Setelah sampai perutnya semakin sakit ia tidak tahu apa yang terjadi pada tubuh, kakinya begitu lemas keringat semakin membasahi tubuhnya, ia pun jatuh ke lantai berguling ke sana kemari menahan rasa sakit.
Jelita yang cemas akan kondisi kakaknya itu, pamit kepada Frans untuk menyusul keruangan kerja sang kakak, Frans mengijinkannya sebab ia juga tidak tegah melihat keadaan Bayu yang terlihat sangat kesakitan itu.Jelita bergegas keluar ruangan rapat setelah mendapatkan ijin dari frans. Ia berjalan cepat menuju ruangan sang kakak.Setibanya di sana ia terkejut sang kakak meringkuk di lantai dengan menahan sakit yang luar biasa."Mas Bay ada apa denganmu?" tanya Jelita"Sakit sekali, Ta. Mas ngak tahu kenapa," jawabnya lemas."Mas harus ke dokter gak bisa begini!" pintanya Tegas.Dia kembali ke ruang rapat dan mengambil alih mikropon. "Maaf rekan-rekan kami tidak dapat meneruskan rapatnya, Dirut sedang sakit dan butuh peDi rumah sakit Bayu sudah siuman dari pingsannya ia melihat seisi ruangan, yang serba putih. "Di mana aku?" tanyanya sambil menatap Frans dan Jelita."Anda di rumah sakit, Pak," jawab Frans."Kamu pingsan, Mas," jawab Jelita."Perutku sangat sakit, apa Dokter sudah memeriksaku? Lalu apa kata Dokter?" tanyanya"Dokter sudah memeriksa katanya tidak ada yang serius, malah ia tanya apa Pak Bayu sudah menikah dan aku jawab sudah apa hubungannya pula ia bertanya itu. Dokter kembali bertanya apa istri tengah hamil besar dan segera melahirkan, kalau iya kemungkinan rasa sakitnya Pak Bayu yang merasakan saat sang istri melahirkan," jelas Jelita pada Bayu sambil matanya berkaca-kaca."Apa benar, Mas, Naila Hamil dan sekarang waktunya melahirkan?""Iya dia hamil, tetapi aku tidak tahu dia di mana jika iya itu artinya dia masih hidup dan selamat bersama anakku," jawabnya dengan pandangan kosong."Aku tidak bisa melihat istriku melah
Setelah badan terasa lebih baik Bayu pun meminta pulang. "Aku ingin pulang suruh Frans mengurus Administrasinya," pinta Bayu."Baik, Mas," jawabnya sambil berjalan keluar ruangan menemui Frans. "Mas Frans, Mas Bayu ingin pulang tolong urus administrasinya!" pinta Jelita."Baik, Nona!" jawab Frans beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju kantor administrasi.Jelita mengecek infus sang kakak lalu memanggil perawat untuk melepaskan infusnya. Tak lama kemudian perawat datang dan melepaskan infus Bayu.Bayu bangun dari tempat duduknya dan berdiri, masih terasa sedikit pusing tetapi tidak dihiraukannya karena dia ingin lekas sampai di rumah, ia tidak betah berada di rumah sakit dan ia merasa sudah sangat sehat jadi ia ingin pulang.Frans masuk kedalam ruangan. "Tuan semua sudah di urus, apa Anda sudah kuat berjalan?" tanya Frans.Bayu berdecak. "Ck, aku hanya sakit perut, Frans. Bukan benar-benar sedang melahirkan,"
Dua hari kemudian Naila di ijinkan pulang di Jemput oleh Hatan. Naila mengemasi barang bawaannya, Dokter Rizal masuk ke ruangan wanita itu."Apa benar-benar sudah bisa jalan?" tanyanya sambil duduk-duduk di sofa "Sudah Dok, terimakasih," ucap Naila.Apa apa baby boy sudah punya nama, Ros?" tanyanya pada Naila"Sudah Dok," jawab Naila singkat."Siapa? Kalau boleh tahu," tanya Dokter Rizal."Satria Bayu Saputra," jawab Naila.Dokter Rizal mengerutkan dahinya, ia mencoba mengingat sebuah nama yang tersemat di belakang nama anak Naila. Sepertinya ia perna mendengar nama itu, bahkan sangat familiar. Namun tidak berani menebak andai pun benar mengapa mereka berpisah, Dokter Rizal tak berani terlalu jauh menyimpulkan.Setelah beberes, Dokter Rizal membantu membawakan tas dan menaruhnya di dalam Bagasi mobil Hatan. Naila dan putranya masuk kedalam lalu mobil berjalan dengan meninggalkan Klinik Dokter Rizal. Pria i
Dokter Rizal menatap ruangan yang di tempati Naila. 'Mungkin itu hanya kebetulan saja,' pikirnya masih terusik nama belakang bayi itu.Masih jelas teringat olehnya, Dinda yang dinikahinya tiga tahun yang lalu dan telah berpulang setelah melahirkan putri yang cantik untuknya.Wanita itu menangis dalam pelukannya karena cintanya bertepuk sebelah tangan dan Rizal menawarkan hatinya untuk mengobati hati wanita yang dicintainya itu dan ia baru mendengar pernyataan cinta istrinya di detik-detik terakhirnya.Ia menghembuskan napas. 'Kenapa wanita yang ku kenal, kukagumi bahkan kucintai selalu mencintaimu, Bayu,' gumamnya dalam hati.Ia tersenyum samar. "Mari kita lihat apakah istrimu itu tetap mencintaimu saat kalian bertemu kembali ataukah tidak, aku akan merebut hatinya agar kau tahu bagaimana rasanya saat wanita yang kau cintai tak mencintaimu hanya menjalani kewajibannya sebagai istri, seperti diriku yang selalu berharap hati Dinda hanya untukku tetapi itu tidak pernah kurasakan. Kau men
