"Raffaaa!" Mata Tia melotot melihat pintu depan terbuka lebar. Tia sangat yakin dia sudah menutup pintu dengan rapat tidak mungkin bayi enam bulan bisa membukanya. "Non, jangan-jangan tadi ada yang masuk dan membawa Den Raffa pergi," Seketika jantung Tia berdegup sangat kencang yang ada dalam pikirannya bagaimana kalau Raffa diculik orang yang tak dikenal? Bagaimana dia menjalani hidup tanpa Raffa disampingnya? Raffa adalah sumber kekuatannya, dia mampu bertahan sampai sejauh ini karena Raffa. Gegas Tia dan bik Ina berlari keluar. Setelah tiba diluar tubuh Tia langsung terduduk lemas. "Mas kamu kalau mau membawa Raffa bilang-bilang!" Bentak Tia saat melihat Raffa berada di pangkuan Danu. "Kamu tahu gak jantungku rasanya mau copot mencari Raffa kemana-mana tapi gak ketemu." Ya Raffa tenga bermain dengan Danu di teras rumah. Raffa tertawa cekakakan karena perutnya di kelitik oleh Danu menggunakan dagunya. "Yee! Salah sendiri Raffa nangis
"Mas aku hamil!" Selly berucap sambil menunjukkan alat tes kehamilan di tangannya. Saat ini kami sedang berada di kamar salah satu penginapan yang masih tergolong murah. Bukannya aku tak punya uang untuk menyewa hotel. Tapi rasanya sayang saja kalau digunakan membayar kamar. Lagian dipake paling lama 2 jam.Kita melakukan atas dasar suka sama suka. Tak jarang selly yang mengajakku duluan. Dia ketagihan sama permainan ranjangku. Kalau aku sih oke-oke saja secara aku laki-laki gak bakalan merasa dirugikan."Yes, akhirnya dia hamil anakku juga." Aku bersorak dalam hati. Aku sengaja tidak memberi tahunya kalau sebenarnya setiap bercinta dengannya aku tembakan saja sp**maku di dalam rahimnya. Aku ingin dia segera hamil anakku dengan begitu dia tidak akan meminta banyak mahar dariku. Dan juga untuk membuktikan kepada Tia, aku bisa punya anak lagi."Ha-hamil? Kok bisa? Mas kan selalu pake pengaman sayang," aku pura-pura kaget, "Kamu tenang saja sayang Mas gak akan lari dari tanggung jawab.
Dok dok dok! Pintu kamarku digedor-gedor. Siapa lagi tersangkanya kalau bukan ibu. Ya, hari ini adalah hari pertamaku berstatus suaminya Selly. Semalam setelah ijab Kabul, Selly langsung ikut pulang ke rumahku. sebenarnya terpaksa sih! Pak Imron benar-benar kejam. Dia sama sekali tidak mengijinkan aku menginap dirumahnya padahal dihatiku sangat ingin merasakan empuknya kasur di rumah mewah itu."Selly, bangun!" teriak ibu di depan pintu kamarku. Dok dok dok! "Bangun Selly, ini sudah jam berapa?" Teriaknya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dariku dan Selly.Kulihat Selly masih tertidur pulas mungkin dia kecapekan, apalagi kondisinya sekarang tengah hamil muda. Kutatap wajah cantiknya saat tertidur Tak ada gurat kesedihan sedikitpun diwajahnya setelah berpisah dengan keluarganya. "Apakah segitu cintanya dia padaku?" Gumamku.Aku bangun dan turun dari tempat tidur. Berniat membukakan pintu untuk ibu. "Ada apa sih Bu? Pagi-pagi sudah bikin keributan!" Aku berucap setelah pintu terbu
"Awas kamu, Tia! Kau harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Selly. Aku takkan diam saja." Bola mata Irvan berubah merah, gurat kemarahan tampak jelas diwajahnya.****Keesokan harinya Selly sudah berada di kamar rawat inap, ia masih tertidur karena pengaruh obat bius. Sedangkan Irvan ada disebelahnya duduk di kursi tunggu sambil memegang tangan Selly.Perlahan-lahan Selly membuka matanya. "M-mass!" Panggilnya pada sang suami.Irvan pun langsung menoleh ke arah Selly. "Sayang, kamu sudah bangun? Apa kamu butuh sesuatu?" Irvan langsung berdiri.Selly hanya menggelengkan kepalanya. "Anak kita, Mas! Hiks hiks hiks!" Selly menangis sedih teringat janinnya yang telah tiada."Cup cup cup! Sudah, jangan nangis lagi! Gak papa nanti kita bikin lagi yang lebih sehat ya," Irvan berucap sambil memainkan alisnya. Ia berusaha membuat Selly tersenyum tapi Selly hanya diam saja."Apa ini ada hubungannya sama do'anya Mba Tia dulu ya, Mas?" Tatapan Selly menerawang menembus atap rumah sakit.
