Share

Fahmi Mengamuk

Author: YuRa
last update Last Updated: 2023-05-14 06:50:40

Aku tampar muka Mas Fahmi. Ia tampak terkejut, mungkin tidak menyangka aku akan berani dengannya.

"Kamu sudah berani denganku? Dasar perempuan tak tahu diri."

Plak! Plak! Mas Fahmi menampar kedua pipiku. Aku memegang pipiku yang terasa panas. Tak terasa aku meneteskan air mata. Baru sekali ini Mas Fahmi menamparku.

"Kamu puas Mas menamparku. Ayo tampar aku lagi, biar kamu benar-benar merasa puas."

"Kamu yang kurang ajar, berani-beraninya menamparku."

"Sudah, Mas, pergi saja dari sini. Aku sangat muak melihatmu."

Mas Fahmi kelihatan semakin emosi.

"Aku kesini mau bertanya tentang sertifikat rumah dan tanah. Kamu yang membawanya, kan?" tanya Mas Fahmi. Ia segera masuk ke kamarku, aku mengikutinya. Kemudian Mas Fahmi mendekati lemari baju.

"Keluar, Mas. Apa yang kamu lakukan?" teriakku.

"Aku mau mengambil punyaku. Sertifikat rumah itu punyaku."

"O ya? Apakah hanya kamu yang mengeluarkan uang? Ingat, ada uang Bapak di rumah itu. Keluarlah Mas."

Mas Fahmi mendorongku dengan keras, aku terp
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
nah nurut Hanif num biar Fahmi tidak se enaknya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Status Baru

    Aku segera mendekat ke cermin, aku kaget, ternyata mukaku sudah tidak karuan. Kedua pipiku terlihat memerah seperti memar. Aku mengelus kedua pipiku, sakit di pipiku tidak sesakit hatiku. "Ibu nggak apa-apa, kok," kataku sambil mengelus pipi."Tadi Ayah kesini, tapi karena Arya sangat mengantuk, Arya tidak bisa menemani ngobrol.""Oh, tadi Ayah kesini, mau mengajak Arya tinggal bersama Ayah.""Kenapa?" tanya Arya."Menurut Ayah, Ibu nggak becus mengurus kamu. Karena melihatmu sampai sakit seperti ini." Aku berkata dengan pelan dan penuh emosi. "Maafkan Arya, Bu. Semua ini kesalahan Arya. Andai Arya tidak berkelahi, pasti tidak akan seperti ini.""Ibu tahu kamu berkelahi karena membela Ibu, kan? Ibu bangga denganmu. Ketika harga diri Ibu diolok-olok orang, kamu membela Ibu mati-matian.""Ibu tahu?""Iya, walaupun kamu tidak jujur dengan Ibu. Ibu tahu semuanya. Mulai besok, kamu nggak usah kerja di tempat Om Duta lagi. Tadi Ibu kesana untuk berpamitan dengan Om Duta.""Kenapa, Bu?""K

    Last Updated : 2023-05-15
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bahagia Bertiga

    Makanan yang kami pesan pun datang, tapi aku heran, kok banyak yang dipesan Mas Hanif? Ada lima porsi makanan. Tongseng kambing tiga porsi, sate ayam dan sate kambing, masing-masing satu porsi."Banyak sekali yang mas pesan," komentarku ketika melihat meja penuh dengan makanan. Selesai aku berbicara, bersamaan dengan kedatangan Mas Akbar."Mas mengundang Akbar untuk merayakan status barumu," kata Mas Hanif."Apa kabar, Hanum," sapa Mas Akbar yang baru datang, kemudian Mas Hanif pindah duduk di sampingku. Mas Akbar duduk di depan kami."Alhamdulillah, kabar baik, Mas," jawabku."Ayo makan dulu, baru nanti ngobrol-ngobrol lagi," ajak Mas Hanif.Mas Hanif dan Mas Akbar makan sambil ngobrol, aku hanya menyimak obrolan seru mereka. "Selamat ya, Num, atas status barunya. Aku yakin pasti banyak laki-laki yang mau mendekatimu," kata Mas Akbar."Tapi kamu harus selektif ya, jaga sikap dan pergaulan. Statusmu itu sangat rentan jadi omongan orang. Kalau memang tidak terlalu penting, hindari per

