Dokter kembali melanjutkan penjelasannya, "Kemoterapi hanya menghambat kanker agar tidak merambat ke organ vital lainnya tidak bisa menyembuhkan secara total tetapi jika Anda ingin putra Anda sembuh jalan satu-satunya adalah traspalasi sumsum tulang belakang dan kami sudah memeriksa ibu. Namun, sayangnya tidak cocok. Traspalasi Tulang sumsum belakang sebaik berasal dari keluarga terdekat, Bu. Bisa anda atau dari ayah biologisnya, untuk menghindari resiko yang terhadap pasien dan pendonor itu sendiri. Untuk penanganan lebih baik saya akan buatkan rujukan di rumah sakit pusat di Jakarta yang lebih komplit dari ini. Bagaimana, Bu?" tanya Dokter Hamza pada Naila.Naila kembali terdiam ia tidak mampu berfikir apa pun saat ini otaknya hanya berputar bagaimana ia bertemu dengan Bayu dan menjelaskan ini semua. Hingga panggilan yang ketiga dia pun mendongak."Yang terbaik menurut dokter saja, jika harus dirawat di rumah sakit pusat saya tidak apa-apa," jawabnya pasrah lalu terpejam sesaat keta
Di waktu yang bersamaan di sebuah restoran hotel berbintang, di adakan makan-makan dalam rangkah menjamu semua karyawan dan staf penting perusahaan, karena pernikahan Jelita dilaksanakan di jepang pada waktu itu.Bayu tidak pulang ke Jepang untuk menghadiri pernikahan adiknya sebab tidak ingin mamanya mendesak untuk menikah lagi pasalnya sudah lima tahun sang istri tidak kembali membuat sang Mama geram.Walau pun wanita paruh baya itu tahu penyebab kepergian menantunya itu tetapi ia tidak bisa membenarkannya. Sebab, menurut dia suami istri itu ibarat patner, jika bahagia maka harus membaginya begitu pula sebaliknya, masalah harus di selesaikan bersama.Bayu menatap kebahagiaan adiknya itu sengaja ia duduk di tempat yang jauh dari mereka karena hatinya saat ini sangat risau.Berulang kali ia bermimpi bertemu dengan anak lelaki yang terbaring di ranjang dan di penuhi kabel penunjang kehidupan. Wajahnya sangat kuyuh. 'Di mana sebenarnya kau Naila, kenapa semakin tidak terjangkau, dan sia
Bayu menatap kosong, hatinya semakin gundah ia pun berpamitan pada Hugo untuk keluar sebentar, Hugo menawarinya untuk menemaninya tetapi ia menolak karena ia ingin pergi sendirian, untuk menenangkan hatinya yang galau."Ia masuk dalam mobilnya dan memacunya dengan kecepatan kencang menuju villa di mana dulu mereka menikah, ia rindu momen itu. 'Nai, kembalilah kita hadapi sama-sama,' bisik hatinya.mobil Bayu masuk ke dalam villa itu, lalu ia keluar dari mobilnya. Pengurus villanya menyambut kedatangannya ingin membawakan koper tuannya ke dalam."Tuan apa Anda akan menginap? Biar saya bawakan kopernya!" pinta Pak Jono."Saya tidak bawa koper, Pak," jawabnya.Pak Jono melongok ke sana-kemari mencari nyonya sang bos. Bayu menoleh ke arah Pak Jono. "Bapak cari siapa, Pak?" "Nyoya, apa Tuan tidak bersama Nyonya?" tanya Jono."Saya sendirian, Pak," jawab Bayu sambil berjalan masuk ke dalam villa dan masuk ke dalam kamarnya li
Naila duduk di sofa memikirkan apa yang akan dilakukan setelah ini ia sangat bingung menentukan keputusan. 'Ya Allah apa sebenarnya yang engkau rencanakan? Kenapa Satria mengidap kanker darah, anak yang masih berusia empat tahun itu haruskah mendapatkan kemoterapi,' pikirnya."Mama, ini bagaimana menyusunnya," tanya sang boca membuyarkan lamunannya."Apa, sayang?" tanya Naila dan menghampiri bocah tersebut."Ini, Ma, Satria ingin membuat gedung, tetapi kenapa sulit," tanyanya sambil menatap sang mama."Oh, ini begini, sayang," jawab Naila sambil membantu Satria membuat gedung dari lego yang di belikan Hatan kemarin.Bocah itu sangat senang dengan mainan barunya itu. Setelah bosan dengan pesawat ia akan bermain lego jika bosan kedua-dua ia akan merengek minta pulang. Naila terpaksa meminta Dokter Rizal untuk membelikan buku cerita agar sang putra bisa teralihkan dengan rasa rindunya pada teman -teman mainnya.T
