Detik selanjutnya Ryuga membalikan badan dan mulai melangkah.
Shayla mempercepat langkah menyusul Ryuga dan ketika mereka nyaris mencapai pintu besar yang menuju ke taman—Ryuga berhenti mendadak membuat Shayla menabraknya. Kening Shayla menjadi korban membentur punggung Ryuga. Refleks Ryuga membalikan badan. “Lo enggak apa-apa?” katanya sembari mengusap-ngusap kening Shayla sementara satu tangannya lagi merengkuh pinggang Shayla. Pertanyaan Ryuga itu dilontarkan dengan nada dingin dan ekspresi datar kebalikan dari kalimatnya yang seolah mengkhawatirkan Shayla. Mata Shayla langsung membulat, dia menjauhkan tangan Ryuga dari kening dan pinggangnya. “Tadi ada orang lewat.” Ryuga menjelaskan kenapa dia berhenti mendadak. Shayla menundukan pandangan tidak merespon, dia mulai berjalan lebih dulu. Ternyata benar kata om Abraham, toiletnya jauh berada di bagian paling belakang restoran. Dia harus melewati lorong sempit dan berpapasan dengan orang yang baru saja dari toilet juga pelayan yang membawa nampan berisi menu makanan. Tiba-tiba Shayla merasakan pundaknya di tarik, sisi tubuhnya membentur dada bidang Ryuga sampai dia bisa merasakan ada otot samar tercetak di sana. Cowok itu ternyata sigap melindungi Shayla dari dua anak kecil yang berlarian dari arah belakang. Rasanya Shayla ingin berlama-lama berada di bawah lengan Ryuga karena indra penciumannya terbuai oleh parfum yang pria itu semprotkan di dada. Shayla menggelengkan kepala, setengah mati dia menarik kesadarannya. Perlahan—sambil terus melangkah dengan jantung menggila—Shayla menjauhkan tubuhnya dari Ryuga. Sepertinya Ryuga langsung menyimpan di dalam hati dan pikirannya tentang kalimat mommy yang mengatakan kalau dia bisa jadi kakak yang melindungi Shayla. Dan Shayla juga baru tahu kalau ternyata dibalik ekspresi dingin pria itu ternyata Ryuga juga peka. “Gue tunggu di kursi taman ya.” Ryuga berkata demikian setelah mereka berada di depan pintu toilet yang bercabang untuk pria dan wanita. “Kak Ryu balik ke meja aja, aku bisa pulang sendiri kok!” Ryuga terkekeh dan karenanya ketampanan cowok itu naik beberapa level. “Kak Ryu duduk di kursi taman nungguin kamu ….” Ryuga mengubah panggilan lo gue dan menyebut dirinya dengan sebutan kakak mengikuti Shayla untuk meledek gadis itu dan Ryuga mendapatkan rotasi bola mata malas dati Shayla. “Jangan lama!” teriak Ryuga yang telah berjalan menjauh. Shayla mengembuskan napas, memutar badan lalu masuk ke dalam toilet. Padahal tadi Shayla ingin cari angin dulu duduk di taman karena rasanya duduk bersama mommy dan om Abraham seolah mengganggu mereka yang tengah kasmaran. Setelah duduk di kursi, Ryuga menoleh ke pintu toilet. Bibirnya menyeringai. Awalnya dia pikir anak calon istri papanya adalah laki-laki sehingga dia memiliki teman untuk diajak nakal tapi ternyata adik tirinya adalah gadis lucu dan menggemaskan. Apalagi Shayla menggunakan dress berenda berwarna peach, gadis itu tidak tampak seperti seorang mahasiswi. Dia lebih mirip anak SD, mungkin nanti Ryuga akan menyarankan agar rambut Shayla diikat dua. Cowok