Share

Setuju

"Nggak usah banyak ngoceh, ayo makan," sahut Ray sambil menyendokkan nasi dan memaksaku membuka mulut.

Mau tidak mau aku membuka mulut dan mulai mengunyah makanan.

"Perasaan tadi Arya beli sop daging. Kok sekarang lain?" tanyaku.

"Aku tadi membawa makanan kesini, rencananya mau makan sama kamu dan anak-anak. Ternyata malah kamu sakit."

"Kok Lea nggak diajak? Kasihan Lea di rumah sendirian."

"Enggak. Menginap di rumah Mama."

Mendengar Ray menyebut Mama, dadaku berdetak dengan kencang. Teringat ketika mamanya Ray menghinaku, meremehkanku, membandingkan aku dengan Frida. Ternyata Ray memperhatikan aku, mungkin ia melihat perubahan ekspresi wajahku. Kemudian Ray memegang tanganku.

"Kamu nggak usah mikirin ucapan Mama, itu semua urusanku."

Aku hanya mengangguk.

"Om, ini obatnya," kata Arya yang masuk ke kamarku sambil membawa air minum satu botol.

"Terima kasih ya, Arya?" kata Ray.

"Seharusnya Arya yang berterima kasih pada Om Ray. Ibu tuh orangnya ngeyel, kalau tadi pagi mau berobat ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status