❤ Rina
"Ma, hari ini makan udang lagi ya?"
Aku langsung menolehkan kepalaku untuk melihat Elysia yang sekarang ini sudah memutar duduknya supaya sempurna menghadap ke arahku.
"Lagi? El suka banget ya sama udang goreng di Sari Laut?"
Dan ternyata, Elysia benar-benar langsung mengangguk dengan begitu semangatnya. "Iya Ma. Soalnya udangnya besar-besar, rasanya enak, terus kriuk-kriuk kalau dimakan."
Aku terkekeh melihat Elysia yang kini sedang meremas-remas tangannya di depan mulutnya. Mungkin dia seperti itu karena sedang membayangkan betapa renyahnya udang goreng tepung dari Sari Laut, sampai-sampai ia jadi memperagakannya.
"Oke. Nanti kita makan udang lagi. Mau dibungkus buat dimakan di rumah kaya biasa?"
Elysia terlihat seperti sedang berpikir dalam diamnya. Dan aku benar-benar selalu saja ingin tertawa setiap kali melihat putri kecilku memberikan ekspresi serius yang serupa.
Sedikit bercerita, jadi, aku dan Elysia sudah beberapa kali membeli seafood di Sari Laut. Setelah pertama kali makan di rumah Ibu dulu, Elysia benar-benar jadi ketagihan dengan udang goreng tepung yang dijual di sana. Setiap kali kami membelinya, bahkan Elysia selalu meminta dua porsi untuk jatahnya. Dan itu memang selalu habis ia makan tanpa sisa. Bahkan jika kami memakannya di rumah, maka udang goreng tepung yang kami beli sudah plus dengan nasi sebagai tambahannya.
Dan Elysia sungguh selalu lahap sekali ketika memakan udang goreng tepung yang kami beli di restoran seafood Sari Laut yang kini benar-benar sudah menjadi tempat favorite-nya.
Selain putri kecilku, aku juga setuju kalau seafood di Sari Laut memang enak. Tempatnya juga tertata dengan apik. Bukan tatanan resto mewah. Tapi di sana ditata seakan-akan kita sedang berada di rumah. Lokasinya nyaman dan sangat asri. Seperti rumah-rumah yang ada di pedesaan mungkin, karena di sana banyak sekali gazebo-gazebo, serta jalan setapak yang di kanan dan kirinya ada kolam berisi ikan koi. Dan tanaman-tanaman hijau yang sangat terawat.
Sari Laut benar-benar restoran yang nyaman, dan cocok sekali dijadikan sebagai tempat untuk makan bersama keluarga.
Jadi pantas saja Ibu sering sekali bercerita kalau beliau dan teman-teman arisannya senang berkumpul untuk makan bersama di sana.
"Makan di sana ya Ma? Boleh? Soalnya El pengin lihat ikan warna-warni di sana lama-lama."
Aku tersenyum senang. Karena ternyata, sekarang, ada list tambahan kesukaan Elysia di Sari Laut, yaitu ikan koi yang suka sekali berenang.
"Oke kalau gitu. Berarti sekarang kita ke supermarket dulu ya? Beli bahan makanan sama susu El yang udah habis," ajakku. Yang langsung diangguki dengan begitu gembira oleh putri tercintaku.
"Siap Ma. Ayo meluncur!"
Aku langsung tertawa. Karena saat ini aku melihat Elysia yang sedang memajukan kedua tangannya seakan-akan ia berubah menjadi seorang super hero yang akan bisa terbang sampai ke luar angkasa.
Dasar.
Elysia itu memang selalu semangat sekali jika diajak belanja.
Alasannya, katanya, karena Elysia jadi bisa duduk di atas troly. Padahal sekarang badannya sudah semakin tinggi. Tapi tetap saja, setiap kali ikut belanja, maka Elysia akan selalu meminta untuk didudukan di atas troly seperti adik bayi.
*****
Kini, aku dan Elysia sudah berada di supermarket dengan keranjang belanjaan kami yang sudah mulai penuh terisi.
"Sabun udah. Sampo udah. Pasta gigi udah. Detergen udah. Pewangi udah. Susu El udah. Daging udah. Buah udah. Bumbu juga udah," aku mulai mengabsen setiap list barang belanjaanku sambil terus bergumam supaya jangan sampai ada yang terlewat satu pun.