"siapa dia? Apakah dia orang suruhan Mas Irvan? Tapi kok seperti Ibu-ibu sosialita. Dari pakaian yang dia kenakan terlihat jelas dia orang kaya tidak mungkin Mas Irvan mampu membayarnya," Tia berbicara didalam hati.Perlahan Tia mendekati pintu dan ceklekkk! Ia membuka pintu."Maaf Ibu cari siapa?" tanyanya ragu-ragu. "Saya, Bu Tiwi! Ibunya Dokter Danu!" ucap Bu Tiwi."Oh Ibu, maafkan saya! Saya benar-benar tidak tahu. Mari Bu, silahkan masuk!"Tia mengajak bu Tiwi masuk dan duduk diruang keluarga. "Ibu cari Pak Dokter, ya?" Tia bertanya setelah mereka duduk santai diruang keluarga."Tidak, saya kesini mau ketemu kamu! Kamu Nak Tia kan?""I-iya Bu, saya Tia! Ada apa ya Bu? Apa saya punya salah? Tia gemetar takut bu Tiwi tidak suka dia tinggal dirumah anaknya. "Oh ya, Ibu mau minum apa? "Teh saja tapi gulanya jangan banyak-banyak ya," pesan bu Tiwi sambil tersenyum."Baik, Bu! Saya permisi dulu!" Pamit tia seraya beranjak dari duduknya."Tunggu! Kok saya tidak melihat Bik Ina, kemana
"Mau tanya apa, Bu?" Alis tia bertaut karena penasaran."Seandainya ada seorang lelaki yang menyukaimu dan siap bertanggung jawab terhadap dirimu dan Raffa, apa kamu mau menikah dengannya?" Bu Tiwi bertanya sambil bermain dangan Raffa yang ada di pangkuannya."Saya belum kepikiran kearah sana, Bu! Saat ini saya hanya ingin fokus membesarkan Raffa dan mengembangkan bisnis online saya dulu. Tambah lagi sampai saat ini saya gak tahu apa Mas Irvan sudah mengurus akta cerainya atau belum." Tia tertunduk malu sungguh sangat malu dengan statusnya saat ini."Kalau kamu mau, Ibu punya keponakan yang biasa ngurus perceraian seperti itu. Nanti biar dia menghubungi pihak pengadilan agama, Apakah mantan suamimu sudah mendaftarkan gugatan cerai apa belum?""Sebenarnya saya mau, Bu! Tapi surat nikah, kartu keluarga, dan akte lahirnya Raffa semua dipegang Mas Irvan," jawab tia bingung."Nanti biar Danu yang membantumu mengurus semuanya. Ini sudah mau ashar, Ibu pulang dulu nanti kapan-kapan kita kete
"Ya.sudah, Ayo!" Akhirnya bu Sutri setuju. Mereka keluar tanpa berganti pakai terlebih dahulu karena memang benar-benar baru sampai rumah dan belum sempat ngapa-ngapain.Sesampainya di rumah sakit. Selly berjalan mendekati pak satpam yang berdiri di dekat pintu masuk."Pak, apakah baru saja ada pasien korban kecelakaan yang dibawa ke rumah sakit ini?" tanya Selly. Ia sangat berharap info yang dia dapat tidak benar."Oh, ada, Bu! Silahkan langsung ke ruang IGD!" jawab pak satpam sambil menunjuk kearah ruang IGD.Selly dan bu Sutri bersitatap terlihat jelas rona kekhawatiran di wajah masing-masing. Mereka pun melangkah ke ruang IGD.Saat kaki mereka menginjak pintu masuk ruang IGD mereka langsung disamperin dokter jaga."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanyanya."Dok, apakah ada korban kecelakaan yang dibawa kemari?" Kali ini bu Sutri yang bertanya."Oh, ada, Bu! Tapi kami rujuk ke rumah sakit S kerena kondisinya sangat serius. Peralatan dan tenaga medis di rumah sakit ini belum lengkap
"Ya, udah dari tadi! Masak kamu gak melihat Ibu lewat di depanmu?"Maaf, selly gak lihat!" Jawab selly singkat."Ya sudah, cepetan belikan Ibu makan! Ibu lapar banget," perintahnya"Melihat kondisi Mas Irvan seperti itu ibu masih mempunyai nafsu makan? tanya selly heran."Ya iyalah Selly, ibu harus sehat biar bisa jagain Irvan. Sudah cepetan belikan Ibu makan!" "Uangnya mana?" Selly menadah kan tangannya."Pakai uangmu lah Selly, Ibu mana punya uang. Lagian uangmu 'kan dari Irvan, jadi ibu juga punya hak atas uangmu,"Mendengar ucapan sang mertua emosi Selly ingin meledak. Gimana tidak emosi, dia menikah dengan Irvan belum genap sebulan itu saja Irvan tidak pernah memberinya uang, semua uang gajinya diberikan pada bu Sutri.Baru saja Selly ingi membalas ucapan bu Sutri, dokter prita datang mendekat kearah mereka berdua."Maaf, apakah ini dengan keluarganya pak Irvan?" tanyanya Ketika sudah berada di depan Selly dan bu Sutri."Iya benar, Dok! Saya Ibunya!" jawab bu Sutri."saya istrin
"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su
"ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri
"Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj
Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert
"Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan
"Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta
Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud
"apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup