- Lanjutan Chapter Sebelumnya -
***
Al menyerah untuk mencari Rexi. Dia memutuskan untuk kembali saja ke sekolah. Dia perlahan berjalan di koridor sekolah.
Tiba-tiba saja, kedua bola mata Al menangkap seorang wanita yang benar-benar dia kenali tengah bercanda bersama dengan temannya.
"Renata," panggil Al.
Renata kaget lalu refleks berdiri dengan cepat saat melihat kehadiran Al.
"Kamu kapan datangnya?!" tanya Renata dengan nada suara yang terdengar sedikit meninggi.
"Baru aja," jawab Al.
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***"Tahan, Rexi, jangan emosi dan jangan marah. Ingat, Rex, dia sekarang jabatannya sebagai CEO di tempat lo!" kata Rexi di dalam hatinya sambil menggertakkan giginya."Oke. Gue enggak bakalan bahas masa lalu lagi," kata sang CEO.Rexi menatap sang CEO dengan tatapan tidak sukanya."Kalau begitu, mari kita bahas masa depan," kata sang CEO sambil tersenyum manis.Rexi mengepalkan kedua tangannya dengan begitu kuat di bawah sana. Dia benar-benar emosi dan tak suka dengan gaya sok dekat CEO yang ada di hadapannya itu. Ya, wala
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***"Udah, stop!" teriak Renata keras.Baru saja Renata ingin maju membantu Al, tetapi pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik oleh Deian. Renata tiba-tiba terdiam dan mengurungkan niatnya.Kiara melirik ke arah Renata, lalu kemudian melirik ke arah Deian."Sekarang gue tahu, dalang dari masalah ini siapa aja," batin Kiara di dalam hatinya sambil melirik genggaman tangan Deian dan Renata."Kiara!" teriak Nina saat melihat Kiara hendak pergi dari sana lalu menahan sahabatnya itu."Stop! Jangan membuat kekacauan di sini!" tegas Aksa."Alvaro! Ice! Hentikan! teriak seseorang dengan keras.Pertengkaran antara Al dan Ice langsung berhenti begitu saja saat melihat
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***Al langsung menatap ke arah Deian usai tersisa dirinya bersama teman-temannya.Tiba-tiba saja Nina mendorong Deian dengan begitu keras dan kasar.Renata yang berdiri di samping Deian langsung menatap Nina dengan begitu tajam."Maksud lo apa dorong gue enggak jelas kayak gitu?!" tanya Deian emosi."Bilang sama kita, apa kebenarannya!" bentak Nina."..."Deian bergeming.
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***Rexi perlahan berjalan mendekati Barack sang ayah. Tatapannya menusuk untuk sang ayah."Orang tua mana yang tega untuk mengusir anak kandungnya? Orang tua mana yang meng-klaim anak kandungnya sebagai anak pembawa sial? Orang tua macam apa?!" teriak Rexi histeris sambil terus menangis."Maafkan Papa, Nak ..." lirih Barack."Papa?" ulang Rexi."Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah mengusir anak kandung anda sendiri? Apa anda masih bisa dipanggil papa setelah menjatuhkan anak kandung sendiri dan lebih memilih anak tir
- Lanjutan Chapter Sebelumnya -***"Pas istirahat tadi, Ice cariin lo di sekolah," tutur Al."Bahkan parahnya, gue sama dia bertengkar di tengah lapangan sekolah. Dan sialnya, papa tiba-tiba datang juga dan cariin lo," kata Al lagi."...""Tolong pulang, Rexi," pinta Al sedih."Pulang? Lo minta gue pulang setelah apa yang lo lakuin ke gue?" tanya Rexi sambil terkekeh sinis."Gue itu seakan-akan jadi orang asing, Al. Papa, dia enggak nganggap gue sebagai anaknya. Bahkan dia bilang kalau gue
Ting!Pesan laknat itu kembali masuk ke dalam ponsel Rexi.From Alvaro Addison :Ini chat gue, Rex.From Alvaro Addison :Bukan koran.From Alvaro Addison :Tolong, jangan just read doang.Rexi Alexa Just Read*"Bodoh amat! Gue udah kesal!" batin Rexi sambil meneteskan air matanya.From Alvaro Addison :Rexi, lo enggak mau tahu.From Alvaro Addison :Gimana keadaan Papa?Rexi Alexa Just Read*From Alvaro Addison :Oke, kalau lo emang cuma mau baca pesan gue.
"Jadi, lo cuma bicara bohong sama gue?!" tanya Rexi tak habis pikir.Al mengangkat kedua pundaknya secara bersamaan sebagai jawaban."Yang penting, gue lakuin ini sama lo karena mau tebus kesalahan gue yang udah nyakitin lo, ditambah lagi karena udah buat Lo malu," kata Al tenang."Dan gue mau perbaiki hubungan kita. Harusnya sekarang lo jadi milik gue," lanjut Al di dalam hatinya.Rexi menatap Al dengan begitu geram, dia mengacak-acak rambutnya dengan begitu frustasi."Lo- Arggg! Bawa gue balik ke kost! Gue enggak mau ada di sini!" kesal Rexi sambil menatap Al geram."Enggak. Lo harus tetap stay di sini!" kata Al menolak mentah-mentah."In your dream, Bitch!" sinis Rexi."Kalau emang lo enggak mau nganterin gue, biar gue yang balik sendiri!" tegas Rexi.Rexi membalikkan badannya dan berniat untuk pergi dari sana, tetapi A
Rexi berbaring di atas kasurnya sambil menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut tebal berwarna putihnya."Ck! Ngapain Bang Ice mabuk kayak gini, sih?! Enggak biasanya dia mabuk kayak gini," gumam Rexi sambil menghapus air matanya dengan kasar.Sekitar beberapa menit Rexi menangis, seseorang tiba-tiba masuk ke kamarnya.Seketika orang itu memeluk tubuh Rexi, membuat Rexi kaget saja.Orang itu masuk ke selimut Rexi membuat Rexi langsung menatap ke arah orang itu.Rexi mengedipkan kedua matanya berkali-kali lalu mendecih dan memunggungi sang pelaku."Hah ... Sejak kapan lo boleh munggungi gue?" tanya Ice malas."..."Rexi terdiam.Ice yang merasa kesal tak direspon langsung dengan cepat membalikkan badan Rexi untuk berhadapan dengannya."Lo habis nangis? Mata lo kenapa sembab gini?" tanya Ice.