Dokter Rizal mendudukkan Satria di bangku penumpang tengah, lalu ia menatap Hatan. "Mas, Nanti tolong ke rumah jam delapan malam ya, Mas. Ada yang ingin kubicarakan denganmu?" pinta Dokter Rizal."Baik, Mas Dokter, saya akan kesana," jawab Hatan sambil menoleh pada Dokter Rizal dan pria itu mengangguk lalu menutup pintu tengah mobil.Naila yang baru saja sampai, tersenyum pada Dokter Rizal. "Trimakasih, Dok," ucapnya."Sama-sama, sudah sana masuklah, jangan sampai putramu menunggu lama ia sudah sangat merindukan rumah," nasehat Dokter Rizal lalu pria itu pergi masuk ke dalam rumah sakit.Wanita itu menatap punggung yang semakin menjauh sambil menarik napas berat. lalu ia membuka pintu depan dan duduk di sebelah Hatan. "Jalan, Mas!" pinta Naila pada Hatan."Apa ada masalah denganmu dan Dokter Rizal, Ros," tanya Hatan kepada Naila sambil mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang."Tidak. Bukan, memang seperti itu orangnya, kadang ramah, kadang jutek, dan cuek kayak tadi," jawab Nail
Mereka masuk ke dalam lift. Pintu tertutup setelah Doni menekan lantai yang dituju kemudian terasa bergerak ke atas, Mawar menoleh pada lelaki itu. "Don, apa kamu tidak takut tertular dengan penyakitku?" tanya wanita itu."Kenapa takut, nyonya? Saya tahu benar bagaimana penularan penyakit Nyonya dan Nyonya tidak akan pernah mengajak saya bercinta bukan?" tanya Doni sambil tersenyum dan mengangguk hormat.Mawar tertawa miris. "Ya kau betul, jika ajalku tiba tolong urus pemakamanku sesuai prosedur kesehatan, jika Hyun pergi mendahuluiku, Don," pinta wanita itu."Nyonya jangan kawatir, bagaimanapun keadaan Nyonya saya tetap menghormati Anda dan siap membantu dan merawat Anda, hanya dengan ini saya bisa lakukan terhadap wanita korban, tuan Regan. Saya selalu ingat kondisi adik saya, Nyonya," jawabnya dengan kepala menunduk menyembunyikan kesedihannya."Maaf membuatmu sedih," ucap Mawar."Tidak sesedih Nyonya," jawabnya sambil menatap iba.
Mawar sudah membersihkan dirinya lalu pergi ke meja makan, ia tersenyum melihat hidangan yang ada di meja dan melihat secarik kertas di bawah piring. Wanita itu membacanya kemudian tersenyum lagi.[Nyonya silakan makan, saya pulang ya, jangan lupa minum obatnya!] Itu pesan yang ditulis oleh Doni saat sebelum pulang. Wanita itu pun menikmati makan malamnya.Karena Mawar terlalu asik berendam maka ia lupa waktu, jam enam sore baru keluar dari bathtub, Ia segera berganti pakaian dan keluar. Namun ternyata Doni sudah pergi.Sementara itu Hatan pergi ke rumah Dokter Rizal dengan berjalan kaki sebab sangat dekat dengan rumahnya. Ia ingin menanyakan ada keperluan apa sehingga ia mengundangnya datang ke rumah. Hatan mengucapkan salam dan di sambut dengan jawaban salam dari Dokter Rizal yang keluar menemui Hatan.Silahkan duduk, Mas. Mau minum apa? Akan saya buatkan," tawarnya ramah.Tidak usah, Pak Dokter. Jangan repot-repot, jika saya haus nanti saya ambil sendiri," jawab Hatan."Tidak usa
Hatan masih terdiam, dia membayangkan bocah sekecil itu mengidap penyakit yang mungkin sulit untuk sembuhnya, ia berharap ayah dari bocah itu cocok lalu bagaimana jika tidak cocok, otaknya mengembara kemana-mana memikirkan nasib Satria."Mas Hatan! Apa kamu bisa mendengar saya?" tegur Dokter Rizal sambil memegang bahu Hatan dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.Hatan menatap Dokter Rizal dengan tatapan tak terbaca. Jika ayahnya juga tidak cocok bagaimana?" tanya Hatan pada Dokter Rizal.Bisa menggunakan darah dari tali pusat Bayi yaitu adik dari Satria, dan syaratnya tentu Rosmala harus hamil dan melahirkan anak dari ayah yang sama. Teknologi ini disebut stem cell atau sel punca. Sel ini bisa diperoleh dari tali pusat dan sumsum tulang belakang," jelas Dokter Rizal."Tentu jalan satu-satunya adalah Ayah dari Satria. Lalu kapan Satria mulai menjalankan pengobatannya di sana?" tanya Hatan."Kalau bisa secepatnya, tolong Mas Hatan komunikasikan dengan Rosmala, saya yang akan mengurus prosed