itu lantas menegakan punggung saat merasakan seseorang duduk di sampingnya. Dia menoleh dan ternyata si adik lucu menggemaskan duduk di sana. “Aku di sini dulu, Kak … Kakak mau balik ke sana juga enggak apa-apa.” “Kalau gitu gue nyebat dulu sebatang.” “Kak Ryu ngerokok?” Entah kenapa Shayla bertanya, padahal sudah jelas tadi cowok itu mengatakannya. “Iya, jangan bilang papa ya …,” pintanya dengan suara tidak jelas karena bibir tipis itu mengapit sebatang rokok yang sedang dia bakar ujungnya menggunakan korek gas. Ryuga mengisap rokok itu dalam-dalam lantas mengembuskannya ke arah menjauh dari Shayla. Shayla refleks menjauhkan sedikit tubuhnya dari Ryuga. “Lo enggak ngerokok?” Pertanyaan macam apa itu Ryuga? Gadis lugu yang memakai dress renda-renda seperti itu ya masa merokok? “Enggak lah.” Shayla langsung menjawab. Dia menempelkan telunjuknya di bawah hidung karena bau asap mulai menyengat. Shayla juga menjauhkan tubuhnya lagi. “Jangan jauh-jauh,” kata pria itu menarik tangan Shayla lalu merangkul pundaknya. “Bauuu!” Shayla mengerang, dia meronta. Apa-apaan kakak tiri tampannya itu sampai berani merangkul pundak segala. Pelukan Ryuga malah semakin mengerat. Dia mematikan rokoknya lalu membuang puntung rokok yang tinggal setengah ke tong sampah yang ada di belakang mereka. Cowok itu menoleh bersamaan dengan Shayla yang berada dalam rangkulannya—menoleh juga padanya membuat jarak wajah mereka begitu dekat. Jantung Shayla seketika berdetak kencang sementara Ryuga terpaku menatap Shayla. Cowok itu baru menyadari kalau Shayla memiliki mata indah seperti mata kucing, alisnya tebal dan hidung juga dagunya lancip. Wajah Shayla juga mungil dan yang pasti adik tirinya itu … sangat cantik. “Kak … lepasin!” Shayla berhasil menjauhkan tangan Ryuga dari pundaknya lantas bangkit dari kursi, berjalan meninggalkan Ryuga untuk kembali ke dalam restoran. Shayla tidak kuat lama-lama di dekat Ryuga, cowok itu berhasil membuat perutnya bergejolak seperti ada ribuan kupu-kupu mengepakan sayapnya di sana. Dia tidak mengerti, perasaan apa yang sedang dirasakannya itu. Tidak lama setelah Shayla dan Ryuga kembali, om Abraham dan Mommy bangkit dari kursi. “Ryuga, papa ada perlu sebentar dengan tante Marie … kamu antar Shayla pulang ke rumah ya.” Mendengar instruksi om Abraham kepada Ryuga membuat Shayla menoleh dengan cepat menatap mommy. “Ada informasi terbaru tentang kasus om Abraham jadi Mommy sama om Abraham harus meeting malam ini juga sama tim, kamu enggak apa-apa ya pulang dianter Ryuga?” Mommy bukan sedang meminta pendapat tapi memberitahu. “Sampai ketemu lagi Shayla.” Om Abraham mengulurkan tangannya dan refleks Shayla menyalami om Abraham dengan ekspresi bingung. “Jangan tidur malem-malem ya.” Mommy mengecup kening Shayla kemudian pergi dirangkul oleh om Abraham. “Palingan mereka mau check in,” celetuk Ryuga pelan sembari mengikis jarak dan berhenti di samping Shayla. Shayla menghadapkan tubuhnya pada Ryuga, sebenarnya dia suka memandang wajah tampan itu, rasanya adem dan tenang tapi kelakuannya lucknut sekali. Helaan