    Last Updated : 2023-05-16
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Teman Baik

    "Mbak, aku minta maaf atas kejadian itu. Sebenarnya Harry disuruh oleh Frida. Aku tahu rencana itu, tapi tidak berani menolak permintaan Frida. Soalnya kalau aku tidak menuruti Frida, pasti ia mengungkit-ungkit segala kebaikan keluarganya. Tapi sekarang Mas Duta sudah memecat Harry. Beberapa karyawan memang tidak menyukai Harry. Mungkin karena merasa keponakanku, jadi ia berlaku seenaknya," kata Lily menjelaskan padaku. Aku sudah menduga semua ini. Begitu cintanya Frida dengan Ray, sampai ia berbuat nekat. Perempuan yang sangat agresif."Pasti ada hubungannya dengan Ray, kan?" tanyaku."Iya, Mbak." Lily berkata pelan."Jujur saja, aku nggak ada hubungan apa-apa dengan Ray. Dia itu temannya Opik. Aku juga kenalnya di rumah sakit karena dikenalkan oleh Opik. Ternyata Frida ngebet sekali ya ingin mendapatkan Ray.""Iya, Mbak. Dari dulu Frida itu akan berusaha mati-matian untuk mendapatkan keinginannya. Bahkan dulu Frida pernah pacaran, akhirnya putus karena pacarnya nggak sanggup dengan

    Last Updated : 2023-05-17
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Perempuan Mandiri

    "Aku juga minta maaf, aku sengaja tidak memberitahumu. Aku tidak mau merepotkanmu, sedangkan kamu sendiri memang benar-benar sibuk. Aku tidak mau menambah beban pikiranmu," kataku sambil menghapus air mataku yang ikut menetes."Enggak, Num. Kamu enggak pernah merepotkanku. Aku justru senang kalau kamu mau berbagi cerita denganku. Setidaknya kamu tidak sendirian, ada aku yang akan selalu menemanimu. Kita sudah bersama puluhan tahun, sudah begitu kenal karakter masing-masing. Tidak ada yang namanya merepotkan. Tapi saling membantu. Kita ini sudah seperti saudara, bukan hanya teman." Aku sangat terharu dengan kata-kata Opik. Benar kalau kami bukan hanya berteman, tapi sudah seperti saudara. Seharusnya memang aku menceritakan semua pada Opik."Ada Mas Akbar dan Mas Hanif yang mengurus perceraianku. Makanya prosesnya cepat. Kebetulan Mas Akbar bertindak sebagai mediator waktu kami bermediasi."Opik hanya manggut-manggut saja mendengar ceritaku."Kamu masih tinggal di rumah kontrakan?" tan

    Last Updated : 2023-05-18
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Melaporkan Ke Polisi?

    "Maaf, Mbak. Apa Mas Fahmi masih menafkahi anak-anak?" tanya Zahra dengan pelan."Enggak pernah lagi. Sudah beberapa bulan ini tidak pernah memberi uang. Tapi aku sudah bicara dengan anak-anak, jangan berharap uang dari ayahnya. Kalau diberi, ya diterima. Tapi jangan pernah minta.""Tapi kan itu haknya anak-anak mendapat nafkah dari ayahnya.""Mas Fahmi sendiri sudah pernah bilang, kalau anak-anak ikut aku ia lepas tangan. Kalau aku sih yakin, rezeki itu selalu ada asal kita mau berusaha.""Mbak hebat. Semoga Mbak selalu sehat dan bisa mendampingi anak-anak hingga dewasa nanti," ucap Zahra yang membuatku terharu."Terima kasih untuk doanya. Aku yakin semua ini sudah ketentuan dari Allah. Kita tinggal menjalaninya.""Mbak, maaf kalau aku terlalu lancang. Apa benar rumah Mbak dijual?" tanya Zahra."Iya, uangnya dibagi dua dengan Mas Fahmi. Alhamdulillah, ada simpanan untuk anak-anak kuliah nanti.""Alhamdulillah ya Mbak? Waktu mendengar kabar itu, Ibu marah, katanya rumah itu nggak bole

