Sarasvati berdiri, sembari berdecak kagum dengan rumah yang Daniel tempati.
"Kamu beli rumah ini, Niel?"
Daniel dan Andina terkikik bersama, mata mereka mengerjap jenaka. Benak keduanya seolah mengerti, jika Sarasvati perlu di beri pelajaran kalian ini.
Mereka menggandeng tangan Sarasvati sembari menuntunnya menaiki anak tangga.
"Beli dong, Ma! Cash!" dusta Daniel dengan nada sombong.
Andina menyahut. "Dina berhasil kan, Ma. Membuat mas Daniel menjadi laki-laki pekerja keras." ujarnya menimpali. Meski hatinya tertawa ngakak sembari berdoa agar tidak kualat karena membohongi ibu mertuanya.
"Mobil itu juga?" Tunjuk Sarasvati pada Mercedes Benz warna hitam yang mengkilap dibawah cahaya matahari.
Daniel mengangguk tegas, "Sekarang mama masih mau meremehkan kemampuan Daniel?" ujar Daniel sembari menolehkan kepalanya.
Wajah Sarasvati penuh ekspresi heran ketika ia berkata, "Tidak... Kamu mema
Sanjaya menghubungi Sarasvati dari Jakarta ditengah malam buta. Istrinya jelas berdecak kesal. Bukan karena apa-apa, wanita itu baru saja tidur setelah menghabiskan malam bersama Andina dan Abigail membicarakan banyak hal tentang cinta, pekerjaan, masa depan, dan ambisi yang ingin mereka kejar."Sudah saatnya melempar sauh belum, Mah?" ujar Sanjaya di seberang sana. Terlihat kesepian tanpa istrinya yang cerewet.Sarasvati berdehem tanpa membuka matanya yang terasa berat."Jadi mama besok sudah pulang?" Entah bertanya atau memaksa, Sanjaya terlihat tersenyum tipis.Sarasvati mengerjap. Lalu wajahnya menjadi serius, ia bicara dengan dalam dan serak oleh emosi. "Daniel masih ingin meluruskan hidupnya di Jogja, Pa. Kita harus menerima keputusannya. Gak mudah memang untuk membujuknya kembali. Tapi papa percaya saja, bahwa Daniel bisa mengeluarkan kita dari kekacauan yang ia buat."&
Sarasvati menggenggam tangan Andina dengan senyum penuh kasih setelah percakapan panjang penuh kemelut ribut di hati keduanya."Kita akhiri perjanjian diantara kita, Dina! Mama sudah yakin kalau kamu dan Daniel akan terus bersama dalam suka duka berumah tangga."Andina mengangguk dan segera memeluk sang mertua dengan erat."Maaf ya, ma. Tadinya aku dan mas Daniel mau kabur lebih lama biar Mama tahu rasanya ditinggalkan." ujar Andina kembali mengingatkan Sarasvati yang memasang wajah jengah."Mama kan hanya mau memberi pelajaran kepada Daniel, Din! Itu juga berbuah manis dengan memberikan akses kebahagiaan untuk kamu dan Daniel!" seru Sarasvati.Andina terkekeh, ia lantas memandang langit-langit rumah."Bagaimana hasil laboratoriumnya ya, Ma?" tanya Andina.Sarasvati melirik Andina, "Bagaimana jika Daniel kenapa-kenapa? Apa kamu masih mau menerima keadaannya?" tanya Sarasvati hati-hati.Andina
Semua telah berubah sejalan dengan waktu, setiap detik terasa berarti sekarang. Canda, tawa yang mengiringi cerita. Senyum, tangis yang menghiasi air muka seakan tak ingin ada satupun hal yang luput dari mereka, seolah menepikan sebagian gundah yang menganga di benak mereka.Andina dan Daniel, keduanya melewati hari demi hari yang buruk dengan bersuka cita. Saling mendukung dengan cara masing-masing yang membuat keduanya saling menerima dengan legowo. Tak ada yang berubah atau menghindar, karena keduanya sama-sama tahu, mereka punya harapan baru setelah hal buruk yang menjadikan mereka kuat bersama.Tak ada gundah atau air mata, Andina pun setia menemani Daniel dan Marco saat keduanya harus check up rutin ke rumah sakit. Hingga hasil laboratorium menunjukkan bahwa Daniel resmi menyandang gelar negatif yang membuat hatinya membuncah luar bahagia.Di dekatnya, Andina bertepuk tangan dengan riang, diikuti kalimat puji syukur dari Sarasvati