napas panjang terembus keluar dari mulut Shayla, kalau pun benar mommy dan om Abraham check in memangnya Shayla bisa melarang? Dan lagi mereka adalah orang dewasa, jangankan mommy dan om Abraham—Dewi saja sahabatnya yang masih berusia sembilan belas tahun sudah sering check in dari usianya enam belas tahun. Ryuga jalan lebih dulu menuju lift diikuti Shayla, mengetahui adiknya tertinggal—dia menunggu sebentar kemudian merangkul pundak Shayla begitu calon adik tirinya itu berada dalam jangkauan. Seketika detak jantung Shayla kembali menggila. “Kak ….” Shayla memberikan tatapan protes saat mereka sudah berada di dalam lift. Si calon kakak tiri lucknut itu menoleh dengan ekspresi datar kemudian mengembalikan tatap ke pintu lift tanpa menjauhkan tangannya dari pundak Shayla. Yang paling menyebalkan adalah Ryuga malah menumpu sebagian bobot tubuhnya kepada Shayla, terang saja Shayla nyaris tersungkur ke samping. Saat hendak tersungkur itu lah Ryuga merangkul pundak Shayla lebih erat bersamaan dengan pintu lift terbuka di lantai basement. Dengan langkah terseok Shayla menyeimbangkan langkah Ryuga yang panjang. Dan saat itu juga Shayla merasakan puncak kepalanya diusap-usap oleh tangan besar milik Ryuga. Kinerja jantung Shayla kembali tidak beraturan. Langkah Ryuga berhenti di samping sebuah mobil, menarik handle pintu lantas mendorong pelan tubuh Shayla yang pasrah masuk ke dalam mobil. Pintu mobil ditutup dari luar, Ryuga berlari kecil untuk duduk di belakang kemudi. “Ketik alamat rumah lo di GPS!” Nada dingin itu memerintah Shayla disertai kendikan dagu ke arah layar datar yang tergantung di dashboard. Setelahnya Shayla bersandar pada jok mobil, memejamkan mata agar tidak perlu bersosialisasi dengan Ryuga. Sepanjang perjalanan Ryuga tidak mengganggu Shayla, cowok bermata coklat itu baru bersuara setelah memarkirkan mobilnya di depan sebuah rumah yang diarahkan GPS. “Hei … bangun,” katanya mengusap pipi Shayla menggunakan punggung jari. Shayla terperanjat, dia ketiduran. “Oh … udah sampe.” Shayla bergumam. “Mau ditemenin di rumah, enggak?” Suara Ryuga datar seperti biasa dengan ekspresi wajah dingin dan sorot matanya tampak misterius membuat Shayla yang sudah menarik handle pintu langsung menggelengkan kepala dan mendorong benda itu lalu turun. “Makasih ya Kak Ryu.” Pintu ditutup kencang usai Shayla berkata demikian, dia berlari membuka pagar lantas masuk ke dalam rumah. Ryuga baru menginjak pedal gas pergi dari sana setelah memastikan Shayla aman. Tanpa bisa Ryuga tahan, bibirnya tersenyum membayangkan pipi Shayla yang memerah setiap kali dia menyentuhnya. Tampak menggemaskan dan entah kenapa rasanya Ryuga jadi ketagihan menggoda Shayla.Sebelum bertemu Abraham, Marie pernah beberapa kali menjalin hubungan dengan pria.Namun tidak ada yang sampai bisa membuat Marie yakin ingin menikah dengannya.Sebagai Pengacara, sedikit banyak Marie bisa membaca karakter orang.Itu kenapa dia sulit sekali benar-benar jatuh cinta karena pria yang sebelumnya hadir dalam hidup Marie pasti saja melakukan sesuatu yang membuat