"Ma, El mau astor sama wafer ya Ma."
"Oke. Habis ini kita ke tempat snack ya sayang. Tapi nggak boleh banyak-banyak ya coklatnya? Supaya gigi El nggak sakit."
"Oke Ma. Nanti El ambilnya satu-satu ya? Boleh?"
Aku langsung mengangguk untuk mengiyakan permintaan Elysia yang memang sudah paham betul tentang bagaimana harus meminta izin terlebih dahulu setiap kali ia menginginkan sesuatu. Dan aku sungguh bangga sekali dengan sikap baik dari putriku yang seperti itu.
Jajanan Elysia sudah terambil semuanya. Dan Elysia benar-benar menepati janjinya, bahwa dia hanya akan mengambil satu untuk setiap jajan yang ia minta.
"Pinter. Karena El udah anteng nemenin Mama belanja, jadi nanti Mama kasih hadiah Bread Talk."
"Asik! Terimakasih Mama!" Elysia langsung berseru senang sekali sambil mengangkat kedua tangannya di udara. Dan aku jelas langsung dibuat tersenyum karenanya.
Dari dua hari yang lalu, Elysia memang sudah minta untuk dibelikan cake chantily yang ada di Bread Talk. Dan aku bilang, kalau Elysia bisa terus jadi anak yang baik, maka nanti Mama pasti akan membelikan.
Dan ya, aku memang akan selalu bersyukur karena Elysia adalah seorang anak yang baik dan penurut. Aku berlaku seperti itu, karena aku ingin melatih Elysia supaya bisa untuk bersabar. Walau aku bisa membelikannya saat itu juga, tapi aku akan tetap meminta Elysia untuk menunggunya. Dan Elysia benar-benar selalu menurut tanpa harus merengek berkepanjangan.
Memang perlu latihan, dan nasihat yang berulang. Karena dulu, saat masih kecil, Elysia juga sering sekali menangis setiap kali permintaannya tak langsung dipenuhi. Tapi semakin dia besar, Elysia mulai bisa bersabar dan tidak pernah marah lagi kalau aku tak langsung menuruti apa keinginannya. Elysia mulai mengerti, kalau ada kalanya, apa yang ia mau tak bisa langsung dituruti saat itu juga.
"Mama, itu ada Om Eky!"
"Mana?" tanyaku bingung karena tiba-tiba Elysia menyebut nama Mas Rezky.
"Itu Ma. Yang lagi pegang minyak goreng. Ayo Ma, kita ke sana susulin Om Eky."
Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah deretan perminyakan yang ditunjuk oleh Elysia. Dan ternyata benar, karena di sana, Mas Rezky terlihat sedang menunduk untuk memilah-milah minyak goreng mana yang harus ia bawa.
"Iya. Ayo kita samperin Om Rezky di sana," setujuku pada akhirnya.
Aku lekas mendorong troly belanjaanku ke arah Mas Rezky, karena Elysia yang kini terlihat seperti sudah tak sabar sekali.
"Om Eky!"
Mas Rezky sedikit tersentak di tempat berdirinya. Dan hal itu mungkin karena dia kaget dengan seruan yang Elysia berikan padanya.
"Oh halo El," sapa Mas Rezky pada Elysia.
Elysia langsung balas melambaikan tangan kanannya, "Halo Om."
Kini, Mas Rezky beralih menatapku dengan tatapan teduhnya. "Hai Rina."
"Halo Mas."
"Habis belanja?" tanya Mas Rezky setelah dirinya melirik sekilas pada troly belanjaan yang kubawa.
"Iya Mas. Mas Rezky juga?"
"Iya ini. Beli bumbu-bumbu di dapur yang udah hampir habis."
"Sendirian?"
Mas Rezky langsung menganggukan kepalanya, "Iya Rin. Aku sendiri. Kalian udah selesai belanjanya?"
"Udah Mas. Ini kita ke sini karena El yang tadi lihat Mas Rezky duluan. Makannya kita samperin."
Mas Rezky tersenyum bahagia, lalu memberikan usapan lembutnya di puncak kepala Elysia. "Wah, El udah mulai hafal ya sama Om?"
Dan Elysia juga langsung memberikan anggukan kepalanya. "Iya Om. El ingat."
