Daniel mengulurkan tangan dan meraih Andina ke dalam pelukannya.
"Semua akan baik-baik saja, Din." katanya sambil menepuk punggung Andina. Tak menampik jika semalaman mereka hanya terjaga sembari membereskan barang bawaan mereka. Sesekali berbaring, terdiam sambil menatap lampu kamar. Lalu menoleh, lantas memejamkan mata seolah meyakinkan diri bahwa pilihan mereka berdua sudah tepat.
Andina menggeleng lemah dalam pelukan sang suami.
"Aku masih khawatir dengan mama dan papa jika kita tinggal pergi mas." ujarnya lirih.
"Gue capek, Din, bahas mereka lagi dan lagi!" Daniel melepas pelukannya. Ia langsung menarik satu persatu koper besarnya keluar kamar. Menaruhnya di ruang tamu. Sedangkan Andina terpaku ditempatnya, mata sayunya mengedar, merekam semua kenangannya di kamar. Hal yang manis dan pahit terjadi di kamar itu, hingga yang paling fatal yang Andina lalukan adalah kebohongan.
Langkahnya mendekati pigura foto yang tergantu
Sarasvati terjaga di malam Jakarta. Ia berjalan mondar-mandir tanpa tahu harus berbuat apa saat mendapati kabar bahwa anak-anaknya sedang bertengkar.Pikirannya sendiri sedang terbagi menjadi beberapa cabang. Namun, cabang paling ruwet adalah perusahaannya sekarang.Naladewa terus menerornya, dari berbagai macam masalah yang membuat nilai saham di perusahaannya merosot tajam hingga sesuatu yang terlihat halus namun membuat hotelnya sepi. Sesuatu yang mistik yang membuat Sarasvati bergidik ngeri.Sarasvati mengomel-omel sejenak sebelum menghempaskan tubuhnya diatas sofa. Tangannya memijat pelipis kanannya yang terasa pening.Sari yang prihatin terhadap juragannya mencondongkan tubuhnya sambil memijit pundak Sarasvati. Sarasvati terkesiap, namun tak menolak saat Sari memijit punggungnya dibagian yang nyeri, dengan gaya sok tahu ia berbisik-bisik.Sarasvati terdiam mendengarkan dan Sari tahu ia sudah begitu prospek
Marco membuka matanya dan menatap nanar pemandangan di luar kaca mobil. Ia mengusap wajahnya dengan kesal saat tubuhnya terasa ngilu dan pegal. Seketika ia sadar saat Sarasvati berdehem sambil tersenyum kaku disebelahnya. "Capek banget ya, Co?" Sarasvati mengulurkan tangannya. Sebuah air mineral berpindah ke tangan Marco. Laki-laki dengan wajah kusut itu meminumnya sembari memejamkan mata. Pagi ini bisa jadi akan menjadi hari paling berat bagi semuanya, terutama untuk Sarasvati. Penolakan Daniel, amarah, dan air mata akan membuat semuanya terasa berat. Dan Marco sudah merasakan auranya. Aura kepedihan. "Masuk dulu, Mam! Mandi dan siap-siap. Daniel akan senang jika mama terlihat seperti ini!" Marco tersenyum getir, betapa dahsyatnya rasa yang bergetar keras di dadanya saat melihat Sarasvati begitu layu. Sementara Marco memandangi Sarasvati penuh iba, Sarasvati memandangnya tanpa ekspresi. 
Selama satu jam perjalanan dari pusat kota, mobil itu memasuki jalan kecil yang berakhir di muka sebuah bangunan dengan gaya tropis di tengah persawahan."Ini rumah kita yang baru. Aku harap kamu suka dan betah disini!"Andina mengangguk sambil tersenyum kecil saat Daniel mengecup keningnya."I love you, you ready?" ujar Daniel.Andina hanya mengangguk patuh, dan perangainya yang seperti itu membuat Daniel gemas. Andina kembali tersipu saat Daniel mengecup keningnya dengan lembut.Daniel turun dari pintu pengemudi dan memandang senang rumah pilihannya. Sudah lama ia menginginkan rumah dengan gaya tropis meski semua yang ada di dalamnya modern."Ayo turun." ajak Daniel setelah membuka pintu penumpang. Andina mengangguk lalu mengikuti Daniel yang mengajaknya ke dalam rumah. Mereka berjalan dalam diam hingga Daniel membuka pintu paling belakang.Sebuah kolam renang yang berkilauan di bawah cahaya matah
Sore hari di lobi perusahaan tempat Daniel bekerja. Sarasvati dan Marco duduk termangu memandangi seluruh hiruk pikuk perkantoran yang masih menggeliat di penghujung senja.Mereka menunggu sampai batas waktu yang sudah Marco sepakati bersama sang manager HRD. "Ayo pulang, Mam!" ujar Marco menahan geram, "Mereka membohongi kita!"Sarasvati menggeleng lemah. Mata sayunya masih mengedar memandangi sekeliling. Berharap, masih ada jejak Daniel yang tertinggal di sana.Marco mengusap pelan punggung Sarasvati, berusaha menenangkan meski hatinya juga panas dingin. Semua terasa tidak enak bagi mereka sekarang. Berbeda dengan Andina dan Daniel yang sama-sama sedang bekerja sama menatap baju setelah keduanya usai berenang bersama."Maaf, saya baru saja selesai rapat!"Sang manager HRD tersenyum tipis seraya duduk di seberang Marco. Dalam benaknya ia sudah bisa menduga kedatangan Marco dan seorang wanita setengah bay
