Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert
"Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj
"ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri
"Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su
"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"A-apa, Dok? Pe-pemotongan usus?" tanyaku tak percaya. Betapa terkejutnya aku mendengar Anakku yang baru berusia tiga bulan harus menjalani operasi. Jantungku seketika tak bedegup, tubuhku lemas sepeti tak bertulang. Tak ku sangka MPASI dini yang dilakukan ibu tanpa sepengetahuanku dulu bakal berbuntut panjang. "APA liat-liat? Jangan salahkan saya ya, emang dasar anak kamu saja yang penyakitan!" Ibu melotot saat aku menatapnya. ''Huh, Sabar ..., Sabar ....'' ucapku dalam hati. kalau saja aku tidak mengingat Raffa yang saat ini sangat membutuhkanku ingin rasanya aku membunuh Ibu sekarang juga. Aku berbalik menatap suamiku, dia hanya diam tak bergeming. "Kalau boleh tau, Dek Raffa ini sama siapa saja dirumah?" tanya dokter Danu, nama yang tertera di bajunya. "Sama saya, Dok," "Apa Dek Raffa tidak ASI ekslusif?" "Asi eksklusif, Dok!" jawabku berbohong. "Ibu, jangan bohong kalau ASI eksklusif gak mungkin usus anak Ibu terkena infeksi!" Aku hanya diam dan tertunduk. "Baiklah
Belum sempat Tia mengucapkan salam bahkan kakinya belum menginjak teras rumah. Ibu Sutri sudah berdiri tegak didepan pintu. "Pulang juga, kamu anak penyakitan!" sergahnya sambil melipat kedua tangannya. "Assalamualaikum ...." ucap Tia sambil berlalu pergi tak menghiraukan Ibu Sutri yang mengomel. Hatinya sedang bahagia Raffa sang anak sudah sembuh, Dia tidak mau merusak moodnya dengan pertengkaran. "Hehh! Diajak ngomong malah nyelonong saja. Dasar gak tau diri!!" teriak Ibu Sutri. "Buu, sudah gak usah marah-marah terus nanti darah tingginya kambuh lagi," tegur Irvan. "Istri kamu itu loh Van, gak ada sopan-sopannya sama orang tua. Kamu juga ngapain bela-belain gak masuk kerja buat jemput mereka harusnya kamu biarin saja mereka jadi gembel, dah anaknya yang penyakitan paling bentar lagi juga mati!" "Astaghfirullahhal'azim Ibu! Mereka itu anak dan istri Irvan, Bu! Raffa itu cucu Ibu jug-" "Aku gak punya cucu penyakitan," potong
Braakkkk!!!Tia buka pintu dengan kasar.Matanya melotot melihat Raffa yang ada digendongan sang mertua. Dimulutnya terdapat botol susu yg isinya sudah hampir habis. Air susu itu meleleh kepipi bercampur dengan air mata sang bayi"Raffaaaaa!!! Tia berteriak histeris.Dia berlari sekencang mungkin mengambil Raffa dari gendongan bu Sutri. Tubuh tua itu hampir saja terjengkang karena terdorong, untung saja tidak terjatuh."Raffa ...." Panggilnya lagi ketika bayi itu sudah berada dalam gendongannya. Dirabanya badan sang bayi ternyata sudah basah kuyup terkena air susu.Tubuh Tia langsung merosot kelantai, dibawanya tubuh mungil itu kedalam pelukan. Tangisnya pecah saat itu juga."Arrrgggghhhh!!!" Tia menjerit sekeras-kerasnya. Dia tumpahkan rasa sesak dalam dadanya."APA YANG KALIAN LAKUKAN TERHADAP ANAKKU?? Haahhh!" Bentaknya.Hosshh!! Hosshh!! Hosshh!! Dadanya naik turun menahan emosi.Dia menatap wajah sang suami dan mertua secara bergantian."Apa salahku pada kalian? Kenapa nyawa anak
"ibu awaaaassss!!" Tia berteriak saat melihat mobil Avanza silver melaju kencang mendekati bu Sutri.Teriakan Tia membuat sang mantan ibu mertuanya itu tersadar dari lamunannya. Saat ia berbalik menoleh ke arah Tia, baru ia sadari mobil Avanza sudah sangat dekat dengannya. Karena syok dan kaget tulang persendiannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakkan. Bukannya berlari menghindar, bu sutri malah terduduk di aspal.Ciiiiittttt! Braghh! Gesekan ban mobil dengan aspal membuat asap mengepul menutupi jalan raya. Namun karena kecepatan mobil yang terlalu tinggi sehingga sang sopir tak bisa mengelak. Kecelakaan itu tak bisa dihindarkan. Tubuh bu sutri terseret hingga beberapa meter dari tempat semula."Ibuuuu!" Tia menjerit lalu menutup mata dengan kedua tangannya. Ia tak sanggup melihat apa yang terjadi tepat di hadapannya. Ketika ia membuka mata orang-orang sudah berkerumun mengelilingi sang mantan ibu mertua."Ibuuuu!" Tia berlari mendekat, ia menyelinap diantara banyaknya orang yang
