Jakarta mungkin saja macet seperti biasanya. Namun, Sarasvati yang baru saja mendengar kabar bahwa Andina telah mengandung cucunya langsung memilih penerbangan tercepat hari ini untuk merayakan keberhasilan anaknya dalam menghamili istrinya.
Bersama anggota keluarganya, ia terus memancarkan aura bahagia. Tak henti-hentinya ia mengenggam tangan Sanjaya seraya berkata, "Kita akan menjadi Oma dan Opa. Rumah kita akan ramai, Pa!"
Sanjaya merangkul bahu Sarasvati dan keduanya saling menyenderkan kepala. Senyum manis merekah dan hati mereka membuncah.
Marco yang melihatnya tak kalah bahagia. Akhirnya, setelah sekian bulan ia menjalani hubungan jarak jauh dengan Abigail, pagi nanti ia bisa bertemu lagi dengan cewek jutek pujaan hatinya.
Sari yang ikut serta dalam penerbangan malam ini tak kalah semangatnya untuk bertemu dengan Daniel.
"Nyonya. Bagaimana tuan Daniel sekarang? Apakah masih sama seperti dulu?" tanya Sari penasaran.
S
Samar-sama cahaya matahari mulai datang memberikan kecupan hangat pada embun basah di atas dedaunan. Pagi pun datang dengan berlimpah sinar cerah yang membiaskan ronanya sampai ke dalam kamar. Andina mengerjapkan matanya sebelum beranjak ke tepi ranjang dengan mata yang berat terbuka. Samar-samar, ia mendengar gelak tawa yang berada di dekat kamarnya. Tepat di dapur dan ruang makan. "Tumben mas Daniel sudah bangun!" gumam Andina heran sebelum menarik handuknya dan bergegas mandi. Andina baru keluar dari kamar mandi dengan memakai handuk yang membungkus tubuhnya dari bagian dada sampai paha atasnya sebelum membuka pintunya yang diketuk dari luar. "Mama..." ucap Andina dengan kepala miring untuk melihat ke arah belakang Sarasvati. Kedua alisnya berkerut seketika saat mendapati sang suami sudah lenyap entah kemana. "Mas Daniel sama papa, dimana Ma?" Sarasvati mengangsurkan segelas susu hangat kepada Andina se
Marco tertawa geli, terlihat terhibur sekali dengan adegan di depannya saat Daniel memeluk pinggang Andina seraya mengusap-usap perut Andina dengan riang gembira."Selamat, Mbak! Bentar lagi suamimu akan berganti status menjadi bodyguard galak super posesif!" Tawa Marco membahana seisi ruangan Pembuat keceriaan setelah masalah besar itu selesai dengan mudahnya.Andina yang risi menyikut perut Daniel, meski laki-laki itu mengaduh pelan. Daniel tetap mempertahankan posisinya. Kini percuma saja jika wanita itu memprotes segala sesuatu yang Daniel lakukan. Usahanya hanya akan sia-sia jika laki-laki itu sudah bertekad."Pamer terus! Mentang-mentang udah halal!" sindir Marco, namun apa Daniel peduli? Ia tetap memeluk Andina seraya memamerkan kemesraan di hadapan keluarganya."Gue besok juga bisa begituan kalau udah sah dengan Abigail-ku!"Wajah Abigail langsung memanas, ia pun ikut tak berdaya manakala Marco merangkul sebelu
Daniel bersorak gembira di tengah malam saat dirinya kembali menjejakkan kakinya di halaman rumah orangtuanya. Rumah masa kecilnya yang kini nampak lebih megah dari sebelumnya. Meski Jakarta masih menyambutnya dengan suasana yang sama seperti saat ia meninggalkan kota megapolitan itu."Happy banget kamu, Bang! Bisa pulang ke kandang." gurau Marco. "Tapi awas ya kalau Abang berubah menjadi jago kandang! Papa benar-benar akan mengirimmu ke hutan Amazon biar bermanfaat bagi anaconda!"Daniel tergelak dan merangkul bahu Marco."Gue bilang apa tadi! Gue disini Abang! Kamu jangan kurang ajar sama gue ataupun Dina! Kalau sampai itu kamu lakukan. Hahaha... Gue ogah baik-baik sama, Lo!"Marco langsung menyanggahnya, "Gue gak akan kurang ajar! Tapi gue cuma bicara apa adanya!"Sanjaya dan Sarasvati menggeleng. Dua anaknya sama-sama laki-laki dewasa. Namun kenapa jika keduanya bertemu selalu saja ada yang diributkan.