Sepanjang perjalanan yang harus dilewati Daniel menuju rumah, entah mengapa terasa lama sekali.Hari ini terasa berat bagi semuanya, semua hati bagai patah semangat, patah harapan. Entah itu hati Sarasvati ataupun Daniel. Dua hati yang pernah berada di satu tubuh yang sama. Tubuh seorang ibu.Daniel dengan jelas mengingat saat-saat menyenangkan dalam hidupnya bersama keluarga besarnya. Kedua orangtua yang memanjakannya dan memberikan segala yang terbaik baginya.Benar, bahwa setiap orangtua akan memberikan yang terbaik untuk seorang anak. Itu pula yang akan ia lakukan jika nanti sudah memiliki sang buah hati. Namun, ia tak mau bersikap gegabah seperti yang dilakukan oleh ibunya sendiri. Melukai ego seorang anak laki-laki yang bergitu mencintai wanita pertama dalam hidup. Ibu.Mobil sampai di halaman rumah saat hari menginjak pukul setengah delapan malam. Daniel tidak serta-merta langsung turun dari mobil. Pikirannya begitu berkecamuk mengingat Saras
Andina memandang suaminya dengan muka serius, "Mama! Mas ketemu mama?" tanyanya antusias.Daniel mengangguk pelan seraya mengajak Andina ke dalam rumah."Mama mencari kita?" tanya Andina lagi tanpa mengurangi sedikitpun raut wajahnya yang serius. Itu justru membuat Daniel gemas dan ia pun hanya bisa mengelus kerutan di dahi Andina."Mama berdua dengan Marco!" Lalu, "Sepertinya mereka memang akrab dan kalian pasti sudah bersekongkol sangat baik sampai aku tidak tahu jika kalian ternyata mempermainkanku cukup lama!"Sontak saja raut wajah Andina langsung berubah masam. Ketika masalah itu diungkit lagi, meskipun ia tahu sampai mereka belum berkumpul dan memperbaiki segalanya. Masalah itu seperti bercak kenangan kelam yang sulit dilupakan."Memang sebaiknya kita bicara dengan Mama. Kita luruskan semua kesalahpahaman antara kita bertiga! Biar tidak ada lagi keteganga
Sepanjang perjalanan menuju Apartemen Regatta, Marco terus membagi pandangannya antara jalan raya yang mereka lalui dan Abigail. Marco tak habis pikir, hanya karena debu yang berterbangan membuat wanita yang disampingnya menderita.Pun bisa Marco pastikan. Bahwa kamar wanita ini super bersih. Tak ada satupun debu yang menempel di apartemennya. Bisa ia pastikan juga, pembantu rumah tangganya harus bekerja extra sabar."Nomer berapa kamarmu?" tanya Marco gusar sembari memapah Abigail keluar dari mobil. Dengan nada tidak begitu kentara Abigail menyahut."108."Dengan mata liar Marco terus mengedarkan pandangannya mencari dimana kamar wanita itu berada."Lantai lima!" jelas Abigail akhirnya setelah mereka hanya berjalan-jalan di koridor apartemen sambil celingukan, "Bilang dari tadi napa! Jangan cuma keenakan di peluk!" cerca Marco sembari mencari lift.Abigail menyeringai bodoh. Alergi membuatnya tak bisa berpikir jernih
Keesokan harinya.Sepasang anting-anting bertakhtakan berlian berwarna hijau terpasang cantik di cuping telinga Abigail. Bulu mata panjangnya bergerak-gerak saat memastikan bahwa riasan diwajahnya sempurna. Tak adalagi yang ia risaukan. Bekas bentol-bentol merah akibat alerginya sudah hilang.Abigail menyaut tas kerjanya. Tangannya merogoh kantong tasnya bermasuk untuk mencari kunci mobil dan kunci apartemen. Namun, seketika wajahnya langsung muram durja. Ia mendesis jengkel karena ingat dimana mobilnya sekarang."Dimana laki-laki itu, kenapa tidak ada?" tanyanya sembari mengedarkan pandangannya.Abigail langsung melihat seluruh tubuhnya di cermin besar yang memantulkan dirinya. Ia menghela nafas lega saat sesuatu yang mengisi kepalanya tidak terjadi.Namun, Abigail yang masih curiga kemana perginya laki-laki asing yang hanya ia tahu memiliki panggilan 'Co' itu menghidupkan televisi dan mencari rekaman cctv.Dengan wajah se