"Dimana Raffa, Mak?" Tia yang baru saja keluar dari kamar. Baru menyadari Raffa tidak ada di sekitar mereka. Hari ini pengasuhnya tidak masuk kerja karena ada keperluan."Loh tadi disini." Bu Anisa menunjuk tempat Raffa bermain sebelumnya. Ia lengah karena sedang menelpon kakaknya Tia yang ada di kampung. Ia memberi kabar kalau Tia mau menikah lagi. Ia berharap anak sulungnya bisa ikut menyaksikan pesta pernikahan anak bungsunya."Jangan-jangan ...." Tia berlalu ke ruang produksi. Pikiran buruk tiba-tiba saja merasukinya. Segera ia berlari memasuki ruang produksi yang terletak di sebelah rumahnya, ruangan itu baru saja selesai dibangun 2 bulan lalu."Ibu sembunyikan dimana, Raffa?" Tia membentak Bu Sutri yang sedang membuat empek-empek.Bu sutri terkejut karena kerasnya suara Tia. Ia menatap bingung kearah bu Anisa dan Tia secara bergantian. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang Tia maksud."Ibu! Kenapa diam saja? Jawab, dimana ibu sembunyikan Raffa?" Kali ini Tia menarik tubuh bu su
"ibu!" Tia sungguh terkejut dengan apa yang ia lihat. Matanya melotot, jantungnya berdegup kencang. Orang yang selama ini selalu ia Hindari kini duduk manis di ruang tamu rumahnya."Tia!" Ibu Sutri pun tak kalah terkejutnya. seketika ia berdiri dari duduknya. Ia terpaku melihat Tia yang baru saja datang dari dalam."Mau apa Ibu kesini?" Ucap Tia dingin, ia sama sekali tidak ingin berbasa-basi. sudah cukup selama ini dirinya dan Raffa tersakiti. Sungguh ia tidak ingin lagi berhubungan dengan masa lalunya."Ibu kesini mau melamar pekerjaan. Apakah ini rumahmu?" Mata bu Sutri berputar melihat-lihat seisi rumah. "Kamu sekarang benar-benar sukses, Tia," ucapnya seraya tersenyum kagum. Bu Sutri tidak menyangka jika Tia sekarang semakin sukses sedangkan dirinya dan Irvan semakin terpuruk."Sebaiknya Ibu pergi dari sini, disini tidak ada lowongan pekerjaan untuk ibu!" Tia berbalik hendak meninggalkan ruang tamu. Namu tiba-tiba saja bu Sutri berlari menghalangi jalannya. "Tia, Ibu mohon! Teri
"Septia Aprianti bersediakah engkau menikah denganku? Bersediakah engkau Menua bersamaku, mengarungi suka dan duka dalam biduk rumah tangga? Bersediakah engkau kau menjadi ibu dari anak-anakku?" Danu berucap dengan lantang dan tegas.Semua mata kini tertuju pada Tia. Wanita itu menundukkan wajahnya sejenak lalu mengangkatnya kembali. "Ya, saya bersedia!" jawabnya singkat"Allhamduillah!" Semua orang yang ada di ruangan itu mengucap syukur saat mendengar jawaban dari Tia."Alhamdulillah ya Allah, tinggal selangkah lagi Tia akan menjadi milikku seutuhnya," Danu berucap dalam hati.Matanya berkaca-kaca karena bahagia. Dia tidak menyangka bisa melangkah sejauh ini. Tia sudah merubah segalanya dalam hidupnya. Rasa yang dulu dia pikir Hanya sebatas rasa kagum atas perjuangannya kini sudah berubah menjadi cinta."Tia aku berjanji tidak akan ada lagi tangisan kesedihan dalam hidupmu. Yang ada hanyalah tangisan kebahagiaan. Apa yang diperbuat papaku pada aku dan Mama, aku jamin tidak akan terj
Prannng! Gelas yang ada di tangan Bu Sutri jatuh karena tangannya di dorong oleh perawat."Haduhhh, 'Kan jadi pecah! Mbak ini ada masalah apa sih sebenarnya? Kenapa main dorong aja!" Bu Sutri membentak suster rumah sakit."Bu, pasien yang baru saja selesai menjalani operasi tidak boleh langsung diberi minum tunggu dulu beberapa saat,""Tapi anak saya haus, gimana dong? Harus nunggu berapa lama?" tanya Bu Sutri sewot."Tunggu pasien bisa kentut! Setelah itu beri minum sedikit demi sedikit dulu, jangan langsung habis satu gelas Ya, pak!" Lalu suster mengecek kondisi irvan. Setelah dipastikan semua baik-baik saja suster pun berlalu pergi.Setelah beberapa hari dirawat inap, hari ini Irvan sudah diperbolehkan pulang."Bu, kaki Irvan ...." Irvan terkejut saat ia turun dari tempat tidur, ia tidak merasakan sakit pada kakinya. Ia melihat kebawah lalu menghentakkan kakinya ke lantai.Bu Sutri yang melihat pun ikut terkejut. "Apa yang kamu lakukan, Irvan!" teriaknya. Ia takut kaki anaknya bert
