Adeline merasa dirinya menjadi aneh dan overthinking setelah mengetahui fakta Abian telah menikah. Selama ini bekerja di rumah sakit Fortis, berbicara dengan banyaknya Dokter dan suster—tidak ada yang memberitahunya kalau Abian telah menikah.
Abian menyadari Adeline tidak lagi berjalan di sampingnya. Lelaki itu menoleh melihat Adeline berdiri di tengah jalan sambil melamun lalu bertanya sedikit meninggikan suara, “Ada apa?”
Lamunan Adeline buyar mendengar suara Abian. Wanita itu bergegas menyusul langkah Abian.
“Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Abian untuk kedua kalinya. “Hari ini kamu berbeda, seperti bukan Adeline yang aku kenal.”
Adeline mengigit bibir bawahnya sebelum menjawab, “Aku hanya kecewa," jawabnya dengan pandangan lurus ke depan.
Abian tidak begitu serius menanggapi ucapan Adeline, bahkan bertanya dengan enteng dan tidak ada rasa keingintahuan penyebab
Fahmi sedikit tenang. Dia kira Robert akan membahas dana darurat yang Fahmi ambil di perusahaan, ternyata mencemaskan putrinya.“Masalah keluarga kita, Pa. Kami hanya bertengkar masalah sepele dan kecil. Papa tidak perlu cemas,” balas Fahmi mencoba meyakinkan.Raut wajah Robert tidak yakin dengan jawaban Fahmi.Keringat dingin mulai mengucur deras dari dahi dan pelipis Fahmi.“Jangan sampai Papa tahu dan curiga! Kalau tahu. Tamatlah riwayatku!” batin Fahmi berharap Misella tidak mengadu kepada Papanya.“Kamu membuat kesalahan pada putriku?” tebak Robert memincingkan matanya. “Dia menjadi murung. Pasti kamu penyebabnya! Mengaku saja.”“Misella akan baik-baik saja setelah ini, Pa. Aku akan membujuknya agar masalah terselesaikan dengan cepat.”Fahmi tidak ingin Robert ikut campur da
Pukul 19.00. Abian hari ini tidak lembur. Lelaki itu sangat bersemangat untuk segera pulang, tidak sabar bertemu istri tercintanya. Entah mengapa semenjak Alia datang ke tempat kerjanya, Abian menjadi sangat merindukan Alia. Terpikirkan olehnya memberi hadiah untuk Alia. Seingat Abian, dirinya jarang sekali memberi kejutan. “Ini waktu yang tepat memberi hadiah untuk Alia,” gumamnya saat menuruni lift menuju parkir mobil. Sebelum pulang ke apartemen. Abian mengunjungi suatu tempat. Tangannya hendak membuka pintu mobil, namun ditarik oleh seseorang secara tiba-tiba. “Kamu menghindariku?” terka seorang wanita dengan nada agak tinggi dan kesal. Abian hampir ingin memaki orang itu karena perbuatan tidak sopan. Tetapi, Abian paham pemilik suara itu, tidak lain adalah Adeline. Abian pun menahan kesabaran. Merusak mood saja!