Marie ilfeel.Bukan tentang kebiasaan tapi karakter dan prinsip hidup yang tidak bisa Marie tolelir. Sampai Abraham dengan segala pesonanya datang dan berhasil membuat Marie jatuh cinta.Sesungguhnya Abraham bukan orang baru di hidup Marie, beberapa kali di masa lalu mereka bertemu tapi tidak menjalin suatu kerjasama khusus hanya sebatas tahu saja.Bahkan sewaktu Abraham bercerai dengan model dan artis ternama Dyah Pitaloka—Abraham mempercayakan urusan hukum tersebut kepada salah satu Pengacara di bawah kantor konsultan hukum di mana Marie dulu pernah bernaung sehingga mereka sering bertemu atau sekedar berpapasan
“Sel ….” Dewi menyenggol lengan Shayla.“Apaan?” Shayla bergumam.Matanya masih fokus pada papan tulis.“Lihat … bagus mana? Yang ini … apa yang ini?” Dewi memperlihatkan foto sebuah tas branded di layar ponselnya.“Yang pertama,” jawab Shayla malas-malasan.“Oke,” kata Dewi lantas mengetikan sesuatu di ponselnya.“Om yang mana yang mau ngasih tas itu sama lo?” “Yang duda … terus dia mau nikah jadi mau mutusin gue, makanya kasih hadiah perpisahan … sayang banget padahal om ini paling royal … tapi anaknya ganteng … apa gue deketin anaknya aja ya?” Seketika Shayla terbatuk karena tersedak ludahnya sendiri.Dewi langsung meletakan ponselnya, dia menepuk-nepuk punggung Shayla yang masih terbatuk hingga matanya memerah.“Kenapa kamu?” Dosen tampan bernama pak Zidan bertanya karena merasa terganggu.“Keselek kayanya, Pak!” Dewi yang menjawab karena Shayla belum berhenti batuk.Pak Zidan meraih botol air mineral miliknya dari atas meja kemudian dia berikan kepada Shayla.“Minum,” katanya
Shayla terus memikirkan ucapan Ryuga di kantin tempo hari.Dia tidak akan bisa mengubah keputusan mommy, beliau sedang jatuh cinta, mommy akan menutup mata.Jadi Shayla mengunci mulutnya rapat-rapat dan menghindari percakapan panjang dengan mommy agar tidak keceplosan.Selain itu, dia tidak ingin menghancurkan kebahagiaan mommy.Benar kata hatinya, setidaknya om Abraham memutuskan hubungan dengan Dewi.“Sayang … nanti malam kamu dijemput Ryuga ya.” Mommy mengatakannya sembari membaca sesuatu di iPad.Pagi ini mereka berkesempatan sarapan pagi bersama meski mommy fokus pada iPad.Setidaknya sosok mommy ada di depannya.“Memangnya mau ke mana, Mom?” “Kakak kembarnya om Abraham mau menikah … acaranya kecil-kecilan kok hanya makan malam aja … nanti pak Amun kirim gaun yang harus kamu pakai, hari ini kamu pulang masih siang ‘kan?”Pak Amun adalah driver mommy yang terkadang mengantar jemput Shayla ke kampus.“Iya, Mom.” Shayla menjawab cepat seraya bangkit dari kursi.Dia memutari seteng
“Kamu enggak bisa seenaknya mau ambil Shayla dari aku, alasan kamu enggak masuk akal, David!” Suara mommy terdengar lantang saat menuruni anak tangga membuat Shayla lari dari ruang makan untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.“Enggak! Kamu enggak boleh bawa Shayla … kamu memberikan hak asuh atas Shayla sama aku dan aku yang mengurus Shayla dari kecil jadi kamu enggak berhak ngambil Shayla dari aku!” Shayla tertegun menatap mommy yang ternyata tengah bicara dengan daddy dalam panggilan telepon.Raut wajah mommy yang biasanya cantik berubah menyeramkan, beliau sedang marah.