Satu Minggu kemudian, Mawar melakukan foto shoot, di sebuah ruangan dari tadi ia merasa tidak enak badan tetapi ia harus profesional. Maka ia pun tetap melakukannya.Dua jam berlalu, akhirnya sesi foto pun selesai, Mawar merasa legah telah menyelesaikan pekerjaannya hari ini. Sudah dua Minggu ia bekerja sebagai foto model.Disela-sela istirahatnya ia di panggil untuk ke kantor. 'Ada apa? Apa aku melakukan kesalahan?' pikirnya."Mbak Mawar, di panggil bos suruh ke kantor, " seseorang memanggilnya dan berbicara dengan menggunakan bahasa Korea.Mawar mengangguk, ia pun bergegas beranjak dari duduknya, dan berjalan menuju kantor, sesampai di depan ia pun berdiri dan mengetuk pintunya.Tak lama kemudian pintu terbuka dengan bantuan remote kontrol, ia pun masuk dan pintu itu kembali tertutup.Ia mengeryitkan dahinya kenapa ia menggunakan masker padahal sebelumnya ia tidak pernah memakainya."Apa ada sesuatu yang penting hingga kau memanggilku, Dae- hyun?" tanya Mawar setelah duduk di sofa.
Lima tahun kemudian, seorang bocah lelaki tengah berdebat dengan seorang teman yang tidak membolehkannya bermain. Dia adalah Satria."Kau tidak boleh bermain dengan kita, karena kau tidak punya Ayah," sahut salah satu dari temannya."Aku punya, ayahku kerja jauh, cari uang. Nanti kalau uangnya banyak ayahku akan pulang," jawab satria."Kau dibohongi ibumu, kau itu anak haram itu sebutan anak yang tidak punya bapak," sahut salah satu temannya lagi."Ardi, kau jangan begitu, kata ayahku menghina itu tidak baik, Satria memang punya Ayah, dia tidak bohong," jawab Nara."Kubilang tidak punya ya tidak punya. kamu itu anak haram!" teriak Ardi mengejek.Satria jengkel ia pun menerjang dan memukul wajah Ardi dengan sangat kencang mereka pun berkelahi, dan beberapa anak pun mengeroyok Satria. Nara berlari kencang memanggil Hatan. "Paman Satria berkelahi ia di keroyok anak-anak," lapor Nara yang usianya sudah enam tahun itu."Apa? Di mana?" tanya terkejut ia segera meninggalkan pekerjaan."Di s
Naila duduk di kursi panjang, ia menatap putra semata wayangnya, anak sekecil ini telah mendengar hal-hal yang seharusnya ia dengar.Ia membelai wajah lebam sang putra. air matanya terus menetes. "Maafkan Mama," ucapnya berulang kali.mata sikecil mengerjab anak itu perlahan membuka matanya. "Mama, sakit!" teriaknya.Naila memeluk sang putra dengan sangat eratnya. "Maafkan Mama, tidak bisa menjagamu," ucap Naila."Mama gak salah, Tria yang nakal tidak nurut apa kata Mama, harusnya Tria gak main jauh-jauh, harusnya Tria main sendiri saja agar mereka tidak mengejek Tria," jawab Satria membuat Naila menangis tersedu."Mama jangan nangis, nanti Tria sedih," ucap kembali sikecil."Enggak, Mama ngak nangis, Nak," jawab Naila pada anaknya.Tak lama kemudian terdengar suara salam, dan mereka menjawabnya lalu seorang pria masuk dengan membawa tasnya."Om Dokter!" teriak satria."Bagaimana jagoan om yang ganteng ini. Kenapa wajahnya lembam semua ini?" tanyanya."Tria berkelahi Om, tetapi mereka
Naila merawat anaknya dengan penuh kasih sayang, hari mulai senja, kembali Naila menyeka badan sang putra dengan air hangat, sambil menangis."Kanapa Mama menangis? Maafkan Tria, sudah buat Mama menangis."Tidak, Maafkan Mama karena Mama kamu berkelahi," jawab Naila"Bukan, Karena Papa aku berkelahi, kenapa Papa tidak pulang sama sekali untuk sekedar menjegukku? Apa Papa harus punya uang banyak untuk bisa pulang menjengukku? Kalau begitu aku tidak mau uang banyak, aku mau Papa, Ma!" rengek Satria.Membuat Naila bingung dan kelabakan, ia tidak tahu apa dan bagaimana menjelaskan pada Satria. Bisa saja ia pergi menemui sang suami. Akan tetapi itu sama saja dengan bunuh diri. Regan akan tahu keberadaannya dan pria itu akan melakukan banyak cara untuk bisa mendapatkan tubuhnya."Nak, dengarkan Mama, saat ini Mama belum bisa membawamu, untuk menemui Papa, suatu saat nanti kamu akan bertemu dengan Papa," jawab Naila."Kenapa, Ma? Mama tinggal telpon Papa dan minta dia pulang katakan Satria t
