Home / Pernikahan / Kali Kedua / 7. Gratisan [Bagian 2]

Share

7. Gratisan [Bagian 2]

Author: Nada Dina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)

*****

πŸ’™ Mas Rezky

Aku baru saja selesai belanja kebutuhan dapur yang hampir habis.

Biasanya, ada suplier langgananku yang rutin mengirimi restoranku bahan pokok dan juga kebutuhan dapur lainnya. Tapi entah kenapa, kali ini, mereka sedikit terlambat. Sampai stok hampir habis, mereka belum kunjung datang kembali ke mari.

Ya tak apa, mungkin pesanan mereka sedang banyak kali ini. Jadi aku harus bisa memaklumi.

"Om Eky!"

Baru saja selesai menutup pintu mobil dengan siku tanganku, aku langsung menoleh dengan cepat saat ada panggilan menggemaskan yang sepertinya ditujukan untukku.

Dan ternyata benar pendengaranku, karena saat ini ada seorang gadis kecil pintar nan cerewet yang sedang memanggilku.

Elysia berlari ke arahku sambil membawa kotak kue yang ku hafal betul kalau itu adalah salah satu bakery yang lumayan mahal di mall.

"Halo Om, kita ketemu lagi," sapa Elysia dengan cengirannya ketika dia sudah berdiri tepat di hadapanku saat ini.

"Halo El. Maaf ya, tangan Om lagi penuh, jadi nggak bisa salim."

Elysia tersenyum bahagia. Dan hal itu benar-benar membuatnya jadi semakin mirip dengan Rina, Mamanya.

"Kita ketemu lagi Mas," sapa Rina kemudian.

Nah, baru saja ku sebut, Mamanya Elysia sudah muncul sekarang.

"Hai Rin," jawabku sambil memberikan senyuman.

"Om Eky mau El bantu bawain belanjaannya?"

Aku langsung menundukan kepalaku, untuk melihat Elysia yang tadi sempat menawarkan bantuan baiknya untukku. "Nggak usah, El. Belanjaannya Om berat, nanti El nggak kuat."

"Oke deh kalau gitu."

Aku langsung terkekeh karena melihat ekspresi yang diberikan oleh Elysia saat menjawabku.

"Mas Rezky mau makan di sini juga?" tanya Rina.

Aku tersenyum, "Kalian mau makan di sini?" tanyaku balik tanpa mau menjawab pertanyaan Rina sebelumnya.

Dan Rina langsung menganggukan kepalanya. "Iya Mas. Soalnya El ketagihan sama udang goreng tepung yang ada di sini."

"Lho? Kalian udah pernah makan di sini sebelumnya?"

"Iya Mas. Udah beberapa kali. Pertama kali, dulu, karena dikasih rekomendasi sama Ibu. Terus kemarin-kemarin beli, tapi selalu dibungkus. Nah, hari ini, kita mau nyoba makan langsung di sini."

"Kok nggak pernah ketemu ya?"

"Mas Rezky sering makan di sini juga?"

Aku tersenyum lagi, "Ya udah, yuk masuk. Kebetulan, hari ini, lagi ada menu masakan Padang lho di sini. Kamu masih suka telur goreng kribo, Rin?"

Kedua mata Rina langsung berbinar bahagia. "Wah, yang bener Mas? Ada masakan Padang juga? Tapi bukannya ini restoran seafood ya?"

Berhasil.

Rina tak curiga kalau sejak tadi sebenarnya aku sedang berusaha untuk mengalihkan pertanyaan darinya.

"Mama, El juga mau telur goreng kribo, pake kuah juga, tapi jangan yang pedes."

"El juga suka makanan Padang?" tanyaku ingin memastikan.

Dan aku tak menyangka, kalau Elysia akan langsung mengangguk dengan begitu semangatnya. "Suka Om. Soalnya Mama suka banget pesen itu. El suka telur goreng kribo, ayam goreng, paru goreng, sama tambusu."

"Wah, El pinter banget ya makannya. El nggak suka rendang?"

"Suka kalau nggak pedes, Om."

