Share

Hanum Pencemburu?

Author: YuRa
last update Last Updated: 2022-12-23 12:34:40

Aku melihat ke ponselku. Jantungku serasa mau lepas dari tempatnya, setelah melihat foto dari Wita. Tampak Mbak Hani sedang duduk berdua dengan Mas Fahmi. Tangan Mbak Hani menggenggam tangan Mas Fahmi.

Wita langsung menarik tanganku, mengajakku berjalan ke belakang. Aku berusaha menahan air mataku supaya tidak terjatuh. Aku duduk di kursi yang ada di teras belakang, Wita ada di depanku. Aku membuka ponsel Mas Fahmi, dan menunjukkan pada Wita. Wita langsung mengutak-atik ponsel Mas Fahmi. Beberapa kali matanya membulat, mungkin membaca pesan-pesan atau foto perempuan.

Drtt...drtt ponsel Mas Fahmi berbunyi.

"Angkat saja," kataku.

"Halo," Wita menjawab panggilan dari ponsel Mas Fahmi.

"Halo, jangan main-main, ya?" sahut Wita.

".............."

"Nggak ada. Kamu siapa?"

".............."

"Oh, gundiknya ya? Mau-maunya jadi gundiknya Mas Fahmi. Nanti kalau dia sudah bosan, kamu pasti akan dibuangnya."

"..............."

"Cinta? Bukan cinta tapi nafsu. Dasar perempuan nggak punya otak."

"Ya, dim
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Privasi

    Tiba-tiba Mas Fahmi bergabung dengan kami. Arkan kemudian mengikutinya. Tadi aku lihat ia asyik ngobrol dengan Arkan, suami Wita. Wita dan Arkan memiliki anak laki-laki kembar, yaitu Bintang dan Surya. Mereka masih kelas tujuh SMP. Keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing. Anak jaman sekarang, tidak bisa lepas dari gadgetnya. Entah kenapa Ibu kok ngotot membela Mas Fahmi ya? Atau jangan-jangan Ibu sudah tahu kalau selingkuhan Mbak Hani itu adalah Mas Fahmi. Soalnya waktu itu beliau pernah bilang, sepertinya kenal dengan selingkuhan Mbak Hani. Atau Ibu sebenarnya shock melihat anaknya selingkuh, jadi mencari kambing hitam atas kelakuan anaknya. Dengan menuduh aku terlalu cemburu? Aku sangat bingung dengan sikap Ibu, sepertinya kita sekarang berada di tempat yang berbeda, ya Bu. Saling berlawanan. "Ada apa ini? Kok sepertinya sedang berbicara serius?" tanya Mas Fahmi."Nggak ada apa-apa kok Mas," jawab Fariz, mungkin biar suasana menjadi adem.Ibu tampak terdiam sambil menatap tajam

    Last Updated : 2022-12-24
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Diusir

    "Hanya pergi berdua kan? Siapa tahu itu teman kerjanya. Tidak ada indikasi kalau ayahmu selingkuh. Dasar ibumu saja yang membesar-besarkan." Ibu tetap membela Mas Fahmi. Aku sudah sangat kesal dengan Ibu. Sepertinya ia tetap membenarkan kelakuan Mas Fahmi. "Maaf Ibu, kenapa Ibu membela Mas Fahmi terus? Apa Ibu memang sudah tahu kalau Mas Fahmi berselingkuh? Jadi Ibu berusaha menutupinya?" tanyaku pada Ibu."Arya dan Adiva, tolong keluar dulu, ya? Ini pembicaraan orang dewasa. Terima kasih untuk informasinya tadi. Sekarang temani Bintang dan Surya di ruang tamu, ya?" ucap Ayah dengan lemah lembut, mungkin supaya Arya dan Adiva tidak tersinggung.Bagaimanapun juga, pasti anak-anak akan membela aku. Mereka menatapku. "Turuti kata Eyang Kung ya? Ibu baik-baik saja, kok," kataku meyakinkan mereka.Arya dan Adiva mengangguk dan segera meninggalkan kami. "Ayah sangat kecewa. Sebenarnya ini adalah hari ulang tahun Ayah. Ayah meminta kalian berkumpul untuk bersenang-senang, eh malah terjad

    Last Updated : 2022-12-25
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pengacau?

