"I am this person who thinks that all the happiness in the world isn't for me. Overthinking is a skill I can't stop doing. And I hurt myself by creating fake scenarios where I was there smiling, laughing, and happy, where in real life I would never be any of those."
(“Aku adalah orang yang berpikir bahwa semua kebahagiaan di dunia bukan untukku. Berpikir berlebihan adalah keterampilan yang tidak bisa aku hentikan. Dan aku menyakiti diri sendiri dengan membuat skenario palsu di mana hanya ada aku di sana, tersenyum, tertawa, dan bahagia, di mana dalam kehidupan nyata aku tidak akan pernah menjadi salah satu dari itu.”)
***
“Kenapa kamu mengikutiku, huh? Urus saja dulu istrimu!”
Misella berkata dengan nada ketus pada Fahmi saat mereka berdua di dalam lift. Suasana hati Misella tidak enak, sejak Fahmi memperkenalkan Alia sebagai istrinya.
Misella sadar telah terhanyut ciuman dari Fahmi. Dia melepaskan bibirnya, menjauh, menunduk dengan ekspresi sedih—memikirkan apa yang terjadi hari ini.“Kenapa?”Misella tidak menjawab. Lalu selanjutnya Misella rasakan hanya bibir Fahmi memakan bibirnya. Mengigit bibir bawahnya hingga kaki Misella lemas. Fahmi menunjukkan kemampuan bermain lidah dengan handal. Membuat Misella kembali jatuh dalam permainannya.Fahmi menciumnya untuk mengatakan bahwa Misella miliknya, begitu juga sebaliknya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lelaki itu menyuruh Misella untuk bersabar untuk memiliki dirinya seutuhnya.Misella mengangguk pelan. “Yes. I will be patient.” (Aku akan bersabar.)Misella membalas ciuman Fahmi.Ciuman Fahmi terasa sejuk sekali bagi Misella. Rasanya menenangkan. Sepertinya d
“Are you okay?” Yura bertanya saat melihat wajah Alia pucat.Alia mengangkat kepalanya, menutup ponselnya lalu berdiri dari duduk. “Aku baik-baik saja,” dusta Alia. Ketika berdiri, tubuhnya terhuyung dan hampir jatuh karena tidak mampu menahan. Untunglah Yura dengan sigap membantu Alia.Semenjak Erza mengajak Fahmi berbicara. Alia mendapatkan pesan masuk dari nomor misterius. Alia langsung syok, lemas dan ingin muntah setelah melihat foto yang dikirimkan dari nomor itu.Foto Misella dan Fahmi berciuman di dalam kamar hotel.Bagaimana nomor misterius itu bisa mempergoki mereka berdua? Aneh.“Ada apa denganmu?” Yura khawatir. “Kamu sakit?”Di sana hanya Yura yang peduli dengan keadaan Alia. Tamu lain sibuk bergosip, tertawa, dan bercengkrama dengan circle masing-mas
“Kamu sudah melakukan apa dengan Dokter Misella?” Vokal itu terdengar dingin. “Maksud kamu?” Ekspresi Fahmi berubah dalam sekejap. Alia mengangkat ponselnya, memperlihatkan foto ciuman Fahmi dengan Misella. Tentu. Fahmi ketar-ketir dan kelabakan tidak bisa berkata-kata. Kedua bola mata sudah membulat, wajahnya memerah, dan rahang mengeras. “Dia Dokter Misella. Dokter Sella yang selama ini aku cari.” Alia tertawa kecil. Menertawakan apa yang terjadi pada hari ini. Bad day! “Wow ... Rupanya dia lebih cantik dari yang aku bayangkan. Sekarang aku mengerti mengapa kamu terpikat olehnya.” Fahmi mengunci bibir rapat-rapat. “You fucked her?
Selama ini Fahmi tidak pernah menganggap perselingkuhan adalah hubungan serius. Hanya main-main biasa untuk menghilangkan bosan. Namun Fahmi terjebak dalam hubungan masa lalu, menjalin lagi kisah asmara dengan mantan calon istri.Lambat laun sadar, bahwa Fahmi mencintai Misella lebih dari mencintai Alia. Jadi, Fahmi membuang pikiran 'perselingkuhan tidak ada hubungan serius.' Justru, dengan Misella—Fahmi serius. Tapi Fahmi tidak bisa berpisah dengan Alia, begitu juga Fahmi tidak bisa jauh dari Misella—sehingga setiap pulang bekerja—bertemu Misella untuk melepas kerinduan.Kalau diminta memilih antara Alia dan Misella. Fahmi tidak bisa memilih. Lelaki itu menginginkan kedua wanita itu.Fahmi melajukan mobilnya entah kemana. Koper besar sudah masuk ke bagasi mobil. Lelaki itu mendecak kesal, tidak menyangka A
Tanpa Fahmi sadari, menelan ludah usai menikmati pemandangan tubuh Misella.Misella tertawa. Sadar Fahmi memperhatikan tubuhnya tanpa berkedip, sedangkan Fahmi mengutuk, bisa-bisanya wanita itu tidak mengenakan bra dibaliknya, seharusnya Misella lebih berhati-hati saat membuka pintu apartemen atau menyambut tamu.“Kamu dari tadi salah fokus bukan?”Sial! Fahmi ketahuan. “Lain kali kalau menyambut tamu jangan begitu,” komentar Fahmi. Matanya pengintari pandangan ke seluruh ruang, agar dua gundukan itu tidak mengunci matanya dan menegangkan syarafnya.“Begitu gimana?” Misella berpura-pura polos. Dia ingin menggoda Fahmi.“Pakaian kamu, sayang.” Fahmi mendekatkan tubuhnya ke Misella. Hidungnya mengendus bagian tengkuk yang menggoda itu, mencium aroma wangi. Ruangan apartemen juga tercium
Alia membiarkan pesan masuk permintaan maaf dari Fahmi. Alia tidak membutuhkan kata maaf, sebab tidak akan menyembuhkan luka hatinya. Alia hanya membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.Alia tidak tahu Fahmi tidur di mana, dan mengutuk diri sendiri karena telah mengkhawatirkan Fahmi. Persetan dengan semuanya! Seharusnya Alia tak perlu memikirkan Fahmi di saat keadaan rumah tangga kacau.Tiga hari Alia hanya berdiam diri. Mengurung diri di rumah. Terkadang Ayora datang, sahabatnya itu tidak pernah bertanya kenapa dan mengapa, dia hanya memeluk Alia agar tidak merasa sendiri dan membiarkan pundak basah oleh air mata.“Aku ingin bercerai dengan Mas Fahmi,” tutur Alia saat Ayora datang.Ayora tidak terkejut sama sekali dengan tutur kata Alia barusan. Bukankah memang wanita di dunia ini menginkan perceraian saat ada masalah dengan suaminya? Kat
Pelukan erat didapatkan saat pintu apartemen di buka oleh Fahmi. Misella masih betah memeluk Fahmi dari belakang, menginginkan Fahmi agar lebih lama tinggal bersama di apartemen.“Aku harus pulang, Sella.”Pelukan semakin erat. Seolah tidak merelakan kepergian Fahmi dari apartemen untuk pulang ke rumah.“Satu hari lagi,” rengek Misella. “Ya? Please!” mohon Misella dengan puppy eyes.Untunglah Fahmi tidak lemah hanya karena puppy eyes dari Misella, tapi menggemaskan.Fahmi menggeleng keras. Sudah tiga hari tidak pulang setelah Alia mengusirnya, tidak mungkin membiarkan Alia sendirian semakin lama. Waktu tiga hari sudah cukup, 'kan? Maksudnya sudah cukup untuk menenangkan diri.“Tidak bisa. Aku suka menikah, tidak bisa berl
“KAMU GILA!”“KENAPA KAMU SELINGKUHIN DIA DARI AWAL!” tanya Ayora dengan lantang di sebrang telepon.“....”“JAWAB, BERENGSEK!”Tarikan napas panjang dari Fahmi. Sama sekali tidak emosi dengan makian dari Ayora. Fahmi akui memang lelaki berengsek, bejat, dan bajingan.“Karena Sella cinta pertamaku. Dia wanita mantan tunangan sekaligus mantan calon istriku,” jawab Fahmi dengan pelan dan lemah.“First love? Belum move on, dan kamu belum selesai dengan masa lalu?" Ayora tertawa remeh. “FUCK YOU!”***Butuh waktu tiga hari untuk Alia bangkit dari kamar. Beruntung mempunyai sahabat seperti Ayora, rela meluangkan waktu untuk sekedar memberi pelukan. Alia tidak membutuhkan kata semangat. Yang dia butuhkan adalah pelukan hangat, tempat sandaran, dan pendengar yang baik. Alia sadar dengan kondisinya, tidak bisa berlama-lama meratapi hidup. Perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja yang sudah menikah. Alia berpikir keras, seberapa pantas pernikahan dipertahankan. Apa sanggup mendampingi Fa