“Mom ….” Shayla melirih usai mommy memutus sambungan telepon sepihak.“Shayla ….” Mommy mengesah, merentangkan kedua tangan, berjalan cepat memburu Shayla lantas memeluknya.Mommy tidak menangis, jarang sekali Shayla melihat mommy menangis tapi sekarang napasnya terdengar memburu akibat ledakan emosi.“Ada apa?” Shayla bertanya sembari mengurai pelukan.“Daddy kamu mengetahui rencana pernikahan Mommy denagn o
Hari ini adalah hari di mana keluarnya Keputusan Pengadilan tentang kasus Abraham.Abraham menjemput Marie di kantornya lalu mereka pergi ke Pengadilan Pajak bersama-sama.Marie belum menceritakan kepada Abraham keresahan apa yang tengah membelenggunya saat ini. Dia berusaha profesional.Sampai akhirnya mereka mendengar Keputusan Pengadilan di mana Hakim mengabulkan pengurangan pajak yang harus Abraham lunasi serta membetulkan kesalahan tulis juga kesalahan hitung dari Pajak yang sebelumnya ditagih.Itu berarti Marie kembali memenangkan kasusnya.“Thanks sayang.” Saking bahagianya Abraham sampai mengecup pelipis Marie di depan semua orang.Namun kemenangannya itu masih belum bisa membuat mood Marie kembali baik.Marie tidak terima kalau David Rodriguez-daddynya Shayla menginginkan hak asuh atas Shayla hanya karena dia akan menikah lagi.Dasar mantan suami lucknut.“Sebenarnya apa yang mengganggu pikiranmu,” kata Abraham saat mereka sedang dalam perjalanan ke sebuah butik bridal.Ter
“Mau ke mana?” Adelia bertanya.Tatap matanya mengintimidasi Ryuga karena dia tahu kalau Ryuga akan pergi.“Mau jemput calon adek tiri gue, gue sama dia harus ke butik buat fitting baju di acara nikahan bokap nanti.” Ryuga mendekati Adelia yang masih duduk di tepi ranjang.“Gue balik duluan ya!” Ryuga membungkuk untuk mengecup kening Adelia.“Nanti malem gue telepon,” kata pria itu sambil berlalu menuju pintu.Adelia mendengkus kesal, tidak terima ditinggalkan begitu saja setelah pria itu mendapatkan kepuasannya.Dia juga ‘kan lapar, minimal pesankan dia makan malam lalu mereservasi Spa karena tubuh Adelia pegal sekali butuh dipijat.Ryuga memiliki stamina yang kuat dan Adelia selalu dibuat kewalahan setiap kali mereka bercinta.Adelia tidak tahu saja kalau calon adik tiri yang dikatakan Ryuga adalah seorang gadis cantik yang telah membuatnya tergila-gila tanpa lelaki itu
Sesaat Shayla hanya menatap datar layar ponselnya yang berkedip memunculkan nama daddy.Shayla tahu apa yang akan daddy bicarakan dengannya.Jadi Shayla enggan menjawab panggilan tersebut tapi Shayla harus menjawabnya agar daddy tidak kecewa lalu marah.Shayla menarik napas sebelum akhirnya jempolnya menggeser icon gagang telepon berwarna hijau di layar.“Hai Dad,” sapa Shayla ramah.“Sayang … Apakabar?” Daddy berbasa-basi, beliau selalu menggunakan bahasa Indonesia setiap kali bicara dengan Shayla meski tahu kalau sang putri menguasai bahasa Inggris.“Baik … Dad, Daddy dan aunty Catherine apa kabar? Silvya dan Shakira juga apakabar?” Shayla balas bertanya kabar daddy dan ibu tiri juga dua adik tiri kembarnya meski dia tidak mendapat penerimaan yang baik dari sang ibu tiri.“Kabar baik, sayang … daddy beserta istri dan anak-anak—kami sehat semua, kapan kamu mau liburan ke Inggris?” Shayla yakin kalau ajakan daddy liburan ke Inggris yang sekarang bukan sekedar omong kosong belaka sepe