    Mas Fahmi hanya terdiam saja ketika ibunya menyebutku pengacau. Dasar laki-laki tidak punya hati. Melihat istrinya direndahkan oleh ibunya, boro-boro mau membela. Bisanya hanya diam. Ah, laki-laki lemah yang berlindung di bawah ketiak ibunya. Tentu saja Mas Fahmi tidak membelaku. Aku kan orang lain yang hanya terikat pernikahan saja. Kesal sekali rasanya mendengar kata-kata Ibu seperti itu. Arya tampak tidak suka melihat Ibu yang berkata-kata dengan merendahkanku."Kenapa? Kamu tidak suka kalau Eyang Ti menyebut ibumu itu pengacau? Mau marah? Atau tidak terima? Memang kenyataanya seperti itu, kok." Ibu berteriak pada Arya. Arya sudah mau emosi. Kugenggam tangannya untuk meredakan emosi. "Nggak usah, kami berani kok pulang. Hujan itu hanya air, bukan hujan batu, jadi nggak masalah. Ayo Nak, kita pulang. Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam. Sambil menarik tangan Arya. Syukurlah Arya tidak meluapkan emosinya tadi. Bisa berbahaya kalau sampai terjadi."Waalaikumsalam." Kudengar Fari

    Last Updated : 2022-12-26
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Jangan Emosi

    Aku segera membukakan pintu, begitu melihat siapa yang datang."Masuk, Mas," ajakku pada Mas Hanif.Mas Hanif mengikutiku masuk ke dalam rumah. Ada apa ya Mas Hanif pagi-pagi sudah kesini? Pasti ada sesuatu yang penting."Kok sepi? Sudah berangkat semua ya?" tanya Mas Hanif. Ia segera duduk di ruang keluarga."Iya, Mas. Tumben Mas Hanif pagi-pagi sudah kesini? Ada apa?" tanyaku spontan."Pengen ketemu saja. Dari tadi malam Mas kok merasakan tidak enak tentang kamu. Takut terjadi sesuatu sama kamu. Kamu nggak apa-apa, kan?" kata Mas Hanif dengan suara yang terdengar khawatir.Apa Mas Hanif memiliki kontak batin yang kuat denganku ya? Aku sangat terharu dengan kata-kata Mas Hanif."Nggak apa-apa, kok Mas. Cuma tadi malam vertigo kambuh, terasa berputar-putar. Alhamdulillah, sesudah minum obat pusingnya hilang," kataku."Tapi kamu tampak pucat, sudah ke dokter?" "Belum, tapi sekarang aku sudah sehat kok, Mas.""Jangan disepelekan lho, takutnya nanti malah berakibat lebih serius.""Iya,

    Last Updated : 2022-12-29
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Harus Jujur

    "Hanum...Hanum…." Kudengar suara Mbak Hani memanggilku. Aku sangat hafal dengan suaranya. Mbak Hani, Mbak Hani, apa sih sebenarnya maumu? Mau merebut Mas Fahmi dari tanganku? Ya silahkan! Tentu saja aku hanya berani berkata dalam hati. HihihiAku masih terdiam tanpa kata. Aku takut menghadapinya, karena hanya sendirian. Mbak Hani itu pintar berakting. Pasti ia pintar memutar balikkan fakta. Ponselku menyala, kulihat Mbak Hani yang memanggil. Untung saja tadi ponsel aku silent, jadi nggak kedengaran.Setelah panggilan berhenti, aku meraih ponselku. Segera aku kirim pesan pada Mas Hanif.[Mas, Mbak Hani ada di depan rumahku. Memanggil-manggil aku, tapi aku diam saja.][Kalau kamu sendirian, nggak usah keluar atau menemuinya. Ia suka nekat orangnya.][Oke, Mas.]Aku tetap berdiam diri di dalam rumah. Entah Mbak Hani masih diluar atau tidak. Kudengar suara motor Arya, berarti Arya sudah pulang. Kulihat jam, memang waktunya Arya pulang. Ternyata aku tadi tertidur. Aku segera keluar dari