Regan semakin kencang mencengkram rahang Ratna, "Katakan padaku atau kau mati saat ini!" ancam Regan."Lakukan, bunuh aku! Maka kau akan miskin dan apa yang kau punya saat ini akan lenyap, Kau tahu apa yang bisa aku lakukan padamu," tantang Ratna, membuat Regan merenggangkan cengkramannya."Kau benar-benar memuakkan," jawab Regan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke sofa."Jika bukan kamu, lalu siapa yang menyembunyikan Naila?" tanyanya dengan menatap tajam pada istri pertamanya itu."Mana kutahu? Kau yang menginginkannya bukan? Maka carilah sendiri jangan tanya aku!" jawab wanita itu tanpa melihat Regan."Kau sudah tua semakin menyebalkan, Rat," maki Regan."Kau sama bukan? Kenapa kau tidak puas juga, dia tidak mau dengan Re, sadarlah itu!" teriak Ratna."Aku tidak peduli, aku menginginkannya dan ia harus kudapatkan!" jawabnya"Apa aku harus memotong senjatamu itu? Agar kau berhenti mengejar Naila atau
Lima orang sudah menuntaskan hasratnya pada Mawar atas perintah Regan dan kembali memakai pakaiannya, sementara lima orang hanya terpaku. "Kenapa kalian diam apa kalian sungkan padaku baiklah aku akan pergi setelah menalaknya dan kalian boleh bersenang-senang kembali," katanya lalu ia pun mengucapkan talak kepada Mawar sebanyak tiga kali kemudian pergi di ikuti kelima anak buahnya dengan perasaan tidak menentu.Sementara empat orang anak buah Regan pergi tanpa menyentuh Mawar dan tinggal satu orang menatap wanita yang tak mampu bicara apapun itu."Nyonya, Anda harus kuat, tuan tidak mengambil apa yang menjadi milik Anda saat ini, gunakan itu untuk bangkit," kata pria itu berjalan menuju kamar mandi, ia menyiapkannya untuk Mawar lalu kembali lagi dan melepaskan ikatan tangan Mawar lalu menggendongnya dan memasukkan kedalam bathub berisi air hangat dan aroma terapi."Kenapa kau tidak melakukannya seperti teman brengsekmu itu?" tanya Mawar"Maaf saya tidak sampai hati Nyoya, mandilah ji
Dua bulan berikutnya, Seorang wanita mematut di depan cermin. 'Apa aku sudah seperti Naila,' bisiknya dalam hati.Setelah tiba di Korea tiga bulan yang lalu dan menetap di sana. Mawar meminta Doni untuk memperlihatkan foto Naila, ia bahkan meminta foto itu dikirimkan padanya, lalu meminta seorang dokter bedah plastik terkenal untuk merombak wajahnya mirip dengan Naila.Sungguh luar biasa hasilnya bahkan ia tidak bisa mengenali dirinya sendiri, ia terlihat seperti Naila. Ia masih menatap wajahnya dengan tidak percaya, saat Catrin temannya memanggilnya mengabarkan ada seseorang yang ingin menemuinya.Mawar tersenyum dia sudah bisa menebak siapa yang datang menemuinya. Satu Minggu yang lalu ia menelpon Doni untuk menemuinya di Korea. Ia bergegas keluar kamar untuk menemui pria itu."Mas Doni sudah lama menunggu?" tanyanyaDoni mendongak dan terkejut. "Apa yang Nyonya lakukan? Kenapa merombak wajah anda menjadi orang lain?" tanya Doni merasa terkejut.Aku ingin masuk dalam kehidupan Regan
Di desa terpencil Naila menjalani hidupnya dengan kebahagiaan bayi mungil yang bernama satria itu sudah berusia tiga bulan semakin lucu dan menggemaskan semakin terlihat mirip dengan Bayu. Naila selalu menitikkan air matanya saat melihat wajah sang putra.Dokter Rizal sering datang ke rumah sekedar memeriksa kesehatan dan pertumbuhan Satria. Begitu pun hari ini dia datang ke rumah Naila untuk memeriksa Baby boy itu."Hai, Boy, kamu semakin sehat, ya?" sapanya pada bayi lelaki berusia tiga bulan itu."Ros, suamimu belum datang?" tanya Dokter Rizal."Belum, Dok," jawab Naila singkat."Kenapa? Apa suamimu tidak kangen dengan istri dan anaknya?" tanya Dokter Rizal ingin memastikan sesuatu "Dia sangat rindu, bahkan rindu yang mungkin amat parah. Anda tidak bisa menyimpulkan sesuatu hanya dengan pandangan sekilas, Dokter," ucap Naila."Maaf, jika kamu tersinggung dengan pertanyaanku? Aku hanya heran apakah uang lebih penting dari sebuah keluarga, sehingga suamimu tidak pulang hanya untuk m