“Jangan bilang Kakek akan mengunjungi Aurora?” Kedua alis Vigor terangkat tinggi.
“Memang kenapa?”
“Please! Zack bisa membunuhku, Kek.”
“Berani dia membunuhmu?”
Vigor menatap Kakek Viscout tak percaya. Lelaki tua itu masih sibuk melihat-lihat foto dari Aurora. Vigor heran, sempat-sempatnya Aurora mengirimi Kakek foto saat bulan madu.
Ketika masih berada di pesawat, Zack berpamitan pada para sahabatnya. Ia juga berpesan agar tidak mengganggu acara bulan madunya. Tentu saja sahabat-sahabatnya sangat mengerti.
Lagipula, mereka juga melakukan hal yang sama saat sedang bulan madu. Tidak ada yang mau diganggu.
“Ada semacam aturan tak tertulis pada persahabatan kami, Kek. Walaupun kami sangat dekat, tetapi kami sangat menghargai privasi masing-masing.” Vigor berusaha menahan Kakek Viscout untuk mengunjungi Aurora.
Lelaki tua itu tampak mengembuskan napas berat. Ia mener
Aurora tidur telentang. Di atasnya, Zack sedang menaik-turunkan tubuh. Satu tetes keringat Zack jatuh ke wajah Aurora membuatnya tertawa."Ayo, Zack. Jangan melambat.""Huh, huh, huh." Zack memburu napas. "Sudah berapa?""Tiga puluh. Aku kan mau lima puluh kali." Aurora tersenyum manis pada wajah tampan berkeringat di atasnya."Oke. Akan aku lakukan apa pun untuk memuaskanmu."Setiap kali Zack menurunkan tubuh, ia mencium bibir Aurora. Hingga akhirnya sang istri menahan tubuh Zack karena sudah hitungan ke lima puluh."Selesai!"Zack bergulir ke samping. Memejamkan mata dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang cepat. Tubuhnya basah oleh keringat."Sumpah. Ini push up tersulit selama hidupku." Zack berkata di sela-sela napas memburu."Kenapa? Katanya bisa push up sampai seratus? Ini kan cuma lima puluh." Aurora membalas sambil memberikan satu botol air mineral dingin kepada Zack.Lelaki tampan itu duduk. Ia menerima botol dari tangan Aurora dan langsung menenggaknya tanpa jeda."B
Aurora berpikir sejenak mendengar pernyataan Zack. "Menunda?"Jelas saja Aurora bingung. Zack tidak pernah menggunakan sarung pengaman saat berhubungan dengannya. Lalu, apa yang suaminya lakukan untuk menunda kehadiran bayi mereka?"Maaf, aku tidak memberitahumu. Aku menggunakan alat kontrasepsi agar kamu tidak segera hamil."Zack kini merasa bersalah melihat ekspresi sang istri. Cepat-cepat ia menjelaskan mengapa ia memutuskan begitu.Kini keduanya duduk saling berhadapan dengan wajah serius. Kedua tangan Zack menggenggam erat telapak tangan Aurora."Jangan salah mengerti, Sayang. Satu-satunya wanita yang akan aku titipi benih di rahim hanyalah kamu, istriku."Pernyataan Zack membuat Aurora semakin bingung. Kepalanya lalu menggeleng samar.Sambil tersenyum sedikit, Zack mengelus pipi mulus Aurora."Sebelas tahun hidupmu di panti asuhan, empat belas tahun di keluarga Morgan. Tidak ada satu detik pun, aku meluangkan waktu untukmu."Zack menjeda kalimatnya untuk mengamati ekspresi sang
Aurora terkekeh. “Cemburu ya, karena tadi beberapa lelaki memperhatikanku saat bermain piano.”“Iya lah.” Zack menjawab dengan nada agak tinggi.Sejurus kemudian, Aurora memeluk dan menciumi wajah Zack. Lalu meminta maaf dengan tatapan memohonnya.“Aku maafkan.”“Hehe. Tapi, aku suka melihatmu cemburu. Tambah ganteng.”Kepala Zack menggeleng samar. Ia lalu membalas pelukan dan ciuman Aurora dengan lebih bergairah. Jika saja bel pintu tidak berbunyi, lelaki itu pasti sudah melepas pakaian mereka.Pelayan restoran yang datang membawakan pesanan. Zack menerimanya dengan sedikit senyum. Antara berterima kasih dan mengutuk kedatangan si pelayan yang mengganggu kemesraannya.“Ayo, makan, Sayang.” Zack meletakkan baki di meja.“Kata chef di restoran, daging domba bakar ini sangat lezat.” Aurora menusuk satu potong daging domba dan menyuapi Zack. “Bagaimana?” Lalu ia mencicipinya juga.“Iya, enak. Dagingnya empuk dan rasa bumbunya pas.”Sambil makan mereka menonton televisi. Hingga makanan da