Bayu mengerem mobil dengan sangat cepat saat seorang anak menyebrang tanpa melihat jalan. dan dengan buru-buru ia keluar dari mobilnya dan berjalan ke arah bocah lelaki yang tengah terjatuh karena terkejut."Kau tidak apa-apa?" tanyanya pada anak lelaki itu."Aku tidak apa-apa," jawab bocah lelaki itu sambil mendongak sebab hidungnya berdarah. Bayu terkejut, selain karena melihat darah yang mengalir di hidungnya ia juga melihat wajah yang begitu mirip dirinya saat kecil."Kau berdarah, Nak. Ayo Om antar ke rumah sakit!" tawarnya tanpa menunggu bocah kecil itu ia menggendong anak Itu.Mobil dipacunya dengan sangat cepat. Bocah lelaki itu mengambil tisu dan membersihkan darahnya yang keluar dari hidungnya."Om saya tidak apa-apa, antar saya pulang saja!" pinta bocah kecil itu."Benar sudah tidak apa-apa?" tanya Bayu pada anak itu.Anak itu mengangguk sambil tersenyum, sedangkan bayu memelankan mobilnya dan berhenti di bahu jalan. "Om punya seorang istri yang hilang, pada waktu itu ia ha
Jelita menelpon Frans untuk minta dijemput, padahal Frans sudah hampir sampai ke kantornya dan ia harus balik lagi menjemput Jelita.Tak lama kemudian dia pun sampai dan mobil berhenti tepat di depan Jelita. Gadis itu segera membuka pintu depan dan duduk di samping Frans."Kenapa mukanya ditekuk begitu? Kukira akan berangkat dengan Pak Bayu?" tanya Frans."Mas Bayu, mulai sekarang biasakan untuk memanggil Mas Bayu," jawab jelita pada Frans.Ia terkekeh. "Nantilah kalau sudah resmi jadi adik iparnya," jawabnya."Kamu harus membiasakan diri Frans!" tekan Jelita."Baiklah Tuan putri, sekarang aku tanya kenapa cemberut?" tanyanya pada Jelita."Aku tidak tahu Kenapa kakakku itu begitu muncul dari kamarnya wajahnya tidak enak di lihat dan pergi begitu saja, tanpa menungguku masuk kedalam mobilnya," jawabnya kesal."Kenapa tidak bawa sendiri?" tanya Frans."Aku sedang malas mengemudi, apa kau keberatan aku menumpang mobilmu?" tanya Jelita ketus."Tidak, bagaimana aku keberatan jika yang menu
Serly segera bangkit dari duduknya dan menghadang langkah Bayu. "Anda tidak bisa melakukan ini pada saya, Anda selaku pimpinan harusnya Anda bisa menghargai saya sebagai mitra bisnis Bapak!" protes Serly.Saya hanya tidak nyaman dengan pakaian Anda, karena itu proyek ini saya limpahkan pada Firda sesama wanita pasti akan lebih nyaman, 'kan Nyonya," jawab Bayu pada Serly."Saya tidak mau saya hanya ingin mendiskusikan dengan Anda, bukan yang lainnya," jawabnya sambil semakin mendekat pada Bayu.Kesepakatannya Tidak harus saya langsung menangani proyek ini, 'kan, Bu Serly? Jika Anda keberatan Anda boleh mundur. Bukan perusahaan Anda saja yang menangani proyek ini, Jika Anda mundur kami tidak akan rugi. Silahkan terima apa yang menjadi keputusan saya, atau mundur!" jawab Bayu dengan tegas.Lalu bergegas keluar dari ruangannya. Ia berjalan memasuki lift dengan langkah cepat. Ia tidak mau terlibat dengan wanita-wanita yang sengaja mendekatinya.
Di kantor Bayu, Serly mengakhiri rapatnya dengan Firda sangat cepat, ia sudah tidak punya minat untuk mengetahui perkembangan proyek itu, tujuannya adalah bertemu dengan bayu sebab ia mengira jika lelaki di tinggal lama oleh istrinya pasti membutuhkan kehangatan dan ia hendak menawarkan dirinya sebagai penghangat di ranjang dinginnya Bayu.Ia tidak mengira bahwa ia akan mendapatkan penolakan dari Bayu, padahal dia sudah memakai baju yang menunjukkan kemolekan tubuhnya tetapi pria itu tidak memandang sebelah mata padanya.Ia sangat tersinggung, dengan penolakan itu, hingga memutuskan untuk mengakhiri pembicaraan setelah berbicara panjang lebar dengan Firda sekertaris Bayu selama tiga puluh menit berlalu.Serly berjalan keluar dari ruangan Bayu dengan hati gusar. 'Ok! Hari ini kamu bisa menghindariku, Tuan Bayu, tetapi dilain waktu kamu tidak akan bisa menghindariku," sumpahnya dalam hati.Ia masuk dalam lift. Tak seberapa lama pintu terbuka dan dia keluar menuju mobilnya, istri pengusa