“Kamu bisa bercerai dengannya lalu menikah dengan putri dari rekan bisnis Ayah. Jauh lebih cantik, smart, independen!” sentak Mario.Abian melongo. Mulutnya terbuka lebar.Sinting!Gila!Sungguh gila apa yang dikatakan ayahnya. Di luar dugaan dan nalar sebagai seorang ayah. Begitu mudah menyuruhnya untuk bercerai lalu menikah dengan gadis pilihan Mario.Kepala Abian menggeleng kuat. “F*CK! ARE YOU KIDDING ME? CERAI? TIDAK AKAN! SAYA TIDAK AKAN PERNAH BERCERAI DENGANNYA!” tolaknya menekan semua kalimat dan suara meninggi. “DIA WANITA PILIHANKU. SAYA TIDAK PEDULI DENGAN GADIS PILIHAN AYAH!”Mata Ibu Abian mendelik pada Abian. “KURANG AJAR! JAGA SIKAPMU KALAU BERBICARA DENGAN AYAH!” Suara Caroline tidak kalah tinggi. “MAU NGELAWAN KAMU!”Abian mengalah. Amber datang, duduk di samping Abian—mengelus kedua pundak Abian. Wanita itu sedari tadi sembunyi-sembunyi menguping pembicaraan. “Sudah, ya. Kamu tenangin diri. Jangan dila
Pagi sekali Caroline bangun, mendengar suara berisik dari dapur. Terkaget-kaget melihat putranya sedang sibuk memasak."Apa yang kamu lakukan!"Abian tersentak kaget, hampir saja panci yang Abian pegang jatuh. Menoleh ke belakang, di sana Ibunya berdiri berkacak pinggang dan meringis sebal—mulai menghampirinya.“Kamu yang membuat sarapan setiap hari untuknya?!”“Memangnya salah aku membuat sarapan?” Abian bertanya balik penuh keheranan.“Ibu membesarkanmu untuk menjadi lelaki hebat dan sukses bukan untuk memasak, memalukan! Itu kan tugas istrimu!” sentaknya. “Di mana wanita itu? Apa masih enak-enaknya tidur, membiarkan suami mengerjakan tugasnya!” sungutnya.Abian menempelkan jari di bibirnya, memberi isyarat agar Caroline mengecilkan suara. “Husttt! Ibu! Pelankan suaranya, aku takut Alia dengar,” lirih Abian. Abian tidak tega mood pagi Alia dirusak oleh ibunya.“Kamu ini selalu saja melindunginya!” Caroline mencubit pin
Alia dan Abian sedang berada di Roosterfish Beach Club—tempat nongkrong luas menghadap ke pantai dan menyajikan pizza, burger, seafood lokal, BBQ, salad segar bir dan koktail dingin.Mereka berdua berjalan kaki untuk menuju tempat itu, karena jaraknya sangat dekat dengan Villa yang mereka inap.Roosterfish Beach Club, tempat yang menakjubkan. Dengan kolam renang tepi pantai besar diapit oleh cabana bambu dan kursi berjemur, restoran dan bar, DJ live dan hiburan lainnya.Abian dan Alia bersantai di bar kolam renang sambil berjemur, meminum jus menyegarkan. Alia mengenakan bikini sexy, topi pantai di kepala, dan kacamata hitam agar kedua matanya tidak silau karena sinar matahari. Sementara Abian memakai kemeja, celana kolor pendek dan, kacamata juga.“Kamu mau berenang?” tanya Alia, tangannya menunjuk ke kolam renang, di mana ada beberapa cewek-cewek memakai bikini supermini yang hanya menutupi bagian tengah saja. “Pemandangan yang indah. Pasti kamu
"WOY CARI KAMAR SANA!" Seorang wanita menjerit. Dia wanita yang terus-menerus mencari perhatian pada Abian.Alia dan Abian saling menjauhkan bibir masing-masing."Oh shit!" umpat Abian kesal.Ciuman mereka terganggu oleh wanita sialan itu. Pasti wanita itu asli Indonesia—terlihat dari wajahnya—dan terlalu ikut campur dengan urusan orang lain. Toh, bule saja acuh dan tidak peduli apa yang dilakukan orang lain di sana. Seakan melihat pemandangan orang berciuman adalah hal yang biasa.Panas di Bali seperti matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Alia, Abian tidak lupa memakai sunscreen dan body lotion yang sangat penting bagi kulit, agar tidak kusam dan terbakar. Para wanita bule cantik malah sibuk berjemur.Alia tidak tahan sengatan sinar matahari. “Cari tempat untuk berteduh, yuk. Di sini panas sekali,” ajak Alia. Mengibaskan tangan berkali-kali sebab keringat bercucuran deras di dahi dan pelipis.Abian menurut. Mengaja