"Terimakasih El karena sudah ingat sama Om Rezky," kata Mas Rezky tulus sekali.
"Sama-sama Om. Ayo Om, kapan-kapan, ajak El naik bis gede lagi punya Om Eky."
Mas Rezky terkekeh, "Oke. Nanti, kapan-kapan, Om Eky ajak El jalan-jalan naik bis ya? Mau?"
Tentu saja, kini Elysia langsung mengangguk sambil mengangkat kedua jari jempolnya.
"Kalau gitu, aku sama El permisi dulu ya Mas. Karena kita udah selesai, jadi mau ke kasir dulu buat bayar."
Mas Rezky kembali memberikan anggukan kepalanya ke arahku. "Iya Rina. Hati-hati ya. Dan sampai ketemu lagi."
Aku pun menganggukan kepalaku ke arah Mas Rezky. "Iya Mas. Sampai ketemu lagi."
"Dadahhh Om Eky. El pulang dulu ya," pamit Elysia sambil melambaikan kedua tangannya.
Dan Mas Rezky juga langsung balas melambaikan tangannya juga, "Dah El."
*****
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****💙 Mas RezkyAku baru saja selesai belanja kebutuhan dapur yang hampir habis.Biasanya, ada suplier langgananku yang rutin mengirimi restoranku bahan pokok dan juga kebutuhan dapur lainnya. Tapi entah kenapa, kali ini, mereka sedikit terlambat. Sampai stok hampir habis, mereka belum kunjung datang kembali ke mari.Ya tak apa, mungkin pesanan mereka sedang banyak kali ini. Jadi aku harus bisa memaklumi."Om Eky!"Baru saja selesai menutup pintu mobil dengan siku tangan
❤ RinaTo : Rezky PramurindraAssalamu'alaikum Mas Rezky, ini Rina.Terimakasih Mas untuk traktirannya tadi siang 🙏Maaf, karena Rina sama El jadi buat repot Mas Rezky 🙏 Maaf juga, karena Rina malah nggak tahu kalau ternyata Mas Rezky yang punya Sari Laut 🙏🙏🙏Aku meletakkan ponselku di atas nakas samping tempat tidurku.Tadi siang, setelah semua keterkejutanku karena baru mengetahui fakta bahwa ternyata rumah makan Sari Laut adalah kepunyaan Mas Rezky, aku langsung meminta nomor telepon Mas R
❤️ RinaHari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Mas Rama. Hari di mana adik perempuan kesayangannya, Shinta, akan dipersunting oleh pria pilihannya.Shinta akan menikah."Cantik banget kamu Dek," ucapku sambil mengusap lembut bahu Shinta yang kini sudah terbalut apik dengan kebaya berwarna putih.Shinta meraih tanganku yang sejak tadi telah bertengger di bahunya. "Makasih ya Mba, kebaya pilihan Mba Rina cantik banget. Aku suka."Aku tersenyum memandangi bagaimana Shinta yang hari ini terlihat sangat bahagia dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah ayunya. "Dasar kamunya emang cantik, Dek. Jadi mau pakai baju apa aja, ya tetep ayu."
