Share

Setuju

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-07-04 09:56:26

"Nggak usah banyak ngoceh, ayo makan," sahut Ray sambil menyendokkan nasi dan memaksaku membuka mulut.

Mau tidak mau aku membuka mulut dan mulai mengunyah makanan.

"Perasaan tadi Arya beli sop daging. Kok sekarang lain?" tanyaku.

"Aku tadi membawa makanan kesini, rencananya mau makan sama kamu dan anak-anak. Ternyata malah kamu sakit."

"Kok Lea nggak diajak? Kasihan Lea di rumah sendirian."

"Enggak. Menginap di rumah Mama."

Mendengar Ray menyebut Mama, dadaku berdetak dengan kencang. Teringat ketika mamanya Ray menghinaku, meremehkanku, membandingkan aku dengan Frida. Ternyata Ray memperhatikan aku, mungkin ia melihat perubahan ekspresi wajahku. Kemudian Ray memegang tanganku.

"Kamu nggak usah mikirin ucapan Mama, itu semua urusanku."

Aku hanya mengangguk.

"Om, ini obatnya," kata Arya yang masuk ke kamarku sambil membawa air minum satu botol.

"Terima kasih ya, Arya?" kata Ray.

"Seharusnya Arya yang berterima kasih pada Om Ray. Ibu tuh orangnya ngeyel, kalau tadi pagi mau berobat ke
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Lea Kabur

    "Assalamu'alaikum." Terdengar seseorang mengucapkan salam."Biar Bapak yang buka pintu." Bapak berjalan keluar dari kamarku."Apa Hani bercerita dengan Ibu? Cerita apa saja, mungkin kegiatan Hani disana," tanya Mas Hanif."Enggak ada, dia hanya bilang mau ketemu dengan Nadya." Ibu menjelaskan."Jadi kalau berkumpul dengan Bapak dan Ibu, bicara apa dia?" cecar Mas Hanif.Belum sempat Ibu menjawab, tiba-tiba Bapak masuk ke ruang keluarga."Hanum, ada yang nyariin," kata Bapak, yang dibelakangnya ada Ray. Aku langsung tersipu melihat kedatangan Ray."Kalau kamu tungguin, Ray, pasti Hanum cepat sembuh. Sakitnya ini hanya butuh perhatian saja," ledek Mas Hanif.Bapak dan Ibu hanya senyum-senyum saja."Makanya, Mas, saya sudah mengajak Hanum segera menikah. Tapi kayaknya dia masih bimbang, belum mantap." Ray menanggapi ucapan Mas Hanif."Kalau niat baik itu harus disegerakan." Bapak ikut berbicara."Nah, apalagi yang ditunggu? Kapan rencananya? Anak-anak sudah setuju kan?" cecar Mas Hanif.

    Last Updated : 2023-07-07
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Kayak Sinetron

    [Apa Lea tidak merepotkan menginap disitu?] Pesan dari Ray malam ini.[Enggak kok. Mereka lagi asyik ngerumpi.][Takutnya nanti malah jadi kebiasaan, kabur-kaburan.][Insyaallah, enggak. Tadi sudah aku nasehati, semoga saja ia mau mengerti.][Terima kasih, semoga Lea menurut dengan kata-katamu. Calon ibunya. Kapan kita main ke rumah Bapak?]Deg! Aku takut jika Ray bertemu dengan Mbak Hani. Takut jika Mbak Hani mencoba untuk menggodanya, seperti yang ia lakukan dengan Mas Fahmi. Kok aku jadi paranoid seperti ini, ya? Apa yang harus aku lakukan?[Kok nggak dijawab? Katanya aku disuruh menghadap Bapak dan Ibu?] Ray mengirimkan pesan lagi.[Nanti aku pikirkan waktunya.][Oke aku tunggu kabar baiknya.]Apa aku harus menceritakan tentang Mbak Hani ya? Mau tidak mau, memang Ray harus tahu. Masalah ia tergoda dengan Mbak Hani atau tidak, itu urusan nanti. Tidak mungkin aku sembunyikan terus. Biarlah waktu yang menjawab ketakutan-ketakutanku. Semoga tidak terjadi.[Ray, ada yang harus aku bica

