Share

Laki-laki Melempem

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-04-18 13:06:18

"Pantas saja Ibu selalu mimpi dikejar-kejar bayi, mungkin Ibu merasa bersalah tapi tidak mau mengakuinya," kata Wita sambil meneteskan air mata.

"Maaf, Wita, kami pulang," pamitku.

Wita hanya mengangguk pelan, mungkin ia terguncang dengan kenyataan yang terjadi. Kami berjalan keluar dari rumah Ayah, tampak mobil Mas Fahmi baru saja masuk ke halaman rumah.

"Lho kalian disini, ya?" sapa Mas Fahmi.

Aku mengangguk, Arya dan Adiva memberi salam pada ayahnya.

"Mau kemana sekarang?" tanya Mas Fahmi.

"Mau pulang, Mas." Aku menjawab pertanyaan Mas Fahmi.

"Aku antar ya?" kata Mas Fahmi.

"Nggak usah," jawabku.

Drtt...drtt…

Ponsel Mas Fahmi berbunyi, ia pun menerima panggilan itu.

"......."

"Fahmi sudah di depan rumah Ayah," kata Mas Fahmi segera berlari masuk ke dalam rumah Ayah. Ia tampak cemas.

Aku dan anak-anak saling berpandangan.

"Ada apa ya?" tanyaku penasaran.

"Sudahlah, Bu. Kita pulang saja," kata Adiva.

"Kita lihat dulu apa yang terjadi," kataku pada anak-anak.

Mereka terlihat enggan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kamu ibu dan istri g berguna hanum, untung anak2 masih sayang kamu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Sebuah Rencana

    Selesai makan malam, aku ke kamar Arya untuk menanyakan kertas yang aku temukan tadi pagi. Tampak Arya sedang tiduran sambil memainkan ponselnya."Ini maksudnya apa Arya?" tanyaku pada Arya sambil menyodorkan kertas.Arya mengambil kertas dari tanganku, aku mencoba mengamati raut wajahnya. Tampak keterkejutan di wajahnya walaupun ia berusaha untuk menutupi. Tapi aku tahu."Kenapa kamu tidak bicara dengan Ibu?" tanyaku. "Arya memang nggak mau ikut, kok, Bu.""Kenapa?""Acara itu kan nggak terlalu penting.""Apa kamu takut Ibu tidak mampu membayarnya? Kamu meragukan kemampuan Ibu ya?""Bukan begitu maksud Arya, Bu.""Terus? Apa maksudnya? Kalau memang tidak mau ikut, kan bisa berbicara dengan Ibu. Tidak perlu disembunyikan seperti itu." Aku berkata dengan mata berkaca-kaca.Aku sedih mengetahui semua ini. Kertas tadi berisi persetujuan orang tua untuk ikut study tour ke Yogyakarta. Arya memilih tidak ikut. Aku tahu ia pasti memikirkan biayanya."Maafkan Ibu yang tidak mampu memenuhi ke

    Last Updated : 2023-04-21
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Jatuh Cinta?

    Bu, Kak Arya bawa martabak, nih," teriak Adiva. Berarti Arya sudah pulang. "Iya, sebentar." Aku menjawab teriakan Adiva.Aku pun mengakhiri pembicaraan dengan Lisa. Hatiku terasa lega karena Lisa mau membantuku. Semoga rencanaku berhasil. Aku yakin, Dinda tidak menyadari kalau sudah masuk ke dalam perangkap ku.Maafkan aku Mas, sebenarnya aku tidak memiliki niat jahat untuk kalian. Tapi sepertinya kalian, terutama Dinda, sengaja membuatku marah. Lihatlah Mas, sebentar lagi kamu akan merasakan akibatnya. Ingin aku tertawa jahat, seperti gambar setan yang memiliki tanduk. Tapi nanti malah menimbulkan pertanyaan di benak anak-anak. Jangan-jangan mereka malah mengira kalau ibunya sedang konslet otaknya. Bismillah, walaupun berniat jahat tapi aku tetap mengharapkan ridho dari Allah. Semoga Allah mengampuni perbuatanku ini.***Pagi ini aku sibuk dengan kegiatan di dapur. Aku berencana membuat pempek untuk dibawa Arya ke tempat kerjanya. Semua bahan sudah aku siapkan dari kemarin. Cuka pe