"Maaf pak dengan sangat menyesal kami harus menyampaikan testis Bapak mengalami cidera yang membuat terjadinya kerusakan dan malfungsi pada testis Bapak,""Lalu apa yang harus di lakukan, Dok?" Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang di jelaskannya.Kami harus segera melakukan operasi pengangkatan kedua testis bapak. Untuk meminimalisir terjadinya infeksi yang berkelanjutan,""A-apa? Pengangkatan testis? Apa itu arti saya tidak akan memilih anak lagi Dok?" Aku sangat terkejut bagaimana bisa seorang laki-laki bisa hidup tanpamu testis."Dengan sangat menyesal saya jawab, iya! Kenapa apa Bapak belum punya anak?""Alhamdulillah sudah, Dok! Satu. Apa tidak ada cara lain, Dok?" Aku sangat berharap masih bisa mempertahankan Karena aku Masih pengen punya anak kelak jika aku kembali bersama Tia."Sayangnya tiga ada, pak! Kerusakannya sudah sangat parah. Jaringan testis bapak sudah mati karena terlambat penanganannya.""Ya Allah, apakah ini karma? Karena aku sudah menyia-nyiakan titipan
"Makasih ya, Mas! Mas sudah melindungi aku sama Raffa. Mas datang di waktu yang tepat," ucap Tia saat mereka sudah berada di dalam mobil. Danu duduk di belakang kemudi sedangkan Tia duduk di sampingnya. Raffa, Danu letakan di car seat tepat di belakang Tia. Car seat ya Ia beli khusus untuk calon anaknya. Ia sudah membayangkan jika nanti mereka menikah. Ia akan membawa Tia dan Raffa jalan-jalan kemana pun yang mereka mau."Iya, sayang! Mulai sekarang kamu gak perlu takut lagi, ada aku yang akan selalu melindungi kalian. Aku harap, ini terakhir kalinya kamu menangis karena laki-laki itu." Danu menggenggam tangan Tia. ia berharap Tia bisa hidup tenang mulai sekarang."Oh, iya! Sebenarnya, Mas mau membawa kita kemana?" tanya tia karena Danu tidak memberi tahu sebelumnya."Kamu ikut aja, aku mau ngenalin kamu dan Raffa sama seseorang!" Danu menoleh kearah Tia lalu tersenyum. Sesekali ia melihat Raffa lewat kaca spion. Anak itu tengah asyik melihat keluar jendela."Semoga saja kejadian ta
Empat bulan sudah Tia menempati rumah barunya. Rumah dengan empat kamar didalamnya, memang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan rumah Danu. Jarak rumah ini tidak terlalu jauh dari rumah mantan suaminya, bedanya rumah Irvan masuk gang sedangkan rumah Tia dipinggir jalan. Meski begitu Tia berharap irvan tidak menggangu kehidupannya.Tia setuju membeli rumah itu karena halamannya luas. Letaknya juga strategis diapit dua PT garmen dan dekat dengan sekolah SMA. Sangat cocok dengan bisnis yang Tia jalani.Di depan rumahnya, Tia membangun resto yang menyajikan makanan khas Palembang. Saat ini usaha tia sudah berkembang pesat, ramai pengunjung yang datang silih berganti. Karyawannya saat ini sudah bertambah menjadi sepuluh orang, ia memperkerjakan warga sekitarnya.Tia juga sudah resmi bercerai dengan Irvan dan sudah terlepas dari masa Iddah. Proses perceraiannya Hanya dua Minggu karena pihak Irvan tidak ada yang datang saat persidangan. Ditambah lagi bukti-bukti yang Tia miliki sud
"apa yang kalian lakukan disini? Ayo turun Bapak sama Nak David sudah menunggu sejak tadi!" Bu Anisa memutuskan untuk tidak membahas apa yang dia dengar. Setelah mendengar cerita Danu tidak adil rasanya kalau dia membenci hubungan mereka sedangkan mereka berdua saling mencintai. Tugasnya hanya mengawasi jangan sampai mereka terbuai bujuk rayuan setan. Godaan hawa nafsu tidak pandang usia dan status. Jadi sebagai orang tua dia harus melindungi anaknya apalagi sekarang Tia kembali menjadi tanggung jawabnya.Tia dan Danu berjalan di belakang Bu Anisa. Saat ini mereka berkumpul di ruang tamu. Tia menyerahkan syarat-syarat pengajuan gugatan cerai beserta bukti perselingkuhan Irvan ke david. Video saat Irvan dan Selly memeriksa kandungan pun Tia serahkan juga."Kira-kira memakan waktu berapa lama , Nak David?" tanya bu Anisa. Ketika melihat David menata semua berkas-berkas dan memasukkannya kedalam tas kerja."Saya perkirakan tidak akan lama, Bu! Bukti-bukti yang kita punya sudah cukup