    Last Updated : 2023-07-09
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hal Penting

    Disinilah aku, di rumah Ray. Ditemani Mbak Siti, aku asyik makan cemilan dan berbincang-bincang. Karena ada yang harus aku bicarakan, Ray memintaku untuk datang ke rumahnya. Disini lebih leluasa untuk berbicara, tanpa gangguan. Tentu saja tidak hanya aku berdua di rumah ini. Tapi ada Mbak Siti, supaya tidak menimbulkan fitnah. Sudah setengah jam menunggu, Ray belum datang juga. Mau menelponnya, tapi takut nanti mengganggu. Dengan sabar dan setia aku menanti sang pujaan hati, ish lebaynya kumat. Hihi…"Mbak, apa mamanya Lea sering kesini?" tanyaku."Ya, lumayan sering sih. Mengajak anaknya yang kecil. Kalau Ibu Jessica kesini, Pak Ray hanya menemui sebentar. Kemudian pergi atau masuk ke kamar.""Oh, begitu ya? Suka lama nggak kalau kesini?""Ya lumayan lama.""Kalau Frida?" tanyaku lagi."Hanya beberapa kali kesini. Sikap Pak Ray sama, kalau Mbak Frida kesini, Pak Ray hanya menemui sebentar.""Omanya Lea, sering kesini juga?""Kadang-kadang sih, Bu. Saya suka pusing kalau Oma kesini.

    Last Updated : 2023-07-11
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Akan Mendapatkannya

    "Sudah, kamu tenang. Biar Mbak yang bawa mobil. Ayo ke ruang sakit." Aku berkata sambil mengambil tas dan ponselku.Sepanjang perjalanan Wita hanya menangis terus. Aku pun ikut menangis. Walaupun ibunya Mas Fahmi membenciku, tapi aku tetaplah manusia biasa yang memiliki rasa kemanusiaan.Sudah ada Ayah, Mas Fahmi, Arkan dan Fariz di depan ruang UGD."Gimana kondisi Ibu?" tanya Wita pada Ayah."Belum tahu, Mbak. Masih diperiksa dokter." Fariz yang menjawab.Aku berbasa-basi pada semua yang ada disini. Ayah tersenyum padaku."Terima kasih sudah mau kesini," kata Ayah.Aku mengangguk dan tersenyum. Kulihat Mas Fahmi tampak semakin semrawut saja penampilannya. Lelaki yang dulu sangat aku cintai, yang selalu peduli dengan penampilannya. Sekarang, bahkan mencukur kumis dan cambang saja tidak sempat. "Apa kabar, Mas?" tanyaku pada Mas Fahmi."Seperti yang kamu lihat, Num. Gimana sekolahnya anak-anak?" jawab Mas Fahmi."Alhamdulillah, lancar. Bentar lagi Arya kuliah, Mas.""Iya. Maafkan aku,

    Last Updated : 2023-07-14
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Belahan Jiwa

    Dokter Vanya yang melihatku hanya bisa melongo saja. Sepertinya dia tidak suka melihat Ray pergi denganku."Maaf ya dokter Vanya, saya pergi dulu." Aku dan Ray beranjak dari duduk."Opik, kami pergi dulu, ya?" pamit Ray pada Opik."Oke. Ray, jangan lupa anterin Hanum pulang ke rumahnya. Jangan ke rumahmu. Haha."Aku dan Opik pun cipika-cipiki."Aku kok nggak diajak cipika-cipiki," goda Ray."Ganjen," sahut Opik."Kami duluan ya, dokter Vanya," pamitku pada dokter Vanya. Kulihat ekspresi wajahnya menjadi agak berbeda dengan ketika ia masuk tadi. Masa bodoh, Ray memilihku, bukan memilihmu."Kemana kita?" tanyaku."Makan siang yuk?""Sebentar ya, aku menemui seseorang dulu. Tadi masih di UGD.""Oh, pasien bernama Ningrum ya?" tanya Ray. "Iya." Ningrum adalah nama ibunya Fahmi."Sudah masuk ke ruangan. Kebetulan aku tadi melihat dibawa ke ruang VIP. Mau kesana?"Aku mengangguk. Berjalan bersama dengan Ray membuatku menjadi pusat perhatian. Beberapa pegawai rumah sakit, terutama yang pere