    Last Updated : 2023-05-19
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Resiko Menjadi Janda

    "Terus kita harus bagaimana? Mas Fahmi kemana sekarang? Ia sudah tahu belum surat panggilan itu?" cecar Fariz."Fahmi sudah tahu, eh malah dia pergi," sahut Ibu dengan kesal."Tuh kan? Yang punya masalah saja, orangnya santai. Kok malah Ibu yang repot? Terus apa tanggapan Ayah?" Fariz menimpali ucapan Ibu."Ayah ya kayak kamu. Nggak peduli dengan apa yang akan terjadi pada Fahmi. Kamu ada teman di Polsek nggak?" tanya Ibu."Untuk apa?" jawab Fariz."Biar Fahmi nggak usah ke kantor polisi.""Bu, biarkan saja Mas Fahmi menjalani semuanya. Nanti kalau tuduhan tidak terbukti, Mas Fahmi nggak akan dipenjara. Besok kan hanya dimintai keterangan," kata Fariz menenangkan ibunya."Tapi semua tuduhan itu benar adanya. Ibu pikir Fahmi menikah siri dengan janda. Nggak tahunya dengan istri orang. Berarti mereka membohongi Ibu. Awas saja kamu, Fahmi," kata Ibu dengan marah, karena merasa dibohongi. "Waktu mereka menikah, Ibu tahu nggak? Atau Ibu malah menghadiri akad nikah mereka?" tanya Fariz."K

    Last Updated : 2023-05-20
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Punya Harga Diri

    Sampai di rumah, sudah ada perempuan yang menungguku di depan pintu. Perempuan muda yang sangat anggun."Maaf, Mbak. Mencari siapa?" tanyaku dengan sopan."Bu Hanum ya?" "Iya saya sendiri. Ada perlu apa, Mbak?" tanyaku sambil membuka pintu rumahku."Mari masuk," ajakku. Apa perempuan ini yang dikatakan Bu Ani tadi ya?Perempuan itu pun masuk ke dalam rumahku, ia melihat-lihat ruang tamu. Kemudian aku mempersilahkan untuk duduk di karpet yang ada."Perkenalkan saya Desti, istrinya Mas Akbar." Aku kaget mendengarnya, setahuku Mas Akbar itu seorang duda yang istrinya meninggal. Apa Mas Akbar sudah menikah lagi ya? "Kaget ya? Benar sekali, Mas Akbar sudah menikah lagi dengan saya," ucap Desti seolah-olah ia tahu apa yang aku pikirkan."Ooo, terus maksud kedatangan Mbak Desti?" tanyaku.Ia menunjukkan foto-foto ketika aku, Mas Hanif dan Mas Akbar sedang makan di rumah makan. Tapi yang difoto hanya tampak fotoku dan fotonya Mas Akbar saja."Bu Hanum, saya tahu kalau Bu Hanum itu seorang j

    Last Updated : 2023-05-21
  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Bukan Urusan Saya

    "Aku lakukan semua ini karena takut kamu akan meninggalkanku. Kamu selama ini selalu cuek sama aku, bahkan kamu belum pernah menyentuhku," ucap Desti sambil sesenggukan. Aku sangat kaget mendengar ucapan Desti. Jadi mereka menikah tapi belum saling menyentuh?"Itu urusan rumah tangga kita. Kenapa kamu umbar? Aku kan sudah bilang, kalau aku butuh waktu untuk menyiapkan diri menjadi suamimu. Tidak semudah itu aku melupakan almarhumah istriku."Kulihat Mas Akbar berkata dengan wajah yang sedih. Aku tahu kalau Mas Akbar sangat mencintai istrinya. Istrinya meninggal ketika melahirkan anak keduanya, anaknya selamat, tapi istrinya tidak tertolong. Aku nggak tahu sudah berapa lama istrinya meninggal."Hanif, Hanum, maafkan kelakuan Desti. Aku pastikan Desti tidak akan mengganggumu lagi, Num." Mas Akbar berkata sambil menatapku.Aku hanya mengangguk."Ayo pulang, kita selesaikan masalah di rumah, bila perlu kita selesaikan juga pernikahan kita ini," ajak Mas Akbar sambil menarik tangan Desti.