Pagi sekali Shayla bangun, mandi lalu mempersiapkan dirinya untuk perjalanan ke Bali.Saat dia turun membawa koper, koper-koper mommy telah berjajar rapi di ruang tamu.“Mommy mau langsung honeymoon?” Shayla bertanya pada mommy yang sudah duduk di kursi meja makan.“Enggak … sekitar dua atau tiga bulanan lagi lah Mommy sama om Abraham baru akan melakukan perjalanan honeymoon ke Yunani … setelah satu kasus terakhir yang sedang Mommy handle selesai.” Mommy mengatakannya sembari mengoleskan selai pada roti.“Nih makan, selai srikaya kesukaan kamu.” Mommy meletakan roti di piring Shayla.“Makasih Mom.” “Sama-sama sayang.” Mommy dan putrinya itu sarapan pagi bersama sebelum pergi ke Bandara.Setibanya di Bandara, ternyata oma dan opa sudah ada di VIP Lounge bersama om Abraham dan … si kakak tiri lucknut.Kedua alis Shayla terangkat, tidak percaya melihat pemandangan di depannya karena oma dan opa akrab sekali dengan om Abraham dan Ryuga.Kaki Shayla sampai memelankan langkah membuatnya t
“Sel!” teriak Ryuga sembari menaiki anak tangga.Tadi dia mengemudikan kendaraannya dengan kecepatan tinggi di tengah derasnya hujan sehingga bisa cepat sampai dan beruntung masih diberikan keselamatan.“Kak Ryu!” terdengar suara teriakan Shayla dari jauh.Di antara kegelapan, Ryuga berlari menuju pintu kamar Shayla.Dia sudah hapal setiap sudut rumah itu karena dibesarkan di sana jadi dengan mata terpejam pun Ryuga tahu arah setiap ruangan.Sampai di depan pintu, Ryuga langsung mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci.“Sel!” panggil Ryuga yang tidak bisa melihat apapun di sana.“Kak Ryu!” Shayla menyalakan lampu senter di ponsel sehingga Ryuga tahu keberadaannya.Ryuga melihat Shayla duduk menekukan lutut di ujung kepala ranjang.Dia menarik langkah cepat lalu duduk di sisinya untuk memeluk Shayla.“Lampunya mati, petirnya kenceng, aku takut.” Shayla mengadu bersama isak tangis.“Ada gue di sini … jangan nangis ya.” Shayla mengangguk, tangisnya lama-lama mereda.“Gue nyalain ge
“Selamat ulang tahun ya, Del.” Adelia tersenyum bahagia, matanya berbinar, kedua tangan Adelia terentang lantas memeluk Ryuga.Sisi wajah Adelia tenggelam di dada Ryuga, dia memejamkan matanya, sudah lama tidak memeluk tubuh tegap itu.Butuh waktu beberapa detik sampai Ryuga akhirnya memutuskan membalas pelukan Adelia.Kabir melipat bibirnya ke dalam melihat ekspresi nelangsa di wajah Ryuga yang kini tengah menatapnya.“Mampus lo!” umpat Kabir, hanya menggerakan mulutnya tanpa suara.“Ryu.” Adelia mendongak.“Ya?” Ryuga menunduk untuk bisa menatap wajah Adelia yang lebih pendek darinya.“Gue mau kado.” “Boleh, lo mau apa?” Adelia tersenyum sarat makna. “Gue udah booking kamar di Kempinski, pake kartu kredit lo.” *** Indomie : Sel, gue enggak pulang … jangan lupa kunci pintu belakang ya!Shayla memberengutkan wajahnya membaca pesan dari Ryuga.“Gue sendiri donk di rumah.” Dia bergumam.Padahal dulu Shayla biasa sendirian di rumah tapi sekarang justru terbiasa ditemani Ryuga.Shayl
