Dua bulan telah berlalu usia kandungan Naila sudah berusia sembilan bulan lebih, terkadang ia merasa sakit di bagian pinggang, kadang sakit di bagian perut bawahnya dan terasa menegang.Ia sudah merasa kepayahan jika sedang berjalan. Namun ia tidak pernah mengeluh karena anak inilah yang menjadi semangatnya untuk tetap hidup jauh dari suami tercinta.Setiap malam jika dia merindukan sosok Bayu ia akan memeluk baju kotor Bayu yang selalu di bawahnya kemana saja.Malam ini semakin dia gelisah beberapa kali ia merasakan sakit luar biasa lalu hilang lagi, begitu terus. 'Apa sudah waktunya,' pikirnya. Namun tidak mungkin karena perkiraan hari lahirnya kurang satu minggu.Malam semakin larut, sakit datang dan pergi, dalam rintihan ia selalu menyebut nama Bayu. Airmata berlinang ia ingin di peluk pria itu."Setiap kali sakit datang ia mendekap pakai Bayu lalu menciumnya. Andai waktu itu ia tahu Wahyu adalah Bayu maka ia akan memeluk dengan erat,
Jelita segera menyelesaikan sarapan dan meminum teh hangatnya lalu ia menyambar tas kerjanya dan beranjak dari tempat duduknya berjalan cepat menyusul sang kakak yang sudah duluan di dalam mobil."Kenapa tergesa-gesa sih Mas?" tanya Jelita saat dia sudah masuk di dalam dan duduk di sebelah Bayu."Karena dari tadi malam perut Mas ini rasanya ngak enak, Ta," jawab Bayu mulai menarik tuas dan menyalakan mobilnya lalu berjalan perlahan keluar dari gerbang rumahnya."Kenapa gak periksa ke dokter saja?" tanya Jelita."Ia nanti, Ta, selesai rapat saja. Soalnya ini rapat dewan direksi jadi tidak bisa di batalkan," jawab Bayu sambil terus mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang.Tak lama kemudian mereka sampai, Bayu memarkirkan mobilnya di basement ia pun keluar bersama dengan Jelita. Mereka berdua berjalan beriringan beberapa karyawan mengangguk hormat saat dua orang itu melewati mereka.Aura kedua orang penting itu sangatlah kuat,
Setelah sampai perutnya semakin sakit ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuh, kakinya begitu lemas keringat semakin membasahi tubuhnya, ia pun jatuh ke lantai berguling ke sana kemari menahan rasa sakit. Jelita yang cemas akan kondisi kakaknya itu, pamit kepada Frans untuk menyusul keruangan kerja sang kakak, Frans mengijinkannya sebab ia juga tidak tegah melihat keadaan Bayu yang terlihat sangat kesakitan itu.Jelita bergegas keluar ruangan rapat setelah mendapatkan ijin dari frans. Ia berjalan cepat menuju ruangan sang kakak.Setibanya di sana ia terkejut sang kakak meringkuk di lantai dengan menahan sakit yang luar biasa."Mas Bay ada apa denganmu?" tanya Jelita"Sakit sekali, Ta. Mas ngak tahu kenapa," jawabnya lemas."Mas harus ke dokter gak bisa begini!" pintanya Tegas.Dia kembali ke ruang rapat dan mengambil alih mikropon. "Maaf rekan-rekan kami tidak dapat meneruskan rapatnya, Dirut sedang sakit dan butuh pe
Di rumah sakit Bayu sudah siuman dari pingsannya ia melihat seisi ruangan, yang serba putih. "Di mana aku?" tanyanya sambil menatap Frans dan Jelita."Anda di rumah sakit, Pak," jawab Frans."Kamu pingsan, Mas," jawab Jelita."Perutku sangat sakit, apa Dokter sudah memeriksaku? Lalu apa kata Dokter?" tanyanya"Dokter sudah memeriksa katanya tidak ada yang serius, malah ia tanya apa Pak Bayu sudah menikah dan aku jawab sudah apa hubungannya pula ia bertanya itu. Dokter kembali bertanya apa istri tengah hamil besar dan segera melahirkan, kalau iya kemungkinan rasa sakitnya Pak Bayu yang merasakan saat sang istri melahirkan," jelas Jelita pada Bayu sambil matanya berkaca-kaca."Apa benar, Mas, Naila Hamil dan sekarang waktunya melahirkan?""Iya dia hamil, tetapi aku tidak tahu dia di mana jika iya itu artinya dia masih hidup dan selamat bersama anakku," jawabnya dengan pandangan kosong."Aku tidak bisa melihat istriku melah