"Di sini, rendangnya ada yang pedes sama manis kok El. Jadi buat anak-anak yang nggak suka peses kaya El, aman, nggak akan kepedesan."

"Rendangnya empuk?"

"Jelas dong. Nggak akan bikin gigi El jadi sakit. Rendang, dikasih serundeng, terus disiram sama kuah, makannya pakai nasi hangat. Pasti enak banget, El."

Mendengar gambaran makanan enak yang baru saja ku berikan padanya, Elysia langsung bergerak cepat untuk menarik-narik tangan Rina.

"Mama, El mau Ma. El mau. Ayo masuk, El udah laper pengin makan."

Aku terkekeh di tempat berdiriku. Karena Elysia benar-benar jadi mirip sekali dengan Rina jika sedang tak sabar seperti itu.

"Iya iya. Ayo masuk," Rina langsung bergerak untuk menggandeng tangan kecil Elysia. "Mas Rezky, ayo masuk juga. Ini El jadi udah nggak sabar pengin cepet-cepet makan gara-gara diiming-imingi rendang sama Mas."

Aku terkekeh pelan, "Iya Rina. Ayo."

Perlahan, kami bertiga mulai berjalan beriringan untuk masuk ke dalam rumah makan.

Rina dan Elysia langsung berjalan ke arah etalase makanan yang hari ini khusus sedang menyediakan berbagai menu masakan khas Padang.

Sedangkan aku, kini berjalan ke arah meja kasir untuk menemui seseorang yang memang selalu bertugas di sana. "Diba," panggilku.

Diba, karyawan yang biasa bertugas di bagian kasir, langsung mengangkat wajahnya untuk menatapku. "Iya Mas, pripun ?" jawabnya setelah ia berdiri sempurna menghadapku.

(Pripun = Gimana/Bagaimana)

"Bilang sama Agus, suruh ambil belanjaan di mobil ya."

Diba langsung mengangguk tanda mengerti. "Nggih Mas, nanti aku bilangin sama Mas Agus."

(Nggih = Iya)

"Oya, nanti, kalau mereka udah selesai makan, tagihannya serahin ke aku aja ya," pesanku sambil menunjuk ke arah Rina dan Elysia sedang berada.

Diba ikut melihat jari telunjukku yang mengarah ke arah Rina dan Elysia. "Digratisin Mas?"

Aku langsung memberikan anggukan kepalaku.

"Nggih Mas, siap. Mereka saudaranya Mas Rezky?" tanya Diba lagi.

Aku tersenyum penuh arti, "Anggap aja begitu."

"Oke Mas. Tapi nanti, kalau mereka tanya kenapa digratisin, aku jawab karena udah dibayarin sama Mas Rezky ya? Nggak papa?"

"Ya kaya gitu boleh. Pokoknya, kalau mereka tetep mau bayar, langsung kamu tolak aja ya. Tagihannya juga nggak usah dibilangin berapa jumlahnya."

Diba langsung mengangkat jempol kanannya, "Siap Mas."

"Sekalian nitip ini buat dibawa ke dapur ya," ucapku sambil meletakkan dua kresek belanjaan di atas meja kasir yang ditempati oleh Diba. "Aku mau ke ruangan dulu."

"Nggih Mas."

"Jangan lupa, bilang ke Agus, suruh langsung ambil sisa belanjaan di mobil ya. Ini kuncinya," pesanku lagi sambil meletakkan kunci mobilku di atas meja.

"Siap Mas. Nanti, kalau udah selesai, kunci mobilnya langsung aku anterin ke ruangan Mas Rezky."

"Oke Diba. Makasih ya."

Setelah melihat Diba menganggukan kepalanya, aku langsung berlalu ke arah ruanganku yang ada di lantai dua.

*****

❀ Rina

Aku mengusap sudut bibir Elysia setelah ia selesai meneguk minumannya. "Gimana? El suka sama makanannya?"

Elysia langsung mengangguk semangat sekali. "Suka Ma. Telur goreng kribo sama rendangnya enak, El suka. Rendangnya nggak pedes. Udang gorengnya juga gede-gede banget Ma hari ini."