Kehamilan Andina yang sudah menginjak trimester kedua membuat Daniel bernafas lega. Bukan hanya soal nyidam sang istri yang terbilang cukup ribet dalam mencarinya, namun juga mintanya slalu dijam-jam kerja atau ditengah malam buta. Namun bukan itu saja yang membuat Daniel tersenyum senang, karena sang jabang bayi yang sudah terlihat jenis kelaminnya. "Cap... Cip... Cup... Nama lengkap mana yang paling bagus." ujar Andina sembari mengocok botol arisan dan mengeluarkan secarik kertas yang digulung dengan nama-nama anak perempuan yang sudah Daniel tulis. Marco yang menjadi teman main Andina menghirup nafas dalam-dalam. Bukan soal keanehan nyidam yang seharusnya sudah berhenti, namun Andina slalu meminta hal-hal aneh kepada adik angkat suaminya tersebut. Daniel tentu setuju, setengah mati ia akan tertawa terbahak-bahak saat Marco menceritakan semua kegiatan 'nyidam' yang dilakukan Andina. Marco mendengus tapi ia senang-senang saja saat bisa diru
Malam ini, bintang begitu cantik di langit Jakarta. Berkerlip ria seakan mengisyaratkan bahwa bintang-bintang itu seperti dirinya. Ada binar senang yang terpancar diwajahnya setelah menyaksikan satu manusia paling berharga dalam hidupnya, paling ia rindukan selama satu bulan ini.Daniel melabuhkan kecupan di kening Andina. "Aku pulang, sayang." ucapnya dengan lirih sebelum mengelus-elus perut istrinya yang membuncit. Ia tersenyum lebar ketika menyadari jika sang putri memahami kedatangannya."Tidurlah sayang, daddy hanya menyapamu sebentar!" gumam Daniel.Namun, tendangan-tendangan kecil terus ia rasakan saat ia melabuhkan berkali-kali kecupan dan mengelus perut tersebut. Hingga Andina mulai bergerak-gerak seperti terganggu oleh kehadirannya."Oh sayang. Santai dong... Kamu akan membuat ibumu bangun!" ujar Daniel gusar sembari mematung kan diri. Ia takut, takut istrinya akan marah-marah karena ia sudah melanggar janji untuk tidak pergi terlalu l
Keesokan harinya di kediaman Sanjaya. Daniel menemani Andina yang diperiksa oleh bidan di ruangan obygn. Ruang paling istimewa di ruang Sanjaya sekarang."Bagaimana, Bu bidan? Semua baik-baik saja kan?" tanya Daniel karena semalam Andina mengaduh sakit setelah kebanyakan makan.Sang bidan tersenyum sembari menutup baju Andina."Detak jantungnya normal, air ketubannya pas, hanya saja. Bapak Daniel sepertinya sudah mengajak Bu Dina berlelah-lelahan."Daniel tersenyum miring seraya mengecup jari-jemari Andina yang sedaritadi ia genggam."Saya kangen kok! Tidak boleh kalau istri saya lelah?"Sungguh wajah Andina langsung tersipu malu. Begitukah suaminya dan seluruh keluarganya. Bertanya tanpa tedeng aling-aling dan gak disortir."Boleh bapak, boleh sekali! Asal jangan setiap hari karena terlalu sering orgasme bisa membuat bayi lahir prematur. Bapak Daniel mau kan bayinya sehat walafiat sampai lahi
"Satu burung... Dua burung... Tiga burung."Suara berhitung itu berasal dari kamar bernuansa hijau dan putih. Beraroma khas cat baru yang baru saja melapis tembok itu. Kamar yang disiapkan untuk Dayana setelah satu bulan lamanya mempersiapkan begitu banyak printilannya termasuk baju-baju bayi yang baru saja kering setelah dicuci oleh Mbak Piah.Dan sekarang, kandungan Andina sudah berusia tujuh bulan lebih. Sudah terlihat tambah besar dari sebelumnya. Sudah sering kali berkata lelah dan semakin manja."Kenapa burungnya hanya tiga, mas?" tanya Andina."Gak tau, sayang! Tanya aja sama tulang catnya. Aku kan hanya terima beres.""Bisa gak mas kalau burungnya ditambah satu, biar genap. Jadi tidak seperti cinta segitiga gitu! Atau cinta dalam diam. Kasian!"Daniel memasang cengiran bodoh seperti biasanya saat Andina berkata sesuka hati lengkap dengan asumsinya sendiri."Tukangnya sudah pulang, sayang. Su
Pesawat itu terbang semakin rendah di selatan, Bali. Lalu, mendarat dengan mulus di landasan pacu yang terletak tak jauh dari tepi laut itu. Seluruh keluarga Sanjaya tersenyum lega saat menginjakkan kaki di atas dasar bumi. Terlebih-lebih Daniel, bapak posesif itu benar-benar cerewet selama perjalanan ke pulau Dewata itu. Pulau yang mengubah hidupnya."Aku baik-baik saja, Mas! Dayana juga! Dia bilang, ibu kita naik burung ya? Aku jawab iya! Jadi yang tenang ya!" urai Andina menenangkan suaminya.Marco yang tak habis pikir mengapa Daniel bisa sekeren itu dalam mencintai istrinya menggelengkan kepalanya."Ayo gays... Kita harus ke hotel, istirahat sebelum pesta baby shower dan proses nikahan gue!" seru Marco penuh semangat.Sarasvati dan Sanjaya yang mendengar anak-anaknya berdebat sambil mengiringi langkah kaki mereka menuju gerbang kedatangan tersenyum lebar."Udahlah, Co! Jangan ganggu, Abangmu. Dia lagi bahagia sekali kare