    Last Updated : 2023-05-22

Latest chapter

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Baby Boy (Ending)

    Kondisi kesehatan Mbak Hani sudah mulai membaik, Mbak Hani juga sangat menerapkan gaya hidup yang sehat. Tentu saja kami semua bahagia mendengarnya. Mbak Hani juga memiliki semangat yang tinggi untuk sehat. Ia ingin menjadi Mama yang baik untuk Nadya.Arya dan Nadya juga sudah mulai kuliah di kampus yang sama tapi beda fakultas. Aku meminta Arya untuk menjaga Nadya. Ternyata benar dugaan Mbak Hani, Mas Kevin tidak mau membiayai Nadya kuliah. Dengan berbagai macam alasan. Untung saja Mbak Hani sudah menyiapkan semuanya.Untuk Arya, aku juga patut bersyukur. Mas Fahmi membantu biaya masuk kuliah. Arya juga bercerita kalau Yang Kung beberapa kali mentransfer uang untuk biaya hidup bulanan. Padahal kalau mereka tidak mau membantu biaya kuliah, Mas Ray juga sudah menyiapkannya. Hubungan kami dengan keluarga Mas Fahmi juga sangat baik. Beberapa kali aku mengajak Mas Ray ke rumah orang tua Mas Fahmi. Alhamdulillah mereka menerima kami dengan baik.Kehamilanku sendiri sudah memasuki bulan ke

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Masih Sayang

    "Mas, ada fans berat tuh," kataku pada Mas Ray."Boleh Mas samperin dia?""Boleh, siapa takut." Kami pun berjalan menuju ke arah dokter Vanya yang sedang berbincang dengan dokter Ismail dan seseorang."Gandengan terus," ledek seseorang yg tidak aku kenal."Iya, dong. Truk aja gandengan, masa kita enggak." Mas Ray berkata sambil tertawa. Dokter Ismail dan orang itu tertawa, sedangkan dokter Vanya hanya terdiam saja."Selamat ya Ray, bentar lagi punya bayi?" kata dokter Ismail. "Terimakasih dokter.""Cepet bener hamilnya, jangan-jangan sudah…." Dokter Vanya menggantung ucapannya."Hush nggak boleh ngomong gitu," potong dokter Ismail."Biarlah dokter, hanya kami berdua dan Allah yang tahu. Kami menikah sudah tiga bulan dan istri saya hamil dua bulan." Mas Ray menjelaskan.Kami pun berpamitan pada dokter Ismail.Sampai dirumah sudah ada Mama sama Papa yang duduk di ruang keluarga. Adiva sedang menghidangkan minuman."Diminum Opa, Oma," kata Adiva."Terima kasih ya sayang," jawab Mama.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Hamil

    "Baru saja Hani mau manggil Bapak dan Ibu, nggak tahunya sudah keluar," kata Mbak Hani."Anak-anak kemana, Mbak?" tanyaku pada Mbak Hani."Tadi katanya mau keluar sebentar, entah kemana.""Naik apa?" tanyaku lagi."Jalan kaki."Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Menikmati makanan buatan Mbak Hani dan bercerita tentang berbagai hal."Hani, kamu semangat ya, ikuti semua anjuran dokter. Ibu akan selalu mendukungmu," kata Ibu dengan tersenyum."Iya, Bu. Hani senang melihat Ibu bisa tersenyum lagi. Tadi Hani sempat merasa kalau Hani yang membuat Ibu bersedih. Senyum Ibu membuat Hani menjadi bersemangat." Mbak Hani menimpali."Kami semua disini mendukungmu. Selain berusaha jangan lupa juga berdoa dengan yang di atas. Semua terjadi karena izin dari Allah," kata Bapak."Iya, Pak. Hani terharu. Terima kasih untuk semua doa dan dukungannya. Hani sangat semangat untuk sembuh, demi Nadya, keluarga kita dan tentu saja demi Hani sendiri," kata Mbak Hani."Mbak, kami semua ada untuk Mbak Hani,"

