Tuhan seolah sedang menganugerahkan kebahagiaan yang berlipat-lipat bagi Daniel. Ia berpikir mungkin Tuhan sedang bermurah hati sekarang setelah jentaka yang menyapanya selama ini.
Pertama, ia telah bertemu dengan ibunya lagi tanpa masalah yang berkepanjangan. Kedua, ia telah sembuh. Ketiga, ia adalah pemegang saham baru dan menduduki jabatan sebagai CEO muda yang menggantikan peran CEO lama yang memilih pensiun untuk menikmati masa-masa tuanya. Secara tidak langsung, Daniel menduduki posisi tertinggi dari perusahaan itu meski bukan perusahaan memilikinya. Keempat, kini Daniel sedang berada di sebuah restoran. Membicarakan mimpi-mimpinya setelah hari dimana seluruh kebahagiaan dilimpahkan oleh Tuhan kepadanya.
"Aku sangat-sangat bahagia hari ini." katanya gembira.
Andina juga ikut bahagia melihat wajah sang suami yang berseri-seri, ia mengelus lengan Daniel sembari tersenyum cerah.
"Selamat ya... Kamu berhasil membuktikan kepada Mama bah
Ketika tujuh bulan telah berlalu, Daniel dan Andina sudah mulai terbiasa dengan rutinitas harian mereka berdua yang sama-sama sibuknya.Andina yang kini menjadi mandor di dapur umum yang Daniel berikan, menyunggingkan senyum lembut ketika seluruh makanan sudah siap untuk dibagikan kepada sesama.Andina senang dengan rutinitas barunya, meski Daniel slalu mewanti-wantinya agar tidak terlalu lelah dalam bersosialisasi. Andina tetap bersikukuh untuk melakukannya setiap hari dibantu oleh sang pembantu."Hari ini aku mau ke daerah dekat perusahaan mas Daniel, Mbak! Jadi biar aku saja sekalian untuk nganterin makan siang mas Daniel."Mbak Piah yang sudah mengabdi kepada Daniel dan Andina sejak pertama kali tuannya tinggal di rumah itu mengangguk."Pak Daniel tadi meminta agar tidak mengizinkan Bu Dina keluar sendiri." ucap Mbak Piah dengan khawatir.Andina memasukkan makanannya ke box kontainer yang akan nangkrin
Sepeninggalan Daniel yang kini berada di ruang meeting. Andina duduk di sofa, termenung, entah harus melakukan apa dalam kesendiriannya.Ruangan itu terasa dingin, terasa sepi, bahkan hilir mudik beberapa karyawan diluar sana tidak terdengar dari dalam. Hingga ia menguap, merasakan matanya mendadak berat untuk terbuka.Andina menyandarkan kepalanya di bantal sofa. Puluhan detik kemudian setelah sibuk menguap dan menatap pintu ruang kerja yang tak kunjung terbuka. Matanya terpejam rapat.Diruang meeting, Daniel menggebrak meja dengan keras."Kalau memang disini gue gak diterima dengan baik. Gue gak masalah. Gue disini juga hanya kerja! Jadi bekerjasamalah dengan baik kalau tidak mau terkena masalah!" urai Daniel sebelum menghirup nafas dalam-dalam.Akan lebih mudah jika tidak melibatkan emosi disaat seperti ini. Apalagi ada sang istri yang ia takutkan akan nguping lagi."Gue cuma mau evaluasi bulanan
"Sayang..." Andina mengerjapkan matanya sebelum menyengir kuda. Benaknya menggerutu kesal karena Daniel malah memanggilnya di depan para pria-pria tua yang kini ikut memandangi Daniel dan Abigail yang nampak heran melihat Andina di pantry. "Eh... Mas... Daniel." ucap Andina setelah beberapa detik menguras otak. "Mau makan lagi ya?" tanya Andina sembari tersenyum manis. Menutupi gelagat cemburu yang mulai menjangkiti hatinya. "Abigail yang mau makan! Aku masih kenyang." ungkap Daniel, sejujurnya. Andina ber-oh ria sembari menepuk bangku disebelahnya. Ia sudah menduganya kalau Abigail yang akan makan siang karena wajah wanita itu terlihat lesu. Dan sang suami dengan senang hati menemaninya tanpa menengoknya terlebih di ruang kerjanya untuk memastikan ia masih dikantor atau tidak. Abigail tersenyum tipis dan menghempaskan tubuhnya di samping Andina. "Sudah makan?" tanya Abigail. Hal yang biasanya ia t