Aku tersenyum, "El mau bungkus udang gorengnya?"

Tapi ternyata Elysia menggelengkan kepalanya. "Nggak usah, Ma. El udah kenyang. Cake yang tadi Mama beliin kan belum El makan. Nanti El makan cake aja, nggak makan udang lagi," jawab Elysia sambil menepuk-nepuk bagian perutnya yang kini jadi terlihat sedikit buncit karena kekenyangan.

"Oke. Kalau gitu, kita bayar dulu yuk. Terus habis itu, kita ke rumah Eyang Uti antar cake buat Eyang sama Tante Shinta."

Elysia kembali memberikan anggukan kepalanya, lalu segera turun sendiri dari kursinya.

Sedangkan aku sudah berdiri sejak tadi, setelah meraih tas yang sempat ku letakkan di samping kursi yang kutempati.

"Ayo El," panggilku, sambil mengulurkan tangan kananku.

Elysia langsung menyambutku dengan balas menggandeng tanganku, untuk berjalan bersama menuju ke arah kasir yang sepertinya sudah menunggu.

"Meja nomer 9, Mba. Totalnya jadi berapa?" tanyaku pada petugas kasir yang sudah tersenyum ramah sekali untuk menyambut kehadiranku dan juga Elysia.

"Tagihannya sudah dibayar semua, Mba," katanya.

Mendengar informasi yang baru saja ku terima, aku langsung terkejut sampai sedikit membulatkan kedua mata.

"Lho? Dibayar sama siapa Mba?"

"Sudah dibayar semua sama Mas Rezky, Mba."

"Kalau gitu, saya boleh minta notanya Mba? Atau kasih tahu totalan saya jadi berapa? Biar nanti saya bisa ganti sama Mas Rezky."

"Kata Mas Rezky, nggak usah, Mba. Hari ini, semua makanan buat Mba sama adik cantik, gratis semuanya."

Aku makin terkejut.

"Tapi tadi, saya sama anak saya, makannya lumayan banyak lho Mba."

Kasir itu tersenyum lagi, "Nggak papa, Mba. Kata Mas Rezky, kalau Mba sama adik cantik mau bungkus untuk dibawa pulang, juga bisa, Mba. Dan itu juga sama, tetep gratis semuanya."

Aku makin terkejut dengan ucapan Mba Kasir yang belum ku tahu siapa namanya.

"Mba kenal sama Mas Rezky?"

Mba Kasir tersebut langsung tersenyum penuh arti. "Iya Mba, saya kenal. Karena Mas Rezky Pramurindra, yang punya restoran ini."

*****

Related chapters

  • Kali KeduaΒ Β Β 8. Telephone

    ❀ RinaTo : Rezky PramurindraAssalamu'alaikum Mas Rezky, ini Rina.Terimakasih Mas untuk traktirannya tadi siang πŸ™Maaf, karena Rina sama El jadi buat repot Mas Rezky πŸ™ Maaf juga, karena Rina malah nggak tahu kalau ternyata Mas Rezky yang punya Sari Laut πŸ™πŸ™πŸ™Aku meletakkan ponselku di atas nakas samping tempat tidurku.Tadi siang, setelah semua keterkejutanku karena baru mengetahui fakta bahwa ternyata rumah makan Sari Laut adalah kepunyaan Mas Rezky, aku langsung meminta nomor telepon Mas R

  • Kali KeduaΒ Β Β 9. Move On [Bagian 1]

    ❀️ RinaHari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Mas Rama. Hari di mana adik perempuan kesayangannya, Shinta, akan dipersunting oleh pria pilihannya.Shinta akan menikah."Cantik banget kamu Dek," ucapku sambil mengusap lembut bahu Shinta yang kini sudah terbalut apik dengan kebaya berwarna putih.Shinta meraih tanganku yang sejak tadi telah bertengger di bahunya. "Makasih ya Mba, kebaya pilihan Mba Rina cantik banget. Aku suka."Aku tersenyum memandangi bagaimana Shinta yang hari ini terlihat sangat bahagia dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah ayunya. "Dasar kamunya emang cantik, Dek. Jadi mau pakai baju apa aja, ya tetep ayu."

