Rexi beralih untuk menatap Renata. Walaupun Renata selalu bertentangan dengan dirinya, tetapi Renata itu juga temannya.
"Ren ... Maafin gue kalau gue ada salah sama lo. Maafin gue kalau lo merasa tersaingi karena adanya gue di dalam kehidupan lo. Gue enggak ada maksud buat saingi lo," kata Rexi lembut. Kalimat itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam.
Renata mendecih saat mendengarkan penuturan dari Rexi. Dia masih menganggap kalau Rexi sedang bermain drama agar semua orang iba dan berpihak kepadanya.
"Sekali lagi, gue minta maaf sama lo, Ren," kata Rexi lembut.
Rexi mengalihkan pandangannya untuk melirik ke arah Kiara. Sahabatnya yang paling dia percaya, walaupun pada akhirnya Kiara
- Skip - Tiga Hari Kemudian -"Brave Ice, pulang!" seru Ice saat berjalan memasuki apart kediamannya.Ice baru saja pulang dari acara kemah kampusnya. Untuk masalah Rexi yang diusir oleh sang ayah dari apartemen, Ice belum tahu akan hal itu."Kok, apart sepi banget?" tanya Ice heran."Rex! Rexi! Rex!" teriak Ice."Enggak ada jawaban," gumam Ice.Ice berjalan menuju dapur dan berharap akan bertemu dengan Rexi. Masalahnya, ada sesuatu yang ingin dia bahas bersama sang adik.
Rexi tersenyum miris."Gini rasanya hidup mandiri tanpa ada fasilitas sedikitpun. Hidup nge-kost, mana enggak sekolah pula ..." lirihnya."Besok gue harus dapat kerjaan. Tapi, gue mau cari apa? Gue enggak ad tamat SMA juga," lanjutnya lesu.Rexi mengalihkan pandangannya untuk menatap ke arah kalender yang tergantung pada dinding kamar kost-nya. Dia tersenyum miris."Happy birthday Rexi. Happy birthday Rexi. Happy birthday ... Happy birthday ... Happy birthday, Rexi ..." lirihnya bernyanyi untuk dirinya sendiri.Rexi mengambil ponselnya, lalu memutar sebuah rekaman beberapa tahun yang lalu pada ponselnya."Happy birthday Rexi. Happy birthday Rexi
Al kini sudah berada di dalam mobilnya. Menyetir mobilnya entah ke mana. Dia seperti kehilangan arah saja."Lo di mana, Rex? Lo baik-baik aja, kan?" gumam Al sambil menggigit bibir bawahnya karena khawatir."Maaf kalau gue udah nyakitin lo, Rex, cuma karena balas dendam gue sama lo. Yang padahal itu masalah keluarga kita, bukan masalah kita ..." lirihnya."Gue ... Gue udah lukai hatinya, bahkan tangannya juga sampai terluka parah karena gue. Gue benar-benar minta maaf, Rexi ..." lirihnya lagi sambil mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi.***Rexi berjalan sambil memasuki sebuah kantor besar. Dia tersenyum dengan begitu ramah dan sopan."Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang resepsionis.
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***Al menyerah untuk mencari Rexi. Dia memutuskan untuk kembali saja ke sekolah. Dia perlahan berjalan di koridor sekolah.Tiba-tiba saja, kedua bola mata Al menangkap seorang wanita yang benar-benar dia kenali tengah bercanda bersama dengan temannya."Renata," panggil Al.Renata kaget lalu refleks berdiri dengan cepat saat melihat kehadiran Al."Kamu kapan datangnya?!" tanya Renata dengan nada suara yang terdengar sedikit meninggi."Baru aja," jawab Al.
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***"Tahan, Rexi, jangan emosi dan jangan marah. Ingat, Rex, dia sekarang jabatannya sebagai CEO di tempat lo!" kata Rexi di dalam hatinya sambil menggertakkan giginya."Oke. Gue enggak bakalan bahas masa lalu lagi," kata sang CEO.Rexi menatap sang CEO dengan tatapan tidak sukanya."Kalau begitu, mari kita bahas masa depan," kata sang CEO sambil tersenyum manis.Rexi mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana. Dia benar-benar emosi dan tak suka dengan gaya sok dekat CEO yang ada di hadapannya itu. Ya, wala
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***"Udah, stop!" teriak Renata keras.Baru saja Renata ingin maju membantu Al, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik oleh Deian. Renata tiba-tiba terdiam dan mengurungkan niatnya.Kiara melirik ke arah Renata, lalu kemudian melirik ke arah Deian."Sekarang gue tahu, dalang dari masalah ini siapa aja," batin Kiara di dalam hatinya sambil melirik genggaman tangan Deian dan Renata."Kiara!" teriak Nina saat melihat Kiara hendak pergi dari sana lalu menahan sahabatnya itu."Stop! Jangan membuat kekacauan di sini!" tegas Aksa."Alvaro! Ice! Hentikan! teriak seseorang dengan keras.Pertengkaran antara Al dan Ice langsung berhenti begitu saja saat melihat
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***Al langsung menatap ke arah Deian usai tersisa dirinya bersama teman-temannya.Tiba-tiba saja Nina mendorong Deian dengan begitu keras dan kasar.Renata yang berdiri di samping Deian langsung menatap Nina dengan begitu tajam."Maksud lo apa dorong gue enggak jelas kayak gitu?!" tanya Deian emosi."Bilang sama kita, apa kebenarannya!" bentak Nina."..."Deian bergeming.
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***Rexi perlahan berjalan mendekati Barack sang ayah. Tatapannya menusuk untuk sang ayah."Orang tua mana yang tega untuk mengusir anak kandungnya? Orang tua mana yang meng-klaim anak kandungnya sebagai anak pembawa sial? Orang tua macam apa?!" teriak Rexi histeris sambil terus menangis."Maafkan Papa, Nak ..." lirih Barack."Papa?" ulang Rexi."Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah mengusir anak kandung anda sendiri? Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah menjatuhkan anak kandung sendiri dan lebih memilih anak tir