"Dia menghilang." "Tunggu, menghilang?" "Ya. Terakhir aku bertemu dengannya tampak begitu stres dan depresi." Topik pembicaraan menjadi serius. "Depresi? Itu tidak bisa dibiarkan. Dia bisa melakukan hal yang aneh saat di fase titik terendahnya. Misella benar-benar wanita gila. Tidak segan untuk menyakiti diri sendiri." Marsha menjeda perkataannya. "Oke, aku akan mengirimmu pesan, beberapa tempat yang Misella dikunjungi ketika sedang depresi." Alia menunggu pesan dari Marsha, namun keburu Abian menghampirinya. Alia langsung mematikan panggilan itu dan menyimpan ponselnya. *** Fahmi mencari Misella hingga larut malam. Tadi pagi saat berbicara dengan Fahmi, Misella tampak kacau. Kedua netranya sembab dan suaranya seperti orang linglung. Fahmi sadar akan kesalahan fatalnya, tapi nafsu itu tidak bisa ia kendalikan. Mencari dari tempat satu ke tempat lain, tidak juga menemukan. Fahmi tampak frustasi. Dia meremas rambutnya sendiri. "Aaarrghhh … kamu pergi ke mana, Misella?" Fahmi m
"Bagaimana jika masih tidak ketemu? Jika kamu tidak berhasil menemukan Misella apa mau kamu menceraikannya dan kehilangan semua yang kamu miliki saat ini?" tantang Robert untuk memastikan jika ucapan Fahmi bisa dipegang. "Aku janji, Pa. Besok pasti ketemu. Aku mau istirahat dulu." Fahmi pun berjalan ke kamarnya. Ia mengistirahatkan tubuhnya seraya bergumam sendiri. "Ke mana kamu pergi, sih, Misella? Bisa tidak untuk tidak membuatku kehilangan harta yang selama ini sudah aku gunakan? Kamu harus terus bersamaku." Gumamannya itu membuat Fahmi mengantuk hingga tertidur. *** Kesalahan fatal Fahmi membuatnya cemas dan khawatir soal harta yang selama ini sudah dia gunakan untuk wanita selingkuhannya itu. Fahmi tidak akan mengira jika semua ini akan diketahui oleh Misella. Padahal, Fahmi sudah menutupnya rapat-rapat agar keluarga Misella tidak akan mengetahui kebenaran yang sedang ia lakukan di belakang Misella. Alarm pun berbunyi, hal itu membangunkan Fahmi yang masih mengantuk. Dia pu
"Sudah aku bilang, jangan terlalu jauh untuk ikut campur masalah mereka. Biarkan mereka menangani masalah mereka dengan cara mereka sendiri. Aku hanya tidak suka ternyata kamu masih berkomunikasi dengan mantan suamimu."Abian pun melepaskan tangannya, dia segera berdiri untuk mencuci muka dan bersikat gigi."Jika aku tidak boleh berkomunikasi dengan mantan suamiku. Lantas, bagaimana kamu bisa akrab dengan dokter baru itu? Dia memang cantik, dambaan semua pria." Alia menyerang balik apa yang tengah suaminya itu hadapi.Memang benar, Adeline menyukai Abian. Tetapi itu tidak membuat Alia untuk membalas dendam atas tindakan yang Alia lakukan. Hanya kebetulan saja Fahmi dan Misella sedang tertimpa masalah dan Alia memberikan sedikit informasi tentang Misella pada Fahmi.Abian pun menghentikan langkahnya. Dia berbalik untuk menghadap istrinya yang masih di atas kasur dengan keadaan duduk. Abian masih berdi
Fahmi yakin, jika tempat ini tujuan Misella. Pasti Misella berada di sana! *** Misella duduk sendiri di tengah sepinya pengunjung. Menikmati pasir putih dan air laut yang menghempas dirinya. Bagian bawah bajunya telah basah. Tidak sedikit air laut yang menyiprat mengenai wajahnya, membuat Misella selalu menutup muka jika air laut datang untuk menyapa. Kedua tangan Misella meremas-remas pasir yang terkena air laut hingga membuat buku-buku jemari tangannya memutih karena kuatnya remasan itu. Misella sangat kesal pada diri sendiri. Dia merasa hancur. Dunianya sudah tak berkeping mengingat perbuatan yang suaminya lakukan di belakangnya. Apakah ini balasan untuk Misella karena dulu telah merebut Fahmi dari Alia? Misella yakin, jika ini perasaan yang Alia rasakan dulu saat dirinya merasa bangga dan bahagia saat Fahmi memilihnya dan menceraikan Alia karena Fahmi telah berselingkuh dengannya. Dan teman-temannya pun tidak ada yang mendekati dirinya. Semuanya telah menjauh dan pergi dari k
Melihat istrinya sudah berada di tengah laut membuat Fahmi tanpa berpikir panjang langsung berlari menuju ke tengah laut. Melepaskan sepatunya dengan tergesa, jaket yang menutup tubuhnya dilepas asal. Fahmi langsung melebur ke dalam air laut yang saat itu ombaknya sedang tinggi. Fahmi menyadari jika semua ini karena kesalahannya yang telah mencoba selingkuh dari sang istri. Namun, rasa penasarannya akan perempuan lain membuatnya terus menerus ingin mencoba untuk menikmati apa yang tengah ia rasakan tanpa mempedulikan apa yang akan Misella rasakan dan alami, terlebih pada buah hati mereka yang belum mengetahui apa-apa. Terlebih, Kayla juga sebagai perempuan. Apa Fahmi tidak memikirkan bagaimana perasaannya nanti jika Kayla sudah tumbuh besar dan menikah dengan laki-laki yang dicintainya dan berakhir dengan diselingkuhi? Apa dia sendiri tidak hancur melihat rumah tangga anak yang dicintainya mengalami hal seperti itu?