  • Kali KeduaΒ Β Β 10. Move On [Bagian 2]

    πŸ’™ Mas RezkySaat ini, aku sedang berada di sebuah gedung resepsi pernikahan yang bisa kukatakan sebagai salah satu pesta yang mewah dan megah sekali.Bu Widya, pelanggan pertama yang memesan catering padaku dengan jumlah yang cukup fantastis. Yaitu untuk 3.500 undangan. Itu dikali dua bagi setiap pasangan, dan antisipasi kalau ada tamu yang membawa serta anaknya, jadi aku menyediakan sekitar 8.000 porsi untuk setiap menu yang dihidangkan. Luar biasa. Ini adalah pesanan terbesar untuk Sari Laut menangani catering di sebuah acara pernikahan.Selain bahagia karena mendapat pesanan yang sangat banyak, aku juga bersyukur sekali karena mendapatkan pelanggan yang tak banyak menuntut dan tak membuatku pusing seperti Bu Widya. Sebab beliau tak terlalu banyak permintaannya. Ka

  • Kali KeduaΒ Β Β 11. CLBK [Bagian 1]

    πŸ’™ Mas Rezky"Dek, tangi." (Dek, bangun)"Tangi, Dek. Mataharine wis dhuwur iki lho, cepet tangi." (Bangun, Dek. Mataharinya sudah tinggi ini lho, cepet bangun)Aku mengeluarkan eranganku, karena Ibu yang terus-menerus memukuli punggungku."Tangi, Dek. Tangi. Arep tangi jam pira? Wis meh awan iki lho." (Bangun, Dek. Bangun. Mau bangun jam berapa? Ini udah hampir siang lho)Ibu masih saja terus memukuli punggungku, jadi aku makin beringsut untuk memeluk gulingku. "Bentar lagi, Bu.""Bentar lagi, bentar lagi. Cepet bangun. Ibu dari tadi udah teriak-

  • Kali KeduaΒ Β Β 12. CLBK [Bagian 2]

    πŸ’™ Mas RezkyDan di sini lah aku sekarang, sedang duduk bersandar di kursi mobilku. Menghela napas sejenak untuk mengurangi rasa penat yang masih saja berkutat di dalam pikiranku.Aku sudah kembali bekerja.6 hari lalu saat Satrio meneleponku, malamnya aku benar-benar langsung kembali ke Semarang untuk menyelesaikan semua panggilan kerja yang sudah menunggu.Rasanya, hari cepat sekali berlalu karena detik ini aku sudah berada di Jogja. Mengantar rombongan Nuansa yang kembali menggunakan jasaku untuk acara mereka.Bu Wulan memang benar-benar membuktikan ucapannya tentang akan kembali menjalin kerjasama dengan biro perjalananku. Karena selang 3 bulan sejak acara di Cimory dulu, beliau

  • Kali KeduaΒ Β Β 13. Ketahuan [Bagian 1]

    πŸ’™ Mas RezkySaat ini, aku sedang berada di resto seafood milikku, Sari Laut, tepatnya di dalam ruang kerjaku. Mengecek laporan kegiatan TK Nuansa di Taman Pintar Jogja yang diadakan dua hari yang lalu.Alhamdulillah, semua berkas laporannya sudah lengkap. Dan siap untuk kukirimkan pada Bu Wulan.Baru saja aku ingin menghubungi Bu Wulan, tapi pintu ruang kerjaku sudah diketuk oleh seseorang."Mas Rezky, ini Satrio.""Iya Yo, masuk aja."Setelah kuberi izin, Satrio langsung masuk ke dalam ruanganku. Dan dari sini, aku bisa melihat Satrio masuk dengan membawa beberapa map di tangannya, lalu segera mendudukan dirinya di hadapa