Normalnya, seorang sahabat seperti Kabir dan Fuji pasti akan meminta Ryuga untuk mempertahankan hubungan dengan Adelia dan membunuh perasaan cintanya kepada Shayla yang merupakan adik tirinya tapi kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.Kabir dan Fuji justru meminta Ryuga memutuskan hubungan dengan Adelia.Karena menurut mereka, jika Ryuga memang benar mencintai Adelia maka dia tidak akan berpaling kepada perempuan lain apalagi itu adik tirinya sendiri.Jadi lebih baik Ryuga segera memutuskan Adelia dengan jantan agar Adelia tidak terus terluka mendapat perlakuan acuh dan dinginn Ryuga lantaran sudah tidak mencintai Adelia lagi.Sedangkan Adelia bukan perempuan biasa, dia cantik dan pintar.Banyak pria yang bisa menggantikan Ryuga nantinya.Tapi masalahnya, Ryuga tidak sejantan itu untuk berterus terang kepada Adelia.Bukan karena dia ingin memiliki dua wanita dalam hidupnya, Bukan.Tapi dia tidak tega memutuskan Adelia, Ryuga tahu Adelia begitu mencintainya sampai rela melakukan ap
Bibir Shayla rasanya jontor saat tadi dia mengoleskan lipgloss di bibir setelah Ryuga puas mencium bibirnya.Entah apa namanya hubungan mereka, yang pasti meski Ryuga adalah kakak tiri tapi rasanya seperti pacar.Shayla juga tidak ingin membahas tentang kelanjutan hubungan mereka apalagi menentukan bagaimana akhirnya nanti.Dia masih mantap dengan saran Dewi yaitu menjalani dan menikmati sebaik-baiknya keadaan yang terjadi saat ini.Sekarang Shayla dan Ryuga sedang dalam perjalanan menuju Mall dan terdapat toko buku terbesar dan terlengkap di sana.Mereka turun setelah Ryuga berhasil mendapat tempat parkir.Sekarang hari Sabtu jadi Mall dipadati pengunjung.Seperti biasa, Ryuga merangkul pundak Shayla tanpa peduli ada yang orang yang mengenalnya dan akan melihat kemesraan mereka.Hal tersebut meyakinkan Shayla kalau Ryuga memang tidak memiliki kekasih.Shayla yang ditinggalkan daddynya
“Ryu … Shayla ….” Sontak Ryuga dan Shayla yang tengah menikmati makan malamnya mendongakan kepala menatap Abraham.“Jadinya kami akan pergi bulan madu akhir minggu ini, kebetulan pekerjaan Papa lagi santai dan mommy baru saja menyelesaikan kasusnya.” Abraham memberitahu sembari sedikit demi sedikit membiasakan panggilan untuk mereka agar Shayla memanggilnya dengan sebutan papa dan Ryuga memanggil Marie dengan sebutan mommy.“Ooh ….” Shayla dan Ryuga bergumam.“Kalian baik-baik di rumah ya. Ryuga … Tante titip Shayla ya.” Giliran mommy yang bicara.“Iya Tante.” Ryuga menjawab cepat, tersenyum smirk sambil menatap Shayla yang kemudian jadi meremang hanya karena ditatap dan dilempari senyum penuh misterius oleh Ryuga.Dan dua hari kemudian, tepatnya hari jum’at malam—om Abraham dan mommy pergi ke Yunani untuk berbulan madu dan berencana akan menghabiskan dua sampai tiga minggu atau mungkin sebulan di sana.