Keadaan Misella tidak sedang baik-baik saja.Fahmi tahu bahwa istrinya sedang stres berat akibatnya. Misella pun menangis dalam dekapannya. Menangis keras dengan air mata mengalir deras ke pipi.Fahmi membiarkan itu terjadi, membiarkan Misella menumpahkan emosinya yang terpendam selama ini. Hanya saja, semua ini diselingi kata maaf yang terus terucap dari mulutnya."Aku minta maaf, Misella. Salahkan aku karena semua ini memang salahku." Menepuk pelan punggung Misella, Fahmi mengakui jika semua ini adalah salahnya.Fahmi langsung memakaikan jaket yang tadi dilepas asal pada Misella, dia langsung membawa Misella ke rumah sakit untuk mengecek kondisi tubuhnya. Fahmi khawatir pada apa yang akan terjadi pada Misella jika tidak diperiksakan ke rumah sakit.***Sesampainya di rumah sakit, Misella langsung dibawa ke UGD dan dilakukan pemeriksaan.Fahmi langsung menghubungi mertuanya jika sudah menemukan Misella dan saat ini sedang berada di rumah sakit. Fahmi tahu jika dirinya harus melakukan
Para tamu bertanya-tanya termasuk Misella ikut terheran. Sontak Abian dan Alia menutup mulut tak percaya. Dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tua Abian yang tiba-tiba datang bergabung di acara tersebut. Tak disangka-sangka mendapat surprise dari keluarga Abian. Ayah Mario, Ibu Caroline, Kak Amber dan juga Xylia si gadis kecil bule dengan rambut pirangnya."Sepertinya mereka dari keluarga terpandang," batin Misella menebak.Amber melambaikan tangan pada Abian dengan semangat sekali dan senyum lebarnya. Keluarga Abian pun semakin mendekat. Hati Alia terenyuh dengan kedatangan mereka. Alia pikir, keluarga Abian sangat mustahil untuk menginjak kaki di Jakarta. Sebab mereka lebih menyukai berada di Bali ketimbang di Jakarta, seperti pertama kali Abian memperkenalkan Alia pada keluarganya di Bali. "Siapa mereka?" ucap Papa Alia kebingungan."Mereka Keluarga saya, Pa. Ibu, ayah, dan kakakku dari Amerika," jawab Abian cepat. "Saya kira tidak akan datang."Tiffany melongo, begitu juga den
Sembilan bulan kemudian .... Setelah kejadian mengerikan di Belleza, rencana Robert berhasil total dan kematian Fahmi tidak membuat orang menaruh kecurigaan. Itulah gelapnya tinggal di hunian modern itu. Siapapun yang mempunyai uang, dia akan berkuasa. Pada dasarnya uang segalanya, termasuk uang membuat orang lain tutup mulut.Di hunian elit, Belleza unit 002 milik keluarga Robert.Keluarga Robert hidup jauh lebih bahagia daripada tahun kemarin. Kini Kayla sudah bisa berbicara walaupun belum amat jelas. Tingkah lucu dan nada bicara cadel Kayla sangat menghibur mereka. Apalagi Kayla cukup tanggap, pasti tumbuh besar menjadi anak pintar. "Kayla sayang ...!" Tiffany berteriak, melambaikan tangannya dengan senyum lebarnya. Saking kangennya dengan cucunya. "Nenek datang!"Kayla baru turun dari tangga dituntun oleh Misella. Misella langsung berkata, "Hayo, siapa yang datang itu, Kay?" nunjuknya ke arah pintu.Awalnya Kayla sempat bingung, tapi langsung sadar. Tubuh mungil itu berlari untuk