    Last Updated : 2023-04-22
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tiga Sepuluh Ribu

    "Mas...Mas Fahmi gimana sih. Nggak jadi deh aku beli baju," gerutu Dinda yang berlari mengikuti kami. Wajahnya tampak merajuk manja, tangannya langsung menggelayut di lengan Mas Fahmi. Aku jadi jijik melihatnya."Pak Fahmi, kalau mau mencari istri, cari yang lebih bagus dari Ibu saya. Jangan yang model seperti ini. Kalau ini sih murahan, di pinggir jalan banyak. Tiga sepuluh ribu," ejek Adiva.Aku tersenyum mendengar perkataan Adiva. Dinda tampak sangat marah."Hei anak kecil. Tahu apa kamu? Aku bukan murahan seperti yang kamu katakan," seru Dinda dengan marah."Kalau bukan murahan, ngapain kamu menggoda suami orang? Ingat suami menunggu di rumah?" ejek Adiva lagi.Dinda merah padam mukanya."Punya otak tuh dipakai, ondel-ondel. Kamu pikir aku akan menangis mendapat kiriman foto darimu? Maaf ya, justru itu akan aku jadikan bukti perselingkuhan kalian. Ayo pergi, Nak," ajakku pada Adiva.Aku menarik tangan Adiva dan mengajaknya berjalan menuju ke rumah makan terdekat. Untuk menenangkan

    Last Updated : 2023-04-24
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Kasmaran Boleh, Goblok Jangan

    "Kok Ibu malah tertawa?" tanya Arya dengan heran."Ini lho, ucapan tiga sepuluh ribu ikutan viral," jawabku sambil tersenyum."Ada apa sih," tanya Adiva yang baru keluar dari kamar mandi. Adiva mendekati kami.Aku langsung menyerahkan ponsel Arya pada Adiva. Ternyata Adiva juga ikutan ngakak."Kalau tadi Kakak lihat, muka pelakor itu sudah kayak kepiting rebus. Menahan amarah, apalagi Pak Fahmi nyuekin dia," kata Adiva."Pak Fahmi?" tanya Arya."Emang salah?" Adiva balik bertanya."Ayah," jawab Arya."Bukan Ayah Adiva. Tapi Pak Fahmi. Adiva sudah tidak mengakuinya sebagai Ayah. Nanti kalau Adiva menikah, Kak Arya yang jadi wali nikahnya," kata Adiva dengan tegas."Cie...cie...yang mau menikah," godaku."Ih, Ibu apaan sih. Ibu tuh yang malu-maluin. Ngalahin ABG yang sedang kasmaran," ledek Adiva.Aku tertawa, tinggal Arya yang kebingungan sendiri."Kamu dapat video itu dari mana?" tanyaku."Ada yang mengirimnya, Bu. Tadi heboh juga di kantor. Arya nggak habis pikir, kok Ayah bisa seper

    Last Updated : 2023-04-25
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Video Viral

    "Oh, itu ya? Memang itu kejadian kemarin. Hanum dan Adiva sedang jalan di mall, ternyata ada Mas Fahmi bersama perempuan. Perempuan itu selingkuhannya Mas Fahmi sebelum Mbak Hani. Mereka memutuskan hubungan setelah skandal mereka terexpose. Setelah tahu kami akan bercerai, perempuan itu semakin gencar lagi mendekati Mas Fahmi. Mereka adalah teman sekantor."Wajah Mas Hanif terlihat kecewa mendengar perkataanku tadi. "Mas benar-benar nggak nyangka kalau Fahmi seperti itu.""Hanum juga baru tahu, ketika Hanum ke kantor Mas Fahmi untuk mediasi masalah perceraian.""Sudah sampai dimana berkas perceraianmu?" "Nggak tahu, Mas. Katanya masih di BKD. Yang jelas belum sampai ke pengadilan agama.""Kamu harus sabar ya? Mudah-mudahan prosesnya tidak terlalu lama. Kalau ada apa-apa, bicara sama Mas. Jangan semuanya dipendam sendiri. Jaga sikap dan kelakuan di tempat umum. Jangan sampai terjadi seperti itu lagi."Aku hanya mengangguk. Senang sekali rasanya, ada yang memperhatikanku seperti ini.