  • Kali KeduaΒ Β Β 14. Ketahuan [Bagian 2]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****πŸ’™ Mas Rezky"Mas Rezky beneran suka sama Bu Rina? Tapi kan kalian baru ketemu di sekolahnya El, dan itu belum lama. Masa iya Mas Rezky bisa langsung jatuh cinta? Lagian ya Mas, inget, Bu Rina itu udah nikah, udah punya anak juga. Nggak baik kalau Mas Rezky mau jadi pebinor. Masa Mas Rezky udah jadi bos, punya biro perjalanan sama restoran seafood, tapi nanti dicap jadi perebut istri orang? Nggak Mas, jangan. Nggak boleh. Pokoknya itu nggak baik."Mendengar ucapan super dramatis dari Satrio, aku langsung melemparkan bolpoin yang sedang kupegang ke arahnya. "Kamu kalau ngomong suka ngawur ya Yo. Seneng banget nga

  • Kali KeduaΒ Β Β 15. Belum Sekarang [Bagian 1]

    ❀ RinaTinAku membunyikan klakson mobilku, saat aku telah melewati pintu gerbang rumah Ibu.Pak Udin, satpam rumah Ibu, langsung membukakan pintu samping penumpang yang ditempati oleh Elysia setelah beliau selesai menutup kembali pintu gerbang.Aku sudah keluar dari mobil, lalu membuka pintu belakang untuk mengambil semua bingkisan pesanan Ibu."Sini Mba Rina, Pak Udin bantu bawain sampai ke dalam," ucap beliau sambil mengulurkan tangannya padaku.Aku tersenyum pada Pak Udin, lalu menggelengkan kepalaku. "Mboten usah Pak. Rina bisa bawa sendiri. Pak Udin balik aja jaga di depan."

Latest chapter

  • Kali KeduaΒ Β Β 97. Epilog : Hari Bahagia [Bagian 2]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** πŸ’™ Mas Rezky "Ya ampun. Nana masih cemburu sama Diandra?" Rina mendengus tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menarik tubuh Rina untuk mendekat lagi padaku, "Coba cerita, sebenarnya, dulu, Nana lihat Mas ngapain aja sama Diandra sampai Nana cemburu kaya gini." Rina malah memukul dadaku, "Nggak tahu lah. Bodo. Nggak usah tanya-tanya." Aku tertawa, lalu mencium pipi Rina yang kini jadi menggembung dengan sangat lucu di kedua bagiannya. "Mas suka kalau Nana cemburu ka

  • Kali KeduaΒ Β Β 96. Epilog : Hari Bahagia [Bagian 1]

    πŸ’™ Mas Rezky Aku menaiki tangga untuk menuju ke kamarku setelah tadi selesai berbincang-bincang bersama semua keluarga dan mengantar mereka sampai depan rumah ketika mereka pamit pulang. Bersyukur sekali aku mempunyai keluarga besar yang pengertian dan sangat mengerti dengan kebutuhanku malam ini. Senyumku tak kunjung pudar sejak tadi pagi. Apalagi mengingat moment di mana hari ini aku sudah resmi menjadi seorang suami. Ya. Hari ini aku menikah. Aku sudah punya istri, aku tak sendiri lagi. Dan tentu saja, istriku adalah seorang Elsa Azarina Safira. Seseorang yang sudah kucintai sejak sekian lama. Akhirnya, hari ini, R

  • Kali KeduaΒ Β Β 95. Bikin Kaget

    ❀ RinaAku merenggangkan otot-ototku setelah selesai mengecek semua rekap resi pengiriman paket hari ini.Tiba-tiba ponselku berdering. Dan ternyata, Mas Rezky yang sedang meneleponku saat ini.Aku langsung tersenyum, dan segera menerima panggilan telepon dari calon suami tercinta."Assalamu'alaikum Mas.""Wa'alaikumsalam. Nana lagi di mana?""Masih di toko, Mas. Pripun?"