    Last Updated : 2023-07-16
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Minta Restu

    Setelah Bapak dan Ibu berkumpul, ada Mbak Hani juga, Mas Ray mengatakan maksud kedatangannya."Bapak, Ibu, seperti yang sudah Bapak dan Ibu ketahui, saya bermaksud meminta izin untuk menikah dengan Hanum. Saya mohon doa restunya," kata Mas Ray."Apa kamu sudah mantap dengan Hanum?" tanya Bapak."Iya, Pak.""Bapak yakin kalian sudah tahu bagaimana masa lalu masing-masing. Jadi nanti tidak perlu saling mengungkit. Yang kemarin-kemarin itu sebagai pembelajaran yang mahal harganya. Jangan sampai terulang lagi. Tidak ada yang namanya anakku atau anakmu. Tapi anak kita. Mereka sudah remaja, tentu saja masih perlu diawasi bersama, bukan berarti dikekang. Jangan pernah membeda-bedakan.""Iya, Pak.""Ajak orang tuamu kemari ya? Kita bisa membicarakannya.""Jadi Bapak memberi restu?" tanya Mas Ray agak ragu."Kalian sudah dewasa, sudah pernah berumah tangga. Bapak yakin kalian pasti sudah memikirkan masak-masak. Kalau memang sudah saling mantap hatinya, ya silahkan. Kami sebagai orang tua hanya

    Last Updated : 2023-07-17
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Move On

    Menjelang tidur, aku masih kepikiran dengan ucapan Arya. Begitu perhatiannya pada Mas Fahmi, sampai bisa berkomentar seperti itu. Memang benar, wajah Mas Fahmi terlihat lebih tua dari usianya. Banyak kerutan di wajahnya. Pandangannya seperti kosong karena selalu menerawang jauh. Kadang tidak fokus dengan lawan bicaranya. Aku yakin beban pikiran Mas Fahmi sangat berat. Tentu saja sekarang saatnya ia menuai apa yang selama ini ia tabur.Seharusnya aku sangat bahagia melihat Mas Fahmi terpuruk seperti itu. Tapi tetap saja, hati kecilku merasa sedih melihatnya. Semoga saja ia benar-benar berubah dan menjalani hidup dengan baik. Klunting, sebuah pesan masuk ke ponselku.[Udah tidur Sayang?] Aku tersenyum membaca pesan dari Mas Ray.[Sudah.][Tidur kok bisa balas pesan.][Hehe.][Mas baru pulang dari klinik.]Mas Ray memang praktek di tiga tempat. Pagi di rumah sakit pemerintah, siangnya di rumah sakit swasta dan malamnya di klinik. Seorang dokter memiliki izin praktek di tiga tempat. Ma

    Last Updated : 2023-07-19
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Cemburu

    Jessica tampak kaget dan gugup. Surya menatap tajam pada Jessica."Surya, kasih tahu istrimu. Jangan gunakan Lea sebagai alasan untuk mengganggu hubungan kami. Aku sudah tidak ada sangkut pautnya dengan Jessica. Jessica itu masa lalu yang sudah aku hapus dalam hatiku. Ini, Hanum, dialah masa depanku.""Jadi kamu…." kata Surya pada Jessica."Mas, aku bisa jelaskan yang sebenarnya," kilah Jessica."Apa yang perlu dijelaskan?" berang Surya."Ray itu hanya ingin mengacaukan hubungan kita. Dia iri,tidak senang melihat kita bahagia."Mas Ray hanya tertawa."Iri dengan pengkhianat? Tidak ada dalam kamusku. Jessica, Surya, kalau mau berantem jangan disini. Kasihan Lita, ia belum tahu apa-apa."Mas Ray menggandeng tanganku dan kami pun melangkah pergi menjauhi mereka. Aku merasa puas dengan ucapan Mas Ray. Setidaknya sudah ada satu pesaing yang dapat diatasi.Kami pun naik mobil dan Mas Ray mengantarkanku pulang."Mas, bagaimana orang tua Mas Ray? Apakah mereka menyetujuinya, untuk melamarku m

    Last Updated : 2023-07-21

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status