Regan semakin kencang mencengkram rahang Ratna, "Katakan padaku atau kau mati saat ini!" ancam Regan.
"Lakukan, bunuh aku! Maka kau akan miskin dan apa yang kau punya saat ini akan lenyap, Kau tahu apa yang bisa aku lakukan padamu," tantang Ratna, membuat Regan merenggangkan cengkramannya."Kau benar-benar memuakkan," jawab Regan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa."Jika bukan kamu, lalu siapa yang menyembunyikan Naila?" tanyanya dengan menatap tajam pada istri pertamanya itu."Mana kutahu? Kau yang menginginkannya bukan? Maka carilah sendiri jangan tanya aku!" jawab wanita itu tanpa melihat Regan."Kau sudah tua semakin menyebalkan, Rat," maki Regan."Kau sama bukan? Kenapa kau tidak puas juga, dia tidak mau dengan Re, sadarlah itu!" teriak Ratna."Aku tidak peduli, aku menginginkannya dan ia harus kudapatkan!" jawabnya"Apa aku harus memotong senjatamu itu? Agar kau berhenti mengejar Naila atauLima orang sudah menuntaskan hasratnya pada Mawar atas perintah Regan dan kembali memakai pakaiannya, sementara lima orang hanya terpaku. "Kenapa kalian diam apa kalian sungkan padaku baiklah aku akan pergi setelah menalaknya dan kalian boleh bersenang-senang kembali," katanya lalu ia pun mengucapkan talak kepada Mawar sebanyak tiga kali kemudian pergi di ikuti kelima anak buahnya dengan perasaan tidak menentu.Sementara empat orang anak buah Regan pergi tanpa menyentuh Mawar dan tinggal satu orang menatap wanita yang tak mampu bicara apapun itu."Nyonya, Anda harus kuat, tuan tidak mengambil apa yang menjadi milik Anda saat ini, gunakan itu untuk bangkit," kata pria itu berjalan menuju kamar mandi, ia menyiapkannya untuk Mawar lalu kembali lagi dan melepaskan ikatan tangan Mawar lalu menggendongnya dan memasukkan kedalam bathub berisi air hangat dan aroma terapi."Kenapa kau tidak melakukannya seperti teman brengsekmu itu?" tanya Mawar"Maaf saya tidak sampai hati Nyoya, mandilah ji
Dua bulan berikutnya, Seorang wanita mematut di depan cermin. 'Apa aku sudah seperti Naila,' bisiknya dalam hati.Setelah tiba di Korea tiga bulan yang lalu dan menetap di sana. Mawar meminta Doni untuk memperlihatkan foto Naila, ia bahkan meminta foto itu dikirimkan padanya, lalu meminta seorang dokter bedah plastik terkenal untuk merombak wajahnya mirip dengan Naila.Sungguh luar biasa hasilnya bahkan ia tidak bisa mengenali dirinya sendiri, ia terlihat seperti Naila. Ia masih menatap wajahnya dengan tidak percaya, saat Catrin temannya memanggilnya mengabarkan ada seseorang yang ingin menemuinya.Mawar tersenyum dia sudah bisa menebak siapa yang datang menemuinya. Satu Minggu yang lalu ia menelpon Doni untuk menemuinya di Korea. Ia bergegas keluar kamar untuk menemui pria itu."Mas Doni sudah lama menunggu?" tanyanyaDoni mendongak dan terkejut. "Apa yang Nyonya lakukan? Kenapa merombak wajah anda menjadi orang lain?" tanya Doni merasa terkejut.Aku ingin masuk dalam kehidupan Regan
Di desa terpencil Naila menjalani hidupnya dengan kebahagiaan bayi mungil yang bernama satria itu sudah berusia tiga bulan semakin lucu dan menggemaskan semakin terlihat mirip dengan Bayu. Naila selalu menitikkan air matanya saat melihat wajah sang putra.Dokter Rizal sering datang ke rumah sekedar memeriksa kesehatan dan pertumbuhan Satria. Begitu pun hari ini dia datang ke rumah Naila untuk memeriksa Baby boy itu."Hai, Boy, kamu semakin sehat, ya?" sapanya pada bayi lelaki berusia tiga bulan itu."Ros, suamimu belum datang?" tanya Dokter Rizal."Belum, Dok," jawab Naila singkat."Kenapa? Apa suamimu tidak kangen dengan istri dan anaknya?" tanya Dokter Rizal ingin memastikan sesuatu "Dia sangat rindu, bahkan rindu yang mungkin amat parah. Anda tidak bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan pandangan sekilas, Dokter," ucap Naila."Maaf, jika kamu tersinggung dengan pertanyaanku? Aku hanya heran apakah uang lebih penting dari sebuah keluarga, sehingga suamimu tidak pulang hanya untuk m
Satu Minggu kemudian, Mawar melakukan foto shoot, di sebuah ruangan dari tadi ia merasa tidak enak badan tetapi ia harus profesional. Maka ia pun tetap melakukannya.Dua jam berlalu, akhirnya sesi foto pun selesai, Mawar merasa legah telah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sudah dua Minggu ia bekerja sebagai foto model.Disela-sela istirahatnya ia di panggil untuk ke kantor. 'Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?' pikirnya."Mbak Mawar, di panggil bos suruh ke kantor, " seseorang memanggilnya dan berbicara dengan menggunakan bahasa Korea.Mawar mengangguk, ia pun bergegas beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju kantor, sesampai di depan ia pun berdiri dan mengetuk pintunya.Tak lama kemudian pintu terbuka dengan bantuan remote kontrol, ia pun masuk dan pintu itu kembali tertutup.Ia mengeryitkan dahinya kenapa ia menggunakan masker padahal sebelumnya ia tidak pernah memakainya."Apa ada sesuatu yang penting hingga kau memanggilku, Dae- hyun?" tanya Mawar setelah duduk di sofa.
Lima tahun kemudian, seorang bocah lelaki tengah berdebat dengan seorang teman yang tidak membolehkannya bermain. Dia adalah Satria."Kau tidak boleh bermain dengan kita, karena kau tidak punya Ayah," sahut salah satu dari temannya."Aku punya, ayahku kerja jauh, cari uang. Nanti kalau uangnya banyak ayahku akan pulang," jawab satria."Kau dibohongi ibumu, kau itu anak haram itu sebutan anak yang tidak punya bapak," sahut salah satu temannya lagi."Ardi, kau jangan begitu, kata ayahku menghina itu tidak baik, Satria memang punya Ayah, dia tidak bohong," jawab Nara."Kubilang tidak punya ya tidak punya. kamu itu anak haram!" teriak Ardi mengejek.Satria jengkel ia pun menerjang dan memukul wajah Ardi dengan sangat kencang mereka pun berkelahi, dan beberapa anak pun mengeroyok Satria. Nara berlari kencang memanggil Hatan. "Paman Satria berkelahi ia di keroyok anak-anak," lapor Nara yang usianya sudah enam tahun itu."Apa? Di mana?" tanya terkejut ia segera meninggalkan pekerjaan."Di s
Naila duduk di kursi panjang, ia menatap putra semata wayangnya, anak sekecil ini telah mendengar hal-hal yang seharusnya ia dengar.Ia membelai wajah lebam sang putra. air matanya terus menetes. "Maafkan Mama," ucapnya berulang kali.mata sikecil mengerjab anak itu perlahan membuka matanya. "Mama, sakit!" teriaknya.Naila memeluk sang putra dengan sangat eratnya. "Maafkan Mama, tidak bisa menjagamu," ucap Naila."Mama gak salah, Tria yang nakal tidak nurut apa kata Mama, harusnya Tria gak main jauh-jauh, harusnya Tria main sendiri saja agar mereka tidak mengejek Tria," jawab Satria membuat Naila menangis tersedu."Mama jangan nangis, nanti Tria sedih," ucap kembali sikecil."Enggak, Mama ngak nangis, Nak," jawab Naila pada anaknya.Tak lama kemudian terdengar suara salam, dan mereka menjawabnya lalu seorang pria masuk dengan membawa tasnya."Om Dokter!" teriak satria."Bagaimana jagoan om yang ganteng ini. Kenapa wajahnya lembam semua ini?" tanyanya."Tria berkelahi Om, tetapi mereka
Naila merawat anaknya dengan penuh kasih sayang, hari mulai senja, kembali Naila menyeka badan sang putra dengan air hangat, sambil menangis."Kanapa Mama menangis? Maafkan Tria, sudah buat Mama menangis."Tidak, Maafkan Mama karena Mama kamu berkelahi," jawab Naila"Bukan, Karena Papa aku berkelahi, kenapa Papa tidak pulang sama sekali untuk sekedar menjegukku? Apa Papa harus punya uang banyak untuk bisa pulang menjengukku? Kalau begitu aku tidak mau uang banyak, aku mau Papa, Ma!" rengek Satria.Membuat Naila bingung dan kelabakan, ia tidak tahu apa dan bagaimana menjelaskan pada Satria. Bisa saja ia pergi menemui sang suami. Akan tetapi itu sama saja dengan bunuh diri. Regan akan tahu keberadaannya dan pria itu akan melakukan banyak cara untuk bisa mendapatkan tubuhnya."Nak, dengarkan Mama, saat ini Mama belum bisa membawamu, untuk menemui Papa, suatu saat nanti kamu akan bertemu dengan Papa," jawab Naila."Kenapa, Ma? Mama tinggal telpon Papa dan minta dia pulang katakan Satria t
Bayu mengerem mobil dengan sangat cepat saat seorang anak menyebrang tanpa melihat jalan. dan dengan buru-buru ia keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah bocah lelaki yang tengah terjatuh karena terkejut."Kau tidak apa-apa?" tanyanya pada anak lelaki itu."Aku tidak apa-apa," jawab bocah lelaki itu sambil mendongak sebab hidungnya berdarah. Bayu terkejut, selain karena melihat darah yang mengalir di hidungnya ia juga melihat wajah yang begitu mirip dirinya saat kecil."Kau berdarah, Nak. Ayo Om antar ke rumah sakit!" tawarnya tanpa menunggu bocah kecil itu ia menggendong anak Itu.Mobil dipacunya dengan sangat cepat. Bocah lelaki itu mengambil tisu dan membersihkan darahnya yang keluar dari hidungnya."Om saya tidak apa-apa, antar saya pulang saja!" pinta bocah kecil itu."Benar sudah tidak apa-apa?" tanya Bayu pada anak itu.Anak itu mengangguk sambil tersenyum, sedangkan bayu memelankan mobilnya dan berhenti di bahu jalan. "Om punya seorang istri yang hilang, pada waktu itu ia ha