Setelah badan terasa lebih baik Bayu pun meminta pulang. "Aku ingin pulang suruh Frans mengurus Administrasinya," pinta Bayu."Baik, Mas," jawabnya sambil berjalan keluar ruangan menemui Frans. "Mas Frans, Mas Bayu ingin pulang tolong urus administrasinya!" pinta Jelita."Baik, Nona!" jawab Frans beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantor administrasi.Jelita mengecek infus sang kakak lalu memanggil perawat untuk melepaskan infusnya. Tak lama kemudian perawat datang dan melepaskan infus Bayu.Bayu bangun dari tempat duduknya dan berdiri, masih terasa sedikit pusing tetapi tidak dihiraukannya karena dia ingin lekas sampai di rumah, ia tidak betah berada di rumah sakit dan ia merasa sudah sangat sehat jadi ia ingin pulang.Frans masuk kedalam ruangan. "Tuan semua sudah di urus, apa Anda sudah kuat berjalan?" tanya Frans.Bayu berdecak. "Ck, aku hanya sakit perut, Frans. Bukan benar-benar sedang melahirkan,"
Dua hari kemudian Naila di ijinkan pulang di Jemput oleh Hatan. Naila mengemasi barang bawaannya, Dokter Rizal masuk ke ruangan wanita itu."Apa benar-benar sudah bisa jalan?" tanyanya sambil duduk-duduk di sofa "Sudah Dok, terimakasih," ucap Naila.Apa apa baby boy sudah punya nama, Ros?" tanyanya pada Naila"Sudah Dok," jawab Naila singkat."Siapa? Kalau boleh tahu," tanya Dokter Rizal."Satria Bayu Saputra," jawab Naila.Dokter Rizal mengerutkan dahinya, ia mencoba mengingat sebuah nama yang tersemat di belakang nama anak Naila. Sepertinya ia perna mendengar nama itu, bahkan sangat familiar. Namun tidak berani menebak andai pun benar mengapa mereka berpisah, Dokter Rizal tak berani terlalu jauh menyimpulkan.Setelah beberes, Dokter Rizal membantu membawakan tas dan menaruhnya di dalam Bagasi mobil Hatan. Naila dan putranya masuk kedalam lalu mobil berjalan dengan meninggalkan Klinik Dokter Rizal. Pria i
Dokter Rizal menatap ruangan yang di tempati Naila. 'Mungkin itu hanya kebetulan saja,' pikirnya masih terusik nama belakang bayi itu.Masih jelas teringat olehnya, Dinda yang dinikahinya tiga tahun yang lalu dan telah berpulang setelah melahirkan putri yang cantik untuknya.Wanita itu menangis dalam pelukannya karena cintanya bertepuk sebelah tangan dan Rizal menawarkan hatinya untuk mengobati hati wanita yang dicintainya itu dan ia baru mendengar pernyataan cinta istrinya di detik-detik terakhirnya.Ia menghembuskan napas. 'Kenapa wanita yang ku kenal, kukagumi bahkan kucintai selalu mencintaimu, Bayu,' gumamnya dalam hati.Ia tersenyum samar. "Mari kita lihat apakah istrimu itu tetap mencintaimu saat kalian bertemu kembali ataukah tidak, aku akan merebut hatinya agar kau tahu bagaimana rasanya saat wanita yang kau cintai tak mencintaimu hanya menjalani kewajibannya sebagai istri, seperti diriku yang selalu berharap hati Dinda hanya untukku tetapi itu tidak pernah kurasakan. Kau men
Regan semakin kencang mencengkram rahang Ratna, "Katakan padaku atau kau mati saat ini!" ancam Regan."Lakukan, bunuh aku! Maka kau akan miskin dan apa yang kau punya saat ini akan lenyap, Kau tahu apa yang bisa aku lakukan padamu," tantang Ratna, membuat Regan merenggangkan cengkramannya."Kau benar-benar memuakkan," jawab Regan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa."Jika bukan kamu, lalu siapa yang menyembunyikan Naila?" tanyanya dengan menatap tajam pada istri pertamanya itu."Mana kutahu? Kau yang menginginkannya bukan? Maka carilah sendiri jangan tanya aku!" jawab wanita itu tanpa melihat Regan."Kau sudah tua semakin menyebalkan, Rat," maki Regan."Kau sama bukan? Kenapa kau tidak puas juga, dia tidak mau dengan Re, sadarlah itu!" teriak Ratna."Aku tidak peduli, aku menginginkannya dan ia harus kudapatkan!" jawabnya"Apa aku harus memotong senjatamu itu? Agar kau berhenti mengejar Naila atau