    Last Updated : 2023-01-06
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Porak Poranda

    "Selama ini Hanum sudah menjadi istri yang patuh pada suami. Mas Fahmi pun tidak pernah mengeluh dengan perlakuan Hanum padanya. Tapi kehadiran orang ketiga ini, membuat keluarga Hanum porak poranda. Hanum sebenarnya tidak percaya dengan semua ini. Tapi Arya dan Adiva juga mengetahuinya, malah mereka lebih tahu lebih dulu. Hanumlah orang terakhir yang tahu tentang perselingkuhan ini." Aku berkata sambil meneteskan air mata."Mungkin memang Mas Fahmi sudah bosan dengan Hanum, atau Hanum yang sudah tidak menarik lagi baginya. Ketika kami berada di rumah orangtuanya, terbongkar perselingkuhannya. Tapi ibunya Mas Fahmi malah marah-marah, katanya Hanum yang terlalu cemburu, hingga bikin fitnah menuduh Mas Fahmi selingkuh. Sampai-sampai Hanum diusir, akhirnya malam-malam kami bertiga pulang naik taksi. Fariz mau mengantar, dilarang sama Ibu. Sejak malam itu Mas Fahmi belum pulang ke rumah." Aku menghela nafas lagi. Berusaha meredam emosiku. Bapak dan Ibu hanya terdiam mendengar ceritaku. E

    Last Updated : 2023-01-22
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hanya Mengingatkan

    "Bapak belum bisa memikirkannya. Kalau kita usir dari rumah, nanti malah keenakan dia. Bisa-bisa Fahmi mengontrak rumah untuk Hani dan mereka akan semakin bebas. Mereka akan mengaku kalau sudah menikah siri," kata Bapak.Aku tercekat mendengar kata-kata Bapak. Apa yang diucapkan Bapak tadi ada benarnya juga. Kalau seandainya mereka benar-benar menikah siri, apa yang harus aku lakukan? Apakah aku hanya diam saja? Atau melaporkan Mas Fahmi kepada atasannya? Aku jadi pusing sendiri."Kalau misalnya Mas Fahmi dan Mbak Hani benar-benar menikah siri, Hanum harus bagaimana?" tanyaku.Semua menatapku, mencoba mencerna kata-kataku."Kalau kamu bercerai dengan Fahmi, keenakan dia. Kamu dan anak-anak tidak akan mendapat nafkah darinya. Walaupun pengadilan memutuskan bahwa Fahmi harus memberi nafkah, tapi kenyataan di lapangan, itu tidak akan terjadi. Mungkin bulan pertama dan kedua, masih mau memberi nafkah, tapi selanjutnya? Pasti istri barunya nggak ikhlas, kalau Fahmi masih menafkahi mantan i

    Last Updated : 2023-01-29
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Fahmi Sakit

    "Mau menamparku? Silahkan!" tantangku.Mas Fahmi menurunkan tangannya dengan kasar. "Terus kenapa sekarang kok Mas malah pulang?" tanyaku."Ini rumahku, aku berhak atas rumah ini. Nanti kamu yang akan aku usir dari rumah ini.""Silahkan saja kalau mau mengusirku. Tapi aku akan melaporkan Mas ke atasan dan melaporkan ke BKD lalu inspektorat. Biar Mas dipecat. Baru tahu rasa.""Kamu berani melakukan itu?" tantang Mas Fahmi."Berani. Aku punya teman yang kerjanya di BKD, aku yakin pasti dia mau membantuku."Mas Fahmi terdiam."Kenapa diam? Takut dipecat ya? Aku punya banyak bukti yang nanti akan memberatkan Mas. Apa yang akan Mas lakukan kalau Mas dipecat dari PNS? Mau kerja apa? Jadi kuli? Apa Mas yakin kalau Mas jadi kuli, Mbak Hani masih mau dengan Mas?" Aku sudah merasa capek berdebat dengan Mas Fahmi. Tidak akan ada penyelesaiannya. Aku segera masuk ke dalam kamar dan berusaha untuk tidur. Perasaanku sudah mulai hambar. Aku mulai berpikir untuk mengikuti saran Mas Hanif. Aku akan

    Last Updated : 2023-02-01

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status