"Cemburu kok dirayakan sih mas! Harusnya kalau aku cemburu tuh di rayu. Bukan di ajak ngamar!" sungut Andina kesal saat Daniel melepas pakaiannya. "Aku mau mandi sayang. Habis itu aku rayu kamu!" seru Daniel sebelum masuk ke dalam jacuzzi lengkap dengan senyum mesum alakadarnya. Andina yang masih bergeming di tepi ranjang memikirkan hal yang membuatnya ketularan mesum seperti suaminya. "Kalau mas Daniel mandi? Gantinya pakai pakaian apa? Kan gak bawa baju ganti. Masa iya..." Pipi Andina langsung bersemu merah, membayangkan bagaimana sang suami bertelanjang dada sepanjang malam tanpa sehelai benang sedikit pun. "Lagian kenapa aku juga gak ikutan mandi! Bukannya seru berendam berduaan." Andina cekikikan, Daniel yang mendengarpun berbalik dengan wajah terkejut saat memandang Andina. "Hei!!! Mau apa?" Teriak Daniel. "Menemanimu." sahut Andina setelah melepas pengait branya.&nb
"Mas, terimakasih buat malam ini." Andina memeluk Daniel begitu erat. Seakan ucapan terima kasihnya bukan sekedar untuk makan malam romantis yang mereka lakukan.Daniel membalas dengan mengusap punggung Andina. "Kamu tahu Dina, aku begitu menyayangimu." katanya, yang mana langsung membuat Andina menenggelamkan diri di pelukan sang suami."Dina juga sayang sama mas! Tapi kapan kita pulang? Dina mau tidur di rumah, di kasur kita!" rengeknya manja.Daniel beringsut ke tepi ranjang. Ia menepuk-nepuk ranjang itu untuk memastikan tidak ada yang salah dengan ranjang yang mereka tempati."Ini lebih empuk dari kasur kita, Dina! Tidur saja semalam disini." paksa Daniel sekali lagi.Andina ikut menepuk-nepuk ranjangnya dengan mata sipit penuh penghayatan."Tapi ini bekas orang banyak mas! Dina gak mau tidur disini!" tegasnya lagi lebih galak.Daniel berusaha menyunggingkan senyum. Meski konsentrasinya masih te
Daniel mengedarkan pandangannya dengan liar, ia menghampiri satu persatu dari mereka-mereka yang berada di luar gedung perusahaan sembari menanyakan istrinya.Siapa yang paham dengan istri sang CEO yang baru datang dua kali ke perusahaan?"Ikal!" desah Daniel sebelum mengepalkan tangannya. Ia berjalan dengan gontai menuju luar perusahaan. Saat berada di area parkiran. Daniel melihat motor Andina masih ada disana, bersama motor karyawan lainnya."Ikal..." gumam Daniel sekali lagi sembari terus melongok kemana saja tempat yang memungkinkan untuk bersembunyi.Dari lobi perusahaan, Abigail yang melihatnya cukup prihatin. Dan, kemungkinan besar jika memang Andina hamil. Sudah ia pastikan Daniel akan bersikap lebih posesif dari ini dan lebih memanjakan istrinya ketimbang mengurus perusahaan. Dan ia sendiri akan menjadi tumbalnya."Pak. Meeting!" teriak Abigail.Daniel hanya menoleh ke arah Abigail. Ia menggeleng
Jakarta mungkin saja macet seperti biasanya. Namun, Sarasvati yang baru saja mendengar kabar bahwa Andina telah mengandung cucunya langsung memilih penerbangan tercepat hari ini untuk merayakan keberhasilan anaknya dalam menghamili istrinya.Bersama anggota keluarganya, ia terus memancarkan aura bahagia. Tak henti-hentinya ia mengenggam tangan Sanjaya seraya berkata, "Kita akan menjadi Oma dan Opa. Rumah kita akan ramai, Pa!"Sanjaya merangkul bahu Sarasvati dan keduanya saling menyenderkan kepala. Senyum manis merekah dan hati mereka membuncah.Marco yang melihatnya tak kalah bahagia. Akhirnya, setelah sekian bulan ia menjalani hubungan jarak jauh dengan Abigail, pagi nanti ia bisa bertemu lagi dengan cewek jutek pujaan hatinya.Sari yang ikut serta dalam penerbangan malam ini tak kalah semangatnya untuk bertemu dengan Daniel."Nyonya. Bagaimana tuan Daniel sekarang? Apakah masih sama seperti dulu?" tanya Sari penasaran.S
Samar-sama cahaya matahari mulai datang memberikan kecupan hangat pada embun basah di atas dedaunan. Pagi pun datang dengan berlimpah sinar cerah yang membiaskan ronanya sampai ke dalam kamar. Andina mengerjapkan matanya sebelum beranjak ke tepi ranjang dengan mata yang berat terbuka. Samar-samar, ia mendengar gelak tawa yang berada di dekat kamarnya. Tepat di dapur dan ruang makan. "Tumben mas Daniel sudah bangun!" gumam Andina heran sebelum menarik handuknya dan bergegas mandi. Andina baru keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang membungkus tubuhnya dari bagian dada sampai paha atasnya sebelum membuka pintunya yang diketuk dari luar. "Mama..." ucap Andina dengan kepala miring untuk melihat ke arah belakang Sarasvati. Kedua alisnya berkerut seketika saat mendapati sang suami sudah lenyap entah kemana. "Mas Daniel sama papa, dimana Ma?" Sarasvati mengangsurkan segelas susu hangat kepada Andina se