  • Kali KeduaΒ Β Β 94. Jangan Ragu Lagi [Bagian 5]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** πŸ’™ Mas Rezky Aku menyandarkan tubuhku di kursi mobilku, setelah selesai memarkirkan kendaraan roda empatku di halaman besar rumah Rina. Menarik napas perlahan lalu menoleh ke arah kiriku di mana calon istriku sedang tertunduk memandangi putri cantikku yang sejak tadi sudah tertidur di pelukannya. Tiba-tiba, hatiku mencelos saat melihat Rina sedang mengatupkan bibirnya kuat-kuat bahkan ia sampai menggigitnya. Aku melepas sabuk pengamanku lalu mendekati Rina dan meletakkan satu lenganku di belakang kursi yang Rina tempati.

  • Kali KeduaΒ Β Β 93. Jangan Ragu Lagi [Bagian 4]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** πŸ’™ Mas Rezky Setelah memastikan bahwa Rina dan Elysia sudah masuk ke kamar Siska dan bayinya, aku langsung menarik napas sebanyak-banyaknya. Sedang mengumpulkan kekuatan dan kesabaran, bahwa semoga saja setelah ini aku bisa menyelesaikan masalah yang ada tanpa menimbulkan keributan. Aku memutar tubuhku, dan segera melangkahkan kedua kakiku dengan sangat mantap menuju orang-orang yang tadi telah tega menyakiti hati calon istriku. Aku telah sampai di hadapan mereka. Orang-orang yang saat ini jadi t

  • Kali KeduaΒ Β Β 92. Jangan Ragu Lagi [Bagian 3]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****πŸ’™ Mas RezkyAku langsung tersenyum sangat bahagia karena memperhatikan dua perempuan kesayanganku yang saat ini sudah berdiri dengan begitu manis untuk menyambutku, di teras rumah Rina."Cantik banget si sayang-sayangnya Ayah Rezky Pramurindra," kataku ceria, saat kini aku sudah berdiri tepat di hadapan Rina dan Elysia.Rina tersenyum manis sekali seperti biasanya. Sedangkan putri kecilku, Elysia, ia sudah langsung merentangkan kedua tangannya karena ingin digendong dengan segera.Aku terkekeh sebentar sebelum akhirny

  • Kali KeduaΒ Β Β 91. Jangan Ragu Lagi [Bagian 2]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****❀ RinaAku dan Gita telah keluar dari ruang fitting dan langsung melihat Mas Rezky yang saat ini sedang tertawa bersama Elysia. Entah apa yang sedang mereka bicarakan sebelumnya, tapi Mas Rezky dan Elysia benar-benar terlihat sangat bahagia dengan obrolan mereka."Nggak nyangka ya Rin, kalau ternyata, cinta pertamamu saat remaja akan Allah kabulkan sekarang."Aku langsung menganggukan kepalaku, "Iya, Gita. Sampai sekarang, aku juga masih sering nggak nyangka, dan kadang nggak percaya, kalau sekarang, aku bisa sama Mas Rezky saat aku udah punya Elysia."

  • Kali KeduaΒ Β Β 90. Jangan Ragu Lagi [Bagian 1]

    ❀ RinaAku menggandeng tangan Elysia untuk masuk ke butik milik Gita, sahabatku tercinta."Tante Gita!" seru Elysia saat dirinya sudah melihat Gita yang kini sedang berbicara dengan asistennya di meja kasir berada.Gita menolehkan kepalanya, lalu tersenyum saat melihat kedatanganku dan Elysia. Dan setelahnya, Gita langsung berlutut serta membuka kedua lengannya untuk memeluk Elysia yang saat ini sudah berlari menuju ke arahnya."Halo, sayangnya Tante Gita. Apa kabar?" tanya Gita sambil mengusap-usap punggung Elysia.Elysia sudah memeluk erat leher Gita, "Baik, Tante. Tante Gita apa kabar? Udah lama banget nggak main sama El."

  • Kali KeduaΒ Β Β 89. Hari Mas Rezky [Bagian 3]

    Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****πŸ’™ Mas RezkyAku sudah selesai mandi. Semua acara hari ini telah selesai, jadi waktunya istirahat dan kangen-kangenan sama calon istri.Aku mengetikan pesan terlebih dahulu untuk kukirimkan pada Rina.To : Rinaku ❀Nana, maaf, ini Mas baru selesai.Nana udah tidur belum?

DMCA.com Protection Status