💙 Mas RezkySaat ini, aku sedang berada di sebuah gedung resepsi pernikahan yang bisa kukatakan sebagai salah satu pesta yang mewah dan megah sekali.Bu Widya, pelanggan pertama yang memesan catering padaku dengan jumlah yang cukup fantastis. Yaitu untuk 3.500 undangan. Itu dikali dua bagi setiap pasangan, dan antisipasi kalau ada tamu yang membawa serta anaknya, jadi aku menyediakan sekitar 8.000 porsi untuk setiap menu yang dihidangkan. Luar biasa. Ini adalah pesanan terbesar untuk Sari Laut menangani catering di sebuah acara pernikahan.Selain bahagia karena mendapat pesanan yang sangat banyak, aku juga bersyukur sekali karena mendapatkan pelanggan yang tak banyak menuntut dan tak membuatku pusing seperti Bu Widya. Sebab beliau tak terlalu banyak permintaannya. Ka
💙 Mas Rezky"Dek, tangi." (Dek, bangun)"Tangi, Dek. Mataharine wis dhuwur iki lho, cepet tangi." (Bangun, Dek. Mataharinya sudah tinggi ini lho, cepet bangun)Aku mengeluarkan eranganku, karena Ibu yang terus-menerus memukuli punggungku."Tangi, Dek. Tangi. Arep tangi jam pira? Wis meh awan iki lho." (Bangun, Dek. Bangun. Mau bangun jam berapa? Ini udah hampir siang lho)Ibu masih saja terus memukuli punggungku, jadi aku makin beringsut untuk memeluk gulingku. "Bentar lagi, Bu.""Bentar lagi, bentar lagi. Cepet bangun. Ibu dari tadi udah teriak-
💙 Mas RezkyDan di sini lah aku sekarang, sedang duduk bersandar di kursi mobilku. Menghela napas sejenak untuk mengurangi rasa penat yang masih saja berkutat di dalam pikiranku.Aku sudah kembali bekerja.6 hari lalu saat Satrio meneleponku, malamnya aku benar-benar langsung kembali ke Semarang untuk menyelesaikan semua panggilan kerja yang sudah menunggu.Rasanya, hari cepat sekali berlalu karena detik ini aku sudah berada di Jogja. Mengantar rombongan Nuansa yang kembali menggunakan jasaku untuk acara mereka.Bu Wulan memang benar-benar membuktikan ucapannya tentang akan kembali menjalin kerjasama dengan biro perjalananku. Karena selang 3 bulan sejak acara di Cimory dulu, beliau
💙 Mas RezkySaat ini, aku sedang berada di resto seafood milikku, Sari Laut, tepatnya di dalam ruang kerjaku. Mengecek laporan kegiatan TK Nuansa di Taman Pintar Jogja yang diadakan dua hari yang lalu.Alhamdulillah, semua berkas laporannya sudah lengkap. Dan siap untuk kukirimkan pada Bu Wulan.Baru saja aku ingin menghubungi Bu Wulan, tapi pintu ruang kerjaku sudah diketuk oleh seseorang."Mas Rezky, ini Satrio.""Iya Yo, masuk aja."Setelah kuberi izin, Satrio langsung masuk ke dalam ruanganku. Dan dari sini, aku bisa melihat Satrio masuk dengan membawa beberapa map di tangannya, lalu segera mendudukan dirinya di hadapa
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****💙 Mas Rezky"Mas Rezky beneran suka sama Bu Rina? Tapi kan kalian baru ketemu di sekolahnya El, dan itu belum lama. Masa iya Mas Rezky bisa langsung jatuh cinta? Lagian ya Mas, inget, Bu Rina itu udah nikah, udah punya anak juga. Nggak baik kalau Mas Rezky mau jadi pebinor. Masa Mas Rezky udah jadi bos, punya biro perjalanan sama restoran seafood, tapi nanti dicap jadi perebut istri orang? Nggak Mas, jangan. Nggak boleh. Pokoknya itu nggak baik."Mendengar ucapan super dramatis dari Satrio, aku langsung melemparkan bolpoin yang sedang kupegang ke arahnya. "Kamu kalau ngomong suka ngawur ya Yo. Seneng banget nga
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** 💙 Mas Rezky "Ya ampun. Nana masih cemburu sama Diandra?" Rina mendengus tanpa menjawab pertanyaanku. Aku menarik tubuh Rina untuk mendekat lagi padaku, "Coba cerita, sebenarnya, dulu, Nana lihat Mas ngapain aja sama Diandra sampai Nana cemburu kaya gini." Rina malah memukul dadaku, "Nggak tahu lah. Bodo. Nggak usah tanya-tanya." Aku tertawa, lalu mencium pipi Rina yang kini jadi menggembung dengan sangat lucu di kedua bagiannya. "Mas suka kalau Nana cemburu ka
💙 Mas Rezky Aku menaiki tangga untuk menuju ke kamarku setelah tadi selesai berbincang-bincang bersama semua keluarga dan mengantar mereka sampai depan rumah ketika mereka pamit pulang. Bersyukur sekali aku mempunyai keluarga besar yang pengertian dan sangat mengerti dengan kebutuhanku malam ini. Senyumku tak kunjung pudar sejak tadi pagi. Apalagi mengingat moment di mana hari ini aku sudah resmi menjadi seorang suami. Ya. Hari ini aku menikah. Aku sudah punya istri, aku tak sendiri lagi. Dan tentu saja, istriku adalah seorang Elsa Azarina Safira. Seseorang yang sudah kucintai sejak sekian lama. Akhirnya, hari ini, R
❤ RinaAku merenggangkan otot-ototku setelah selesai mengecek semua rekap resi pengiriman paket hari ini.Tiba-tiba ponselku berdering. Dan ternyata, Mas Rezky yang sedang meneleponku saat ini.Aku langsung tersenyum, dan segera menerima panggilan telepon dari calon suami tercinta."Assalamu'alaikum Mas.""Wa'alaikumsalam. Nana lagi di mana?""Masih di toko, Mas. Pripun?"