Deg."APA KATAMU?!" Robert sangat terkejut. Berdiri dengan sorot mata tidak percaya. "Putriku tidak mungkin melakukan itu!"Bella terkaget-kaget. Tiffany yang baru sadar dari pingsan, syok kembali. Membekap mulutnya tidak menyangka. "T-tidak! Putriku bukan anak pembunuh!" Geleng-geleng kepala. "Pasti ada kesalahpahaman. Iya, kan?!""Maaf ... Saya melihat dengan kepala saya sendiri! Bahwa Putri Anda yang mendorong Fahmi!" tegas pengawal itu meyakinkan. "Harus ke atas sekarang kalau tidak percaya."Mereka langsung berlari-lari naik tangga menuju kamar Kayla. Mulut mereka terbuka lebar saat melihat jendela kaca telah hancur. Mata masing-masing menangkap punggung Misella, berdiri di antara serpihan kaca berserakan di lantai. Tidak ada yang memperdulikan betapa cantiknya warna kembang api di menyala-nyala.Robert membalikkan badan Misella. "Apa yang sebenarnya terjadi?!" tanya Robert butuh penjelasan. "Kenapa begitu berantakan di sini?!" tambah Robert.Kesadaran Misella kembali saat kedat
"T-tapi Tuan ...." "Tidak ada tapi tapi!" Robert masih punya secuil rasa kasihan setelah melihat Fahmi begitu mengenaskan. "Beri waktu dua menit dan awasi dia jangan sampai menyentuh sedikitpun cucu saya! Kalau cucu saya sedang tidur, jangan sampai lelaki itu membangunkan!""Baik Tuan." Body guard menurut, mereka pun menghampiri Fahmi. "Hei! Ayo jalan!" perintahnya karena Fahmi hanya diam tak bergerak. "Cepat jalan! Sebelum Tuan Robert berubah pikiran!"Fahmi pun berjalan pincang naik ke arah tangga dikawal ketat. Meninggalkan Robert di bawah bersama putri pertama. Bella dengan penuh amarah menghampiri Robert yang melamun dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celana."Papa!" teriak Bella. "Papa yang benar saja membiarkan lelaki bajingan itu menemui Kayla?! Di atas juga ada Sella!" Marah Bella, geleng-geleng kepala kenapa Papanya berbuat demikian.Robert menatap putri pertamanya. "Sudah. Kamu jangan marah begitu," tanggap Robert
Robert kembali ke apartemen karena baru selesai menyelesaikan beberapa pekerjaan mendadak di hari tersebut. Awalnya Robert ingin menikmati waktu malam tahun baru bersama sang istrinya, alhasil gagal. Saat pulang lelaki tua geram setelah mendapatkan pesan dari putrinya. "Dia datang sendirian?" tanya Robert pada dua body guard itu.Salah satu body guard menjawab, "Sepertinya sendiri, Tuan. Saya mendapat notif panggilan banyak sekali dari putri dan istri Anda.""Kenapa dia ada di sini?" Napas Robert terdengar berat. Sangat heran sekali. "Apa tidak punya harga diri?" sinisnya mengingat wajah Fahmi yang begitu memuakkan."Mungkin dia lapar," tebak body guard setengah bercanda."Dia lapar pada hari ini?" Satu alis Robert naik."Kan Tuan yang membuatnya miskin tak punya apa-apa. Jadi, dia berusaha mendatangi keluarga Tuan agar mendapat belas kasih," jelas body guard itu."Ah, iya. Kalau begitu kita harus cepat!"Dua b
Jantung Misella terasa dihantam batu. Selama ini tidak pernah mengizinkan Fahmi melihat wajah putrinya. Batinnya pedih mendengar permintaan Fahmi, Misella merasa menjadi Ibu yang jahat. Sorot mata Fahmi hampir membuat pertahanan Misella goyah, rasa kasihan segera ditepis jauh-jauh.“Dia hanya mantan suami yang tidak tahu diri!” batinnya memperingatkan."Jangan mimpi. Jangankan Sella sebagai ibu! Aku saja tak akan membiarkanmu bertemu Kayla," sinis Bella. "Pergilah dari sini!" Bella menarik paksa tangan Misella, cepat-cepat memencet sandi pintu.Misella menoleh ke belakang, terperangah Fahmi semakin mendekat. Hah?! secepat itu? "Kak! Ayo cepat!" Menarik-narik dress Bella dengan panik."Sabar dong, Sel. Tangan Kakak jadi tremor ini," balasnya bersamaan bunyi pintu apartemen terbuka.Keduanya bergerak cepat masuk ke dalam saat pintu akan tertutup sempurna, tangan Fahmi menerobos pintu tak peduli akan terjepit. Misella dan Bella langsung mendorong sekuat tenaga agar pintu tertutup."Hanya