Tuhan seolah sedang menganugerahkan kebahagiaan yang berlipat-lipat bagi Daniel. Ia berpikir mungkin Tuhan sedang bermurah hati sekarang setelah jentaka yang menyapanya selama ini.Pertama, ia telah bertemu dengan ibunya lagi tanpa masalah yang berkepanjangan. Kedua, ia telah sembuh. Ketiga, ia adalah pemegang saham baru dan menduduki jabatan sebagai CEO muda yang menggantikan peran CEO lama yang memilih pensiun untuk menikmati masa-masa tuanya. Secara tidak langsung, Daniel menduduki posisi tertinggi dari perusahaan itu meski bukan perusahaan memilikinya. Keempat, kini Daniel sedang berada di sebuah restoran. Membicarakan mimpi-mimpinya setelah hari dimana seluruh kebahagiaan dilimpahkan oleh Tuhan kepadanya."Aku sangat-sangat bahagia hari ini." katanya gembira.Andina juga ikut bahagia melihat wajah sang suami yang berseri-seri, ia mengelus lengan Daniel sembari tersenyum cerah."Selamat ya... Kamu berhasil membuktikan kepada Mama bah
Ketika tujuh bulan telah berlalu, Daniel dan Andina sudah mulai terbiasa dengan rutinitas harian mereka berdua yang sama-sama sibuknya.Andina yang kini menjadi mandor di dapur umum yang Daniel berikan, menyunggingkan senyum lembut ketika seluruh makanan sudah siap untuk dibagikan kepada sesama.Andina senang dengan rutinitas barunya, meski Daniel slalu mewanti-wantinya agar tidak terlalu lelah dalam bersosialisasi. Andina tetap bersikukuh untuk melakukannya setiap hari dibantu oleh sang pembantu."Hari ini aku mau ke daerah dekat perusahaan mas Daniel, Mbak! Jadi biar aku saja sekalian untuk nganterin makan siang mas Daniel."Mbak Piah yang sudah mengabdi kepada Daniel dan Andina sejak pertama kali tuannya tinggal di rumah itu mengangguk."Pak Daniel tadi meminta agar tidak mengizinkan Bu Dina keluar sendiri." ucap Mbak Piah dengan khawatir.Andina memasukkan makanannya ke box kontainer yang akan nangkrin
Sepeninggalan Daniel yang kini berada di ruang meeting. Andina duduk di sofa, termenung, entah harus melakukan apa dalam kesendiriannya.Ruangan itu terasa dingin, terasa sepi, bahkan hilir mudik beberapa karyawan diluar sana tidak terdengar dari dalam. Hingga ia menguap, merasakan matanya mendadak berat untuk terbuka.Andina menyandarkan kepalanya di bantal sofa. Puluhan detik kemudian setelah sibuk menguap dan menatap pintu ruang kerja yang tak kunjung terbuka. Matanya terpejam rapat.Diruang meeting, Daniel menggebrak meja dengan keras."Kalau memang disini gue gak diterima dengan baik. Gue gak masalah. Gue disini juga hanya kerja! Jadi bekerjasamalah dengan baik kalau tidak mau terkena masalah!" urai Daniel sebelum menghirup nafas dalam-dalam.Akan lebih mudah jika tidak melibatkan emosi disaat seperti ini. Apalagi ada sang istri yang ia takutkan akan nguping lagi."Gue cuma mau evaluasi bulanan
"Sayang..." Andina mengerjapkan matanya sebelum menyengir kuda. Benaknya menggerutu kesal karena Daniel malah memanggilnya di depan para pria-pria tua yang kini ikut memandangi Daniel dan Abigail yang nampak heran melihat Andina di pantry. "Eh... Mas... Daniel." ucap Andina setelah beberapa detik menguras otak. "Mau makan lagi ya?" tanya Andina sembari tersenyum manis. Menutupi gelagat cemburu yang mulai menjangkiti hatinya. "Abigail yang mau makan! Aku masih kenyang." ungkap Daniel, sejujurnya. Andina ber-oh ria sembari menepuk bangku disebelahnya. Ia sudah menduganya kalau Abigail yang akan makan siang karena wajah wanita itu terlihat lesu. Dan sang suami dengan senang hati menemaninya tanpa menengoknya terlebih di ruang kerjanya untuk memastikan ia masih dikantor atau tidak. Abigail tersenyum tipis dan menghempaskan tubuhnya di samping Andina. "Sudah makan?" tanya Abigail. Hal yang biasanya ia t
"Cemburu kok dirayakan sih mas! Harusnya kalau aku cemburu tuh di rayu. Bukan di ajak ngamar!" sungut Andina kesal saat Daniel melepas pakaiannya. "Aku mau mandi sayang. Habis itu aku rayu kamu!" seru Daniel sebelum masuk ke dalam jacuzzi lengkap dengan senyum mesum alakadarnya. Andina yang masih bergeming di tepi ranjang memikirkan hal yang membuatnya ketularan mesum seperti suaminya. "Kalau mas Daniel mandi? Gantinya pakai pakaian apa? Kan gak bawa baju ganti. Masa iya..." Pipi Andina langsung bersemu merah, membayangkan bagaimana sang suami bertelanjang dada sepanjang malam tanpa sehelai benang sedikit pun. "Lagian kenapa aku juga gak ikutan mandi! Bukannya seru berendam berduaan." Andina cekikikan, Daniel yang mendengarpun berbalik dengan wajah terkejut saat memandang Andina. "Hei!!! Mau apa?" Teriak Daniel. "Menemanimu." sahut Andina setelah melepas pengait branya.&nb