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Memberi Dukungan

    Ceklek! Pintu pun dibuka."Ada apa Pa?" tanya Lea. Adiva pun memegang tanganku.Aku nggak tahu apa yang diucapkan Mas Ray pada anak-anak. Aku tidak bisa fokus. Aku tetap menangis, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. Yang kuingat hanyalah suara Adiva memanggilku."Ibu," panggil Adiva, ketika aku membuka mata. Mas Ray dan anak-anak ada di dekatku. Aku masih mencoba mengingat-ingat apa yang telah terjadi. Aku pun menangis ketika mampu mengingat lagi apa yang terjadi."Ayo ke rumah Bapak," ajakku pada Mas Ray.Mas Ray menggelengkan kepalanya. Aku mencoba beranjak dari tidurku, tapi kepalaku sangat sakit. "Kenapa, Bu?" tanya Arya."Pusing.""Aku mau ke rumah Bapak. Arya, antar Ibu ke rumah Akung," kataku dengan kesal karena Mas Ray tidak menuruti permintaanku.Kulihat Arya seperti kebingungan, mungkin dia ingin mengantarku, tapi takut pada Mas Ray.Mas Ray menatap tajam padaku, aku segera memalingkan wajahku. "Sayang, lihat Mas."Aku masih kesal dengannya."Lihatlah Ibu kalian kalau mer

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Butuh Waktu

    Aku mengajak Mbak Hani ke kamar Ibu untuk melihat kondisi Ibu. Kulihat Mas Ray baru saja selesai memeriksa tekanan darah Ibu. "Bagaimana Ibu, Mas?" tanyaku pada Mas Ray."Ibu hanya shock saja, semua butuh proses. Sepertinya Ibu belum bisa menerima sebuah kenyataan. Tekanan darah agak naik sedikit. Apa Ibu punya penyakit hipertensi?" tanya Mas Ray."Enggak ada," jawab Bapak."Kita tunggu sebentar lagi, mudah-mudahan segera siuman," kata Mas Ray. Aku dan Mbak Hani duduk di tepi tempat tidur."Maafkan Hani, Bu." Mbak Hani masih saja menangis."Semua bukan salahmu, Hani? Ibu hanya butuh waktu untuk menerima semua ini," kata Bapak membesarkan hati Mbak Hani.Kami semua hanya terdiam, tak berapa lama Ibu membuka matanya. Ibu tampak bingung melihat kami semua disini."Apa aku sudah mati? Kenapa semuanya berkumpul disini?" tanya Ibu."Ibu masih hidup, dan harus tetap sehat, karena Bapak masih sangat membutuhkan Ibu." Bapak menjawab sambil tersenyum."Apa yang terjadi?" tanya Ibu."Ibu hanya

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Survivor Kanker

    Bapak dan Ibu sangat terkejut mendengar kata-kata Mbak Hani. Kemudian Ibu menangis lagi. Suasana menjadi penuh haru. Hanya Bapak yang tidak menangis, tapi aku yakin kalau Bapak menahan air matanya supaya tidak jatuh. "Pernah? Berarti sekarang sudah sembuh?" tanya Ibu lagi, masih dengan air mata yang mengalir di pipinya."Sudah operasi pengangkatan, Bu. Hani survivor kanker." Mbak Hani berkata sambil meneteskan air mata.Ibu semakin keras menangisnya."Oalah Hani, kenapa kamu nggak cerita sama Bapak dan Ibu? Pak, lihatlah anak kita, menderita seorang diri. Orang tua macam apa kita, membiarkan anak sakit dan kita tidak mendampinginya." Ibu berkata sambil menangis. Aku jadi ikut menangis. Mbak Hani mendekati Ibu dan memeluknya. Mbak Hani memegang tangan Ibu dan menariknya untuk ditempelkan ke bagian dada Mbak Hani yang sebelah kiri. Ibu tampak terkejut. "Ini yang dioperasi?" tanya Ibu.Mbak Hani mengangguk pelan."Maafkan Hani, Bu. Hani hanya tidak mau merepotkan Ibu, makanya Hani mel