Lima jam yang lalu.Misella dan Bella saling berdebat kecil mengenai undangan party dari Yuna. Bella merobek-robek kertas undangan pink pastel cantik itu dengan kesal. "Untuk apa kau datang?! Bukannya lebih baik kamu mengabaikan wanita penyebalkan itu!" omel Bella, pipinya merah menyala. Tak habis pikir jalan pikiran adiknya itu. Diperlakukan buruk, dipermalukan masih saja mau bergabung dengan orang bermuka tebal. Misella berdiri memasang muka tanpa dosa di depan Bella. "Aku hanya ingin datang. Apa salahnya, sih, Kak?""Salah! Memang salah." Bella menarik napas dalam-dalam. Sadar, hanya masalah kecil sampai berdebat dan emosi begini. "Sudah, abaikan saja," lanjutnya menahan diri—merebahkan tubuhnya di sofa."Aku mau datang! Titik." Misella keukuh. "Aku belum pernah datang ke party tahun baru."Bella memutar bola matanya. Astaga. Adiknya sudah dewasa tapi masih keras kepala. Tidak pernah menurut perkataanya. "Ya sudah. Aku temenin! Jangan sendirian. Bisa jadi kamu akan dipermalukan de
Sudah setengah jam Alia pingsan, kini mulai sadar. Matanya mulai terbuka, pandangan pertama yang dilihat adalah lampu cantik di atas langit-langit dinding yang menggantung. "Akhirmya kamu juga sadar, sayang." Abian menghela napas lega. Setia menunggu Alia bangun, tak melepas genggaman tangan.Alia melihat Abian duduk di sampingnya. "A-apa yang terjadi padaku? Di mana kita?" tanyanya bingung, sadar sedang bukan di kamar miliknya, kamar itu asing.Pelayan datang membawa segelas air putih, diberikan pada Abian. "Minum dulu," perintah Abian.Alia bangun dari posisi baringnya. Meminum beberapa teguk air putih dibantu Abian memegang gelasnya."Kamu pingsan, sayang. Kita masih di apartemen Yuna," ucap Abian memberi tahu. Alia sadar seketika. Matanya membesar, ingat kejadian menakutkan. Memegang kepalanya yang terasa pusing. Dia langsung turun dari ranjang tanpa berpikir panjang, tubuhnya oleng—untunglah pelayan siap siaga me
Bunyi kaca pecah mengangetkan dan tiba-tiba ada teriakan dari atas membuat empat orang di balkon itu menengadah kepala ke atas. Betapa terkejutnya melihat ada seseorang di atas sana—di dorong hingga tubuhnya hilang kendali, jatuh bersamaan serpihan kaca tebal telah melukai setiap kulitnya. Tangan itu berusaha menggapai di udara, namun malangnya tak bisa berpegang benda apapun.Pasrah dalam hitungan detik tubuh itu jatuh melewati samping kiri balkon hingga menghantam sky light lobby apartemen yang terbuat dari kaca. Sky light berbentuk persegi panjang terpecah, hancur seketika. Saat menghantam lantai seketika sel sel dalam tubuh meledak. Pembuluh darah pecah sehingga tak ada sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh membuat organ vital dan otak berhenti berfungsi. Tengkorak hancur beberapa bagian dan darah terciprat ke mana-mana.Orang-orang sedang berada lobby terkejut mendengar bunyi amat keras lalu diperlihatkan tubuh tergeletak tak bernyawa. Tak hanya itu penghuni Bel