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** 💙 Mas Rezky Aku menyandarkan tubuhku di kursi mobilku, setelah selesai memarkirkan kendaraan roda empatku di halaman besar rumah Rina. Menarik napas perlahan lalu menoleh ke arah kiriku di mana calon istriku sedang tertunduk memandangi putri cantikku yang sejak tadi sudah tertidur di pelukannya. Tiba-tiba, hatiku mencelos saat melihat Rina sedang mengatupkan bibirnya kuat-kuat bahkan ia sampai menggigitnya. Aku melepas sabuk pengamanku lalu mendekati Rina dan meletakkan satu lenganku di belakang kursi yang Rina tempati.
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** 💙 Mas Rezky Setelah memastikan bahwa Rina dan Elysia sudah masuk ke kamar Siska dan bayinya, aku langsung menarik napas sebanyak-banyaknya. Sedang mengumpulkan kekuatan dan kesabaran, bahwa semoga saja setelah ini aku bisa menyelesaikan masalah yang ada tanpa menimbulkan keributan. Aku memutar tubuhku, dan segera melangkahkan kedua kakiku dengan sangat mantap menuju orang-orang yang tadi telah tega menyakiti hati calon istriku. Aku telah sampai di hadapan mereka. Orang-orang yang saat ini jadi t
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****💙 Mas RezkyAku langsung tersenyum sangat bahagia karena memperhatikan dua perempuan kesayanganku yang saat ini sudah berdiri dengan begitu manis untuk menyambutku, di teras rumah Rina."Cantik banget si sayang-sayangnya Ayah Rezky Pramurindra," kataku ceria, saat kini aku sudah berdiri tepat di hadapan Rina dan Elysia.Rina tersenyum manis sekali seperti biasanya. Sedangkan putri kecilku, Elysia, ia sudah langsung merentangkan kedua tangannya karena ingin digendong dengan segera.Aku terkekeh sebentar sebelum akhirny
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****❤ RinaAku dan Gita telah keluar dari ruang fitting dan langsung melihat Mas Rezky yang saat ini sedang tertawa bersama Elysia. Entah apa yang sedang mereka bicarakan sebelumnya, tapi Mas Rezky dan Elysia benar-benar terlihat sangat bahagia dengan obrolan mereka."Nggak nyangka ya Rin, kalau ternyata, cinta pertamamu saat remaja akan Allah kabulkan sekarang."Aku langsung menganggukan kepalaku, "Iya, Gita. Sampai sekarang, aku juga masih sering nggak nyangka, dan kadang nggak percaya, kalau sekarang, aku bisa sama Mas Rezky saat aku udah punya Elysia."
❤ RinaAku menggandeng tangan Elysia untuk masuk ke butik milik Gita, sahabatku tercinta."Tante Gita!" seru Elysia saat dirinya sudah melihat Gita yang kini sedang berbicara dengan asistennya di meja kasir berada.Gita menolehkan kepalanya, lalu tersenyum saat melihat kedatanganku dan Elysia. Dan setelahnya, Gita langsung berlutut serta membuka kedua lengannya untuk memeluk Elysia yang saat ini sudah berlari menuju ke arahnya."Halo, sayangnya Tante Gita. Apa kabar?" tanya Gita sambil mengusap-usap punggung Elysia.Elysia sudah memeluk erat leher Gita, "Baik, Tante. Tante Gita apa kabar? Udah lama banget nggak main sama El."
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****💙 Mas RezkyAku sudah selesai mandi. Semua acara hari ini telah selesai, jadi waktunya istirahat dan kangen-kangenan sama calon istri.Aku mengetikan pesan terlebih dahulu untuk kukirimkan pada Rina.To : Rinaku ❤Nana, maaf, ini Mas baru selesai.Nana udah tidur belum?