seketika membelalak. Ekspresinya tampak kaget dan tidak percaya."Plak!"Leo kembali mengambil tindakan. Dia menampar wajah Anna lagi.Anna tertegun dan menutupi wajahnya yang sakit dengan tidak percaya."Pe .... Leo, beraninya kamu memukul Pak Farel. Besar sekali nyalimu!"Dani dan yang lainnya terkejut. Mereka tertegun beberapa saat, lalu baru tersadar dan buru-buru berteriak.Awalnya, dia ingin memarahi Leo pecundang. Namun, dia khawatir akan membuat Leo kesal. Jika Leo menamparnya, Dani pasti akan merasa malu. Jadi, dia buru-buru mengubah panggilannya."Pak Farel, apa kamu baik-baik saja?"Setelah bereaksi, Santi, Eko dan yang lainnya buru-buru melangkah maju untuk bertanya dengan prihatin.Fare
"Leo, kamu terlalu gegabah. Kalau kamu bertaruh seperti itu dengan Pak Farel, kamu jelas akan kalah. "Setelah kembali ke kamar, Febi masih marah."Febi, kenapa kamu nggak percaya padaku sekali saja?" kata Leo sambil tersenyum getir."Aku juga ingin memercayaimu, tapi kamu harus memberiku alasan untuk memercayaimu?" kata Febi."Aku nggak tahu bagaimana menjelaskannya padamu. Bagaimanapun, kamu percayalah padaku. Kamu akan mengetahuinya besok." Leo menunjukkan senyum percaya diri.Meskipun Leo sangat percaya diri, Febi masih khawatir. Jadi, dia pergi berjalan-jalan di sekitar halaman."Nona Febi, ini sudah larut, tapi kamu masih belum tidur." Tiba-tiba Febi mendengar suara dari belakangnya.Febi menoleh ke belakang dan melihat orang itu adalah Farel. Kemunculannya membuat Febi terkejut. "Pak Farel, kamu belum pergi?""Keluargamu mengundangku untuk menginap. Aku sulit untuk menolak usulan mereka." Farel sangat bangga."Pak Farel, bisakah kamu menganggap taruhan antara suamiku dan kamu se