“I love you too.”Alia merasakan napas hangat Abian yang menerpa wajahnya. Dia berjinjit, mengalungkan kedua tangan di leher Abian lalu memajukan wajahnya untuk mencium bibir Abian. Mereka pun berciuman beberapa menit sampai salah satu darinya melepaskan ciuman. Kemudian saling berpelukan dengan nyaman. Dunia seolah hanya milik berdua. Tidak memperdulikan banyak mata melihat ke arah mereka.***Sepasang suami istri itu melakukan hal yang membuatnya keduanya tertawa lebar. Seperti bermain air, berciuman dengan mesra, dan kini mereka kejar-kejaran.Orang dewasa yang melihat tingkah Alia dan Abian pasti akan menganggap mereka berdua sepasang kekasih bukan sepasang suami istri. Saking romantisnya dan terlihat begitu muda.“Kamu tertangkap!” ujar Abian disela-sela tawanya setelah berhasil mengejar Alia dan memeluk Alia dari belakang. “Jangan kabur lagi, aku lelah mengejarmu,” bisiknya tepat di telinga Alia.Bisikan dari Abian membuat
Alia mengurungkan niatnya. Dia kembali duduk. Harus ekstra sabar. Sebenci itukah Caroline padanya? Hanya karena Alia pernah menikah lalu bercerai?“Biarkan Alia ke atas untuk istirahat, Bu. Dia pasti lelah dan kecapean.” Abian bersuara.“Hm.” Caroline bergumam sebagai jawaban.***“Mau menari denganku, Nona?”Alia langsung memutar badannya, menghadap bartender yang sedang meracik dan menyajikan minuman beralkohol untuk tamu lainnya. Dia menaruh gelas berisi white wine ke meja. Hanya satu kali melirik lelaki yang tadi mengajak menari. Alia berdecih melihat lelaki berkemeja putih itu tersenyum menggoda padanya.Jari telunjuk Alia yang sangat lentik bergerak atas ke bawah memainkan gelas itu. Ya, Alia asyik bermain dengan gelas wine seolah lebih menarik ketimbang lelaki di sampingnya.“Jarimu cantik sekali. Aku suka,” pujinya lagi berusaha mengajak Alia berbicara.Alia acuh. Kembali meminum white wine itu sedikit d
“Kamu sendiri datang ke sini?” tanyanya sambil menuangkan alkohol ke dalam unstem glass bentuk high ball glass yang digunakan untuk menyajikan minuman Vodka. “Diva vodka, minuman ini bisa memanjakan selera tinggi bagi pecinta vodka. Rasanya sangat smooth karena telah disaring menggunakan batu permata setelah diolah secara tradisional,” jelasnya panjang lebar.Alia hanya diam dan semakin mendengarkan apa yang dikatakannya. Tidak menulikan telinga lagi.“Kamu tahu botol kaca itu berhiaskan apa?”Lelaki itu tanpa henti mencoba mengajak Alia berbincang dengannya—membahas Diva Vodka.Ini baru pertama kali Alia mendengar jenis minuman itu. Sedikit menarik. Matanya tertuju pada satu botol di depan lelaki itu. Botol berwarna putih dan dihiasi oleh kristal sehingga terlihat begitu mewah. Alia mengangkat satu bahunya bertanda tidak tahu dengan pertanyaannya barusan.Lelaki itu tersenyum kecil. Akhirnya dirinya telah direspon dan tidak diacuhkan. “B
Liat siapa yang datang?"Abian?!" Alia panik setengah mati. Langsung mundur selangkah menjaga jarak dengan Juan.Ya. Benar. Lelaki itu Abian. Astaga. Bagaimana bisa Abian tahu kalau Alia sedang minum? Siapa yang memberi tahunya? Tidak mungkin orang lain menginformasikan pada Abian bahwa Alia sedang berada di salah satu club malam di Bali, berbincang dengan lelaki lain."Apa yang kamu lakukan di sini?" Sorot mata dingin diberikan pada Alia. Tentu. Abian merasa dibohongi."A-a-aku—" Alia terbata-bata. Matanya bergerak tidak tenang. Dia takut Abian marah padanya."Kau mengelabuiku?""Tidak! Aku ke sini untuk menghilangkan stres," jawab Alia sejujur-jujurnya. Memang itu tujuannya, daripada berada di Villa. Telinga Alia panas mendengar suara Caroline yang tidak suka padanya. "Aku tidak bermaksud berbohong." Meyakinkan sekali lagi.Ekspresi Abian datar. Tidak terlihat marah. Itu semakin membuat Alia takut. Orang yang marah den