"Apa yang kalian lakukan di .... "Zack tidak melanjutkan kalimatnya, Kakek Viscout sudah mendorong tubuhnya ke samping dan menghampiri Aurora."Aurora cucuku. Kakek rindu sekali." Lelaki tua itu merentangkan lengannya lebar-lebar.Aurora dengan wajah bingung menghampiri dan masuk ke dalam pelukan Kakek Viscout.Melalui bahu sang Kakek, Aurora melihat rombongan masuk. Mami, Alzard, Lady Amora, Leonora, dan keempat sahabat Zack beserta para istrinya."Jelaskan padaku. Ada apa ini?!" Zack menuntut jawaban dari semua orang yang baru saja masuk.Tapi semua orang sibuk menyalami, menyapa dan memeluk Aurora. Bahkan Mami-nya sendiri hanya mencium sekilas pipi Zack kemudian memberi perhatian pada istrinya.Dengan kesal karena diabaikan, Zack kemudian menarik istrinya ke samping. Lalu lelaki itu berkacak pinggang dengan tatapan tajam pada rombongan yang baru saja datang."Zack, kami ke sini karena ingin melihat fenomena aurora. Bukan untuk mengganggumu." Mami Clara dengan cepat mengungkapkan a
Pagi harinya, Zack dan Aurora mandi bersama setelah berolahraga. Zack melakukan push up sebanyak lima puluh kali sementara Aurora hanya sit-up dua puluh lima kali.Setelah berpakaian, Zack mengamati istrinya yang sedang menata rambut. Rambut panjang itu sebenarnya sangat lurus. Namun kali ini, Aurora membuat gelombang di bagian bawah.“Apa kamu tidak bosan?” desah Zack pada Aurora.“Bosan kenapa?”“Cantik setiap hari.”Aurora tidak menjawab. Hanya memberikan senyum manis di cermin.“Kamu mau sarapan di restoran hotel?”Segera, kepala Aurora menoleh menatap wajah tampan suaminya dan membalas, “Boleh?”“Tentu saja. Mungkin bisa bertemu Kakek Viscout yang memang juga menginap di hotel ini.”“Mau.” Kepala Aurora mengangguk keras.Zack terkekeh. Lalu menggandeng tangan istrinya. Namun, belum sampai ke pintu, Aurora berhenti berjalan lalu mengerutkan kening.Sedetik kemudian, Aurora masuk kembali ke kamar mandi. Zack mengikuti dengan raut bingung.“Ada apa, Sayang?”“Umm … aku datang bulan.
Zack termenung mendengar cerita Alzard. Adik kandungnya itu barusan bercerita bahwa ia sedang mengalami dilema. Ternyata wanita yang ia pacari selama ini adalah wanita yang dulu sering membully Aurora di sekolah senior.Terus-terang, Zack pun tidak suka mendengarnya. Bahkan meminta Alzard memutuskan hubungan dengan wanita tersebut sebelum perasaan mereka berkembang lebih dalam.Ekspresi wajah Alzard seperti keberatan saat Zack mengungkapkan pendapatnya. Namun begitu, Alzard hanya diam tanpa berkomentar.Sore harinya, Zack dan Aurora berjalan-jalan di taman hotel. Melihat ada kursi kosong di depan sebuah danau jernih, Aurora meminta duduk di sana.“Besok pagi, Kakek akan pulang. Apa aku boleh ke kamar Kakek nanti malam?” Aurora meminta izin suaminya.“Boleh, Sayang. Tetapi, aku tidak ikut, ya. Aku mau mengantar Mami membeli oleh-oleh.”Aurora mengangguk. “Iya, Mami juga bilang padaku. Bahkan bertanya apa yang aku inginkan. Mami berpikir kita pasti tidak sempat berbelanja.”“Kamu mau se
Cukup lama, Zack menunggu pasangan itu yang akhirnya masuk ke sebuah kamar. Lalu, ia berjalan pelan menuju kamar Kakek Viscout.Aurora sedang membantu Kakek-nya menggunakan oksigen saat Zack masuk. Ia menghampiri Kakek dan menanyakan keadaannya. Lelaki tua itu hanya mengangguk singkat dan mengacungkan jari jempol.“Kakek Viscout memang memiliki jadwal menggunakan oksigen secara rutin. Jangan khawatir. Kesehatannya stabil akhir-akhir ini. Apalagi, