Bayu mengerem mobil dengan sangat cepat saat seorang anak menyebrang tanpa melihat jalan. dan dengan buru-buru ia keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah bocah lelaki yang tengah terjatuh karena terkejut."Kau tidak apa-apa?" tanyanya pada anak lelaki itu."Aku tidak apa-apa," jawab bocah lelaki itu sambil mendongak sebab hidungnya berdarah. Bayu terkejut, selain karena melihat darah yang mengalir di hidungnya ia juga melihat wajah yang begitu mirip dirinya saat kecil."Kau berdarah, Nak. Ayo Om antar ke rumah sakit!" tawarnya tanpa menunggu bocah kecil itu ia menggendong anak Itu.Mobil dipacunya dengan sangat cepat. Bocah lelaki itu mengambil tisu dan membersihkan darahnya yang keluar dari hidungnya."Om saya tidak apa-apa, antar saya pulang saja!" pinta bocah kecil itu."Benar sudah tidak apa-apa?" tanya Bayu pada anak itu.Anak itu mengangguk sambil tersenyum, sedangkan bayu memelankan mobilnya dan berhenti di bahu jalan. "Om punya seorang istri yang hilang, pada waktu itu ia ha
Jelita menelpon Frans untuk minta dijemput, padahal Frans sudah hampir sampai ke kantornya dan ia harus balik lagi menjemput Jelita.Tak lama kemudian dia pun sampai dan mobil berhenti tepat di depan Jelita. Gadis itu segera membuka pintu depan dan duduk di samping Frans."Kenapa mukanya ditekuk begitu? Kukira akan berangkat dengan Pak Bayu?" tanya Frans."Mas Bayu, mulai sekarang biasakan untuk memanggil Mas Bayu," jawab jelita pada Frans.Ia terkekeh. "Nantilah kalau sudah resmi jadi adik iparnya," jawabnya."Kamu harus membiasakan diri Frans!" tekan Jelita."Baiklah Tuan putri, sekarang aku tanya kenapa cemberut?" tanyanya pada Jelita."Aku tidak tahu Kenapa kakakku itu begitu muncul dari kamarnya wajahnya tidak enak di lihat dan pergi begitu saja, tanpa menungguku masuk kedalam mobilnya," jawabnya kesal."Kenapa tidak bawa sendiri?" tanya Frans."Aku sedang malas mengemudi, apa kau keberatan aku menumpang mobilmu?" tanya Jelita ketus."Tidak, bagaimana aku keberatan jika yang menu
Serly segera bangkit dari duduknya dan menghadang langkah Bayu. "Anda tidak bisa melakukan ini pada saya, Anda selaku pimpinan harusnya Anda bisa menghargai saya sebagai mitra bisnis Bapak!" protes Serly.Saya hanya tidak nyaman dengan pakaian Anda, karena itu proyek ini saya limpahkan pada Firda sesama wanita pasti akan lebih nyaman, 'kan Nyonya," jawab Bayu pada Serly."Saya tidak mau saya hanya ingin mendiskusikan dengan Anda, bukan yang lainnya," jawabnya sambil semakin mendekat pada Bayu.Kesepakatannya Tidak harus saya langsung menangani proyek ini, 'kan, Bu Serly? Jika Anda keberatan Anda boleh mundur. Bukan perusahaan Anda saja yang menangani proyek ini, Jika Anda mundur kami tidak akan rugi. Silahkan terima apa yang menjadi keputusan saya, atau mundur!" jawab Bayu dengan tegas.Lalu bergegas keluar dari ruangannya. Ia berjalan memasuki lift dengan langkah cepat. Ia tidak mau terlibat dengan wanita-wanita yang sengaja mendekatinya.
Di kantor Bayu, Serly mengakhiri rapatnya dengan Firda sangat cepat, ia sudah tidak punya minat untuk mengetahui perkembangan proyek itu, tujuannya adalah bertemu dengan bayu sebab ia mengira jika lelaki di tinggal lama oleh istrinya pasti membutuhkan kehangatan dan ia hendak menawarkan dirinya sebagai penghangat di ranjang dinginnya Bayu.Ia tidak mengira bahwa ia akan mendapatkan penolakan dari Bayu, padahal dia sudah memakai baju yang menunjukkan kemolekan tubuhnya tetapi pria itu tidak memandang sebelah mata padanya.Ia sangat tersinggung, dengan penolakan itu, hingga memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan setelah berbicara panjang lebar dengan Firda sekertaris Bayu selama tiga puluh menit berlalu.Serly berjalan keluar dari ruangan Bayu dengan hati gusar. 'Ok! Hari ini kamu bisa menghindariku, Tuan Bayu, tetapi dilain waktu kamu tidak akan bisa menghindariku," sumpahnya dalam hati.Ia masuk dalam lift. Tak seberapa lama pintu terbuka dan dia keluar menuju mobilnya, istri pengusa
Mobil berhenti di sebuah rumah dengan halaman yang luas serta kanan kirinya terdapat kebun sayur. Seorang pria keluar dari mobil dan menenteng tas peralatan dokternya, gadis kecil berusia enam tahun berlari menyongsong pria itu yang tak lain adalah Dokter Rizal."Daddy!" teriaknya sambil menghambur Ke dalam pelukan pria itu."Hai apa anak Daddy sudah mandi?" tanyanya sambil berjongkok mensejajarkan dirinya."Sudah, apa Daddy akan memeriksa Satria?" tanyanya."Hem, apa dia sudah baikan?" tanya Dokter Rizal pada Putrinya."Sedikit, tetapi dia pelit, pinjam mainan barunya saja tidak boleh," jawab Nara sambil mengerucutkan bibirnya."Memangnya Satria punya apa? Sampai-sampai kamu ingin pinjam," tanya Dokter Rizal lagi penuh penasaran."Dia punya pesawat yang bisa terbang, Dad. Paman Hatan membelikannya," jawab Nara."Oh, ya. Kalau begitu biarkan dia main dengan puas, Daddy akan belikan kamu besok, bagaimana?" tanya
Malam harinya Satria tidur lebih awal berharap mimpi bertemu dengan sang Papa. Naila tersenyum melihat ulah sikecil walau bocah itu belum bisa tidur ia berusaha untuk tidur, terdengar di rungu wanita itu sang anak berdoa."Ya Allah berikanlah saya mimpi bertemu Papa karena aku rindu Papa, ya Allah," ucap bocah itu lalu memejamkan mata.kembali menetes air mata Naila. "Maaf!"Hanya itu yang ia bisa katakan saat sang putra tengah merindukan sang Papa. Dia mengusap air matanya yang jatuh di pipi halusnya.Tak lama kemudian sang putra tertidur sambil memeluk mainannya. Naila mengusap pipi gembul putranya. Ia menarik napas dalam, 'Apa salah bocah ini harus di hina hanya karena sang papa tidak pernah datang menemuinya, bukan salah putraku, tetapi salahku memisahkanmu dari papamu,' batinnya.ia pun membaringkan tubuhnya memeluk bocah lelaki kecil itu yang memang mirip sekali dengan suami. Mencium wajah bocah itu yang sudah terlelap.Di
Dua berikut Satria mengikuti outbond di suatu tempat. Sebenarnya Naila belum bisa mengijinkan anaknya untuk ikut Outbond. Apa boleh buat Satria merengek karena dia sudah menunggu jauh-jauh hari untuk bisa ikut acara itu.Akhirnya Naila mengijinkan, dan dia mendapingi sang putra sambil membawa laptopnya. Satu jam perjalanan menggunakan bus mereka sampai.Satria begitu senangnya, ia mengikuti semua kegiatan outbound, hingga di pertengahan kegiatan Satria pingsan, guru-guru panik dan Naila mematikan laptopnya dan memasukkan kedalam tas segera lalu menghampiri putranya pengelola area itu memberikan fasilitas mobil mengantarkan ke rumah sakit terdekat.Setibanya di sana Satria dibawa ke IGD. Kebetulan rumah sakit itu tempat Dokter Rizal bertugas. Saat ada murid TK Ar rahman dilarikan di rumah sakit ini. Ia bergegas keluar ruangan pasiennya ia berjalan cepat menuju IGD.Dari kejauhan ia melihat wanita yang dikenalnya sebagai Rosmala itu duduk dengan gelisah menunggu dokter keluar dari ruang
Dokter Rizal menatap bocah lelaki yang tak sadarkan diri itu. Hatinya juga ikut sedih karena anak yang sehari-hari nampak sehat dan ceria itu tergolek lemah di rumah sakit. Lalu ia mengalihkan pandangan pada wanita yang selama ini dia suka tetapi terhalang sebuah status yang tak mungkin ia terjang.Dokter Rizal keluar dari ruangan dan berjalan menuju pintu keluar rumah sakit ia masuk ke dalam mobil lalu menjalankan dengan kecepatan sedang mencari makanan sebab ia tahu Rosmala belum mengisi perutnya sama sekali.Ia berhenti di sebuah restoran dan memesan dua kotak makanan setelah itu ia kembali mobilnya dan kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang kembali ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit ia keluar dari mobilnya lalu berjalan menyusuri koridor rumah sakit ia masuk ke dalam kamar inap Satria dan meletakan dua buah kotak makanan di atas meja."Ros, makanlah kau belum makan apapun dari tadi, jika kau sakit siapa yang akan menjaga anakmu," tekan Dokter Rizal"Iya aku m