“Pa, Ryu ada janji ketemu dosen … Ryu pergi duluan ya.” “Loh, Shayla gimana?” Papa menunjuk Shayla meminta solusi dari Ryuga.Shayla mendongak dari piring yang ditekuninya.Menatap Ryuga dan om Abraham bergantian.“Enggak apa-apa, Shayla diantar sama aku nanti.” Mommy menyelamatkan Ryuga.“Kamu pergi aja … hati-hati ya,” ujar mommy kemudian.“Makasih Tante …,” ucap Ryuga tulus.“Pa, Ryu pergi.” Ryuga pamit lalu pergi tanpa sekalipun menatap wajah Shayla.Shayla menunduk, melipat bibirnya ke dalam.Rasa kesemutan setelah Ryuga cium tadi malam masih terasa.Tapi kenapa Ryuga bersikap dingin?Apa salah Shayla?Shayla tidak salah apa-apa, justru Ryuga merasa bersalah karena telah mendapatkan ciuman pertama Shayla di saat dirinya masih berstatus kekasih orang.Ryuga juga sengaja pergi pagi sekali karena harus menjemput Adelia dan tidak mungkin dia membawa Shayla.Pokoknya jangan sampai Shayla tahu kalau dia memiliki kekasih.Ryuga akan memutuskan hubungan secepatnya dengan Adelia.Jalanan
“Lo bohongin gue, bohongin Kabir, bohongin semua teman-teman lo! Lo enggak pergi ke kantor bokap lo, gue sama Kabir tadi liat mobil lo keluar dari kampus dan ada cewek di samping lo, jadi selama ini lo selingkuh, itu kenapa lo susah dihubungi, lo males ketemu gue … iya, kan?” Adelia berteriak penuh emosi dari ujung panggilan sana.“Del … gue balik lagi tadi ke kampus disuruh bokap jemput adik tiri gue karena supir dipake nyokap tiri gue … cewek itu adik tiri gue.” Terpaksa Ryuga memberitahu yang sesungguhnya tentang Shayla.Ada hening tercipta selama beberapa saat mungkin Adelia bingung harus berkata apa.Antara malu karena salah menuduh dan juga curiga kalau mungkin Ryuga menyukai adik tirinya.“Del …,” panggil Ryuga dengan suara pelan namun penuh penekanan.“Udah marah-marahnya? Gue capek!” Sekarang nada suara Ryuga terdengar sinis.“Jadi sekarang lo capek ngomong sama gue? Lo capek ketemu gue?” Adelia masih nyolot.“Semua Del, gue capek harus membuat bokap gue bangga sama gue, gue
“Baru selesai.” Ryuga membuka headset di kepalanya.“Kamu baru selesai makan?” Papa bertanya.“Heu?” Ryuga melongo bingung, masih belum mengerti ke mana arah pertanyaan Papa.“Itu ada teman nasi terbuka di atas meja.” Papa menjelaskan.“Oh … berarti si Shayla beneran nawarin makan … kirain sengaja datang nawarin diri buat di makan?” Ryuga membatin.“Ini … novel siapa?” Om Abraham mengangkat novel Shayla dari atas meja membuat Ryuga menelan saliva.“Novel ceweknya Ryu, Pa … kemarin kemasukin ke tas Ryu, besok di kembaliin.” Ryuga terpaksa berdusta karena khawatir papa akan berpikir negatif bila mengetahui tadi Shayla masuk ke dalam kamarnya.“Kamu masih pacaran sama Adelia-Adelia itu? Kenapa enggak fokus belajar aja sih? Setelah kamu bisa memimpin salah satu perusahaan Papa, kamu bisa pilih cewek manapun yang kamu mau.” Papa berujar tegas.“Iya Pa.” Ryuga menyahut cepat.“Terus itu kalau abis makan beresin lagi, jangan berantakan gitu … sekarang bukan hanya kita yang ada di rumah tapi
Ryuga selalu berusaha ingin membuatnya terkesan dan bangga.Nilai Ryuga di kampus tidak jelek meski tidak unggul juga, Ryuga berhasil menamatkan S1-nya tepat waktu dan S2-nya pun sampai detik ini tidak ada kendala.Sikapnya pun jadi terkendali, tidak seperti anak broken home kebanyakan yang memiliki kelakuan menyimpang.Bila Marie begitu mempercayai Ryuga, tapi tidak dengan Shayla yang hatinya ketar-ketik setiap kali hanya berdua saja dengan cowok itu.Seperti saat ini, Shayla mendekam di kamarnya memilih membaca novel.Tapi lama-lama Shayla merasa lapar, dia memang belum makan malam.Akhirnya Shayla memutuskan keluar dari kamar sembari membawa novelnya.Suasana sepi menyambutnya di lantai satu, dia menoleh ke arah halaman samping rumah di mana mobil-mobil terparkir dan mendapati mobil Ryuga ada di sana.Berarti pria itu ada di rumah, tapi kenapa rumah terasa sepi seperti hanya dia sendirian di rumah ini?“Mungkin kak Ryu lagi bobo siang yang kebablasan sampai malam,” gumam Shayla sem