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Tidak Mau Membebani

    "Nggak ada, kok, Num. Memangnya ada apa?" kilah Mbak Hani."Mbak, nggak usah bohong. Aku sudah tahu semuanya. Aku kan pernah nanya sama Mbak Hani, apa Mbak Hani sakit. Tapi jawaban Mbak Hani, nggak apa-apa, hanya kurang tidur saja. Apa Mbak Hani mau cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya?"Mbak Hani hanya diam saja."Mbak aku sering memperhatikan Mbak Hani. Aku merasa ada yang lain dari Mbak Hani. Kulihat Mbak Hani badannya menyusut dan terlihat tidak bercahaya. Mbak, aku sayang sama Mbak Hani, tidak mau terjadi apa-apa pada Mbak Hani. Karena itu aku mencari informasi tentang Mbak Hani. Apa Bapak dan Ibu tahu? Mas Hanif, tahu juga?"Mbak Hani menghela nafas panjang."Nggak ada yang tahu, Num. Aku nggak mau membebani mereka.""Bukannya membebani, Mbak. Tapi kalau mereka tahu mereka akan merasa dibutuhkan, bisa untuk saling bertukar pikiran. Aku yakin, mereka pasti akan kesal kalau sampai tahu dari orang lain.""Aku bingung mau memulai dari mana untuk menjelaskan pada mereka." "Bic

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Menemui Mbak Hani

    Aku menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Mas Fahmi bersama Dinda dan anak mereka. Aku tersenyum."Mas Fahmi," sapaku sambil tersenyum ke arahnya. Dinda diam, tampak wajah yang tidak bersahabat. Memandangku tak berkedip."Apa kabar Hanum," kata Mas Fahmi."Kabar baik. Kenalin Mas ini suamiku," kataku pada Mas Fahmi."O ya. Fahmi, ini Dinda." Mas Fahmi memperkenalkan istrinya."Ray." Mas Ray mengulurkan tangannya."Kami duluan ya, Mas?" pamitku."Oh iya." Mas Fahmi menjawab dengan gugup.Aku dan Mas Ray pun masuk ke dalam mobil. Mobil melaju meninggalkan rumah makan."Kok diam saja?" tanya Mas Ray. Kamu memang hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Pikiranku terasa buntu, banyak sekali yang aku pikirkan."Terus harus ngapain?" "Ngobrol kek, atau apa.""Mas yang ngomong, nanti aku dengar," kataku.Mas Ray hanya diam, kebetulan juga sudah sampai rumah. Aku turun dari mobil, kemudian membuka pintu pagar dan membuka pintu rumah. Meletakkan makanan yang tadi aku beli di meja makan.

  • Kakakku, Orang Ketiga Dalam Rumah Tanggaku    Pernah Membencinya

    Dokter Fajar menarik nafas panjang dan kemudian berkata padaku."Begini Mbak Hanum, Ibu Hanifah Zahira menderita penyakit hipertiroidisme.""Penyakit apa itu dokter?" tanyaku, karena memang aku kurang paham. Lebih baik aku bertanya daripada sok tahu."Penyakit hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi saat kadar hormon tiroksin dalam tubuh terlalu tinggi. Hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid ini memiliki peran penting dalam proses metabolisme tubuh. Jika kadarnya berlebihan, maka proses metabolisme pun akan terganggu. Penderita hipertiroidisme dapat mengalami gejala berupa: tremor,turunnya berat badan, mudah berkeringat,gangguan tidur, gugup, cemas, dan mudah tersinggung, jantung berdebar.""Yang saya tahu Mbak Hani itu berat badannya turun dan mengalami gangguan tidur." Aku berkata dengan pelan."Iya, Ibu Hanifah mengalami yang Mbak Hanum sebutkan tadi." Dokter Fajar menambahi."Apa penyakit ini bisa sembuh?" tanyaku lagi."Bisa, pengobatan rutin selama enam bula

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status