    Last Updated : 2023-04-26
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Ibu Mertua Sakit

    Hari ini aku dipanggil pihak yayasan tempatku bekerja, terkait masalah video viral. Semoga saja tidak berakibat fatal, karena bukan aku yang memulai pertengkaran dan bukan aku juga yang menyebarkan video itu."Bu Hanum sudah tahu kan, kenapa saya panggil kesini?" tanya Bu Vita selaku staf sdm di yayasan. "iya, Bu.""Bisa Ibu menjelaskan kejadian itu?" tanya bu Vita lagi.Aku mengangguk dan mulai menjelaskan duduk permasalahannya. aku berada di ruangan Bu Vita, hanya berdua dengan beliau. jadi bisa leluasa untuk bercerita.aku mencoba mati-matian untuk menahan emosi dan air mata. karena ini sama saja dengan membuka aib rumah tanggaku sendiri. Tampak Bu Vita manggut-manggut dan terkadang raut wajahnya sendu. bagaimanapun juga beliau adalah seorang perempuan, yang pasti mudah terbawa perasaan."Nggak usah ditahan, Bu hanum. kalau mau menangis, silahkan. mungkin saja bisa mengurangi sedikit beban di pundak Bu Hanum.""Iya Bu.""Saya turut prihatin atas masalah di rumah tangga Bu Hanum. s

    Last Updated : 2023-04-27
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menguras Energi Dan Emosi

    "Hanum!" panggil Ray. Aku pun menghentikan langkahku. Ia berjalan mendekatiku."Dari mana?" tanya Ray."Habis besuk orang sakit.""Oh kirain sengaja mencariku." Ray tersenyum meledekku.Ini orang pede banget ya? Mentang-mentang ganteng, hidupnya mapan dan merupakan duda cerai hidup."Memangnya boleh sengaja mencarimu?" tanyaku menggodanya."Boleh dong, nggak ada yang melarang kok." Lagi-lagi sosok didepanku ini tersenyum manis yang membuatku klepek-klepek. Hanum, nyadar dong, kamu tuh nggak selevel dengannya. Berbagai pikiran melintas di otakku. Jangan sampai otakku error' di depan makhluk ini, aku menggelengkan kepala."Kenapa kok geleng-geleng kepala?" "E..enggak apa-apa," sahutku dengan gugup.Perempuan yang tadi berbicara dengan ray berjalan mendekati kami."Siapa dia, Mas?" tanya perempuan itu."Frida, kenalin. ini Hanum," kata Ray. Ia menatapku dari ujung kepala sampai ujung kaki, membuatku sangat risih. Tatapan sinisnya seolah-olah mengejekku. kok aku sensitif banget ya?Aku

    Last Updated : 2023-04-28
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bertemu Dengan Dinda

    "Saya dengar Mbak Hanum mengajukan perceraian dengan Pak Fahmi ya?" tanya Adrian."Iya.""Tidak memilih bertahan dengannya?"Aku menggelengkan kepala."Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan saya untuk berpisah. Anak-anak saya juga sudah besar, mereka memahami kondisi ini dan menghargai segala keputusan saya.""Mbak Hanum masih tinggal bersama Pak Fahmi, kan?""Enggak. Saya dan anak-anak sudah keluar dari rumah itu.""Hmm, pantas saja Dinda dan Pak Fahmi sekarang tambah dekat. Beberapa Minggu yang lalu, saya lihat motor Dinda keluar dari rumah, Pak Fahmi. Tentu saja saya tidak mencurigainya, karena saya pikir di rumah itu ada Mbak Hanum, jadi nggak mungkin berbuat macam-macam. Ternyata mereka malah merasa bebas." Adrian berkata dengan geram.Aku kaget mendengar mendengar ucapan Adrian. Berarti Mas Fahmi dan Dinda bertemu di rumah kami yang dulu? Aku yakin pasti mereka melakukan zina, nggak mungkin hanya ngobrol saja. Sedangkan mereka hanya berdua di rumah itu. Sungguh-sungguh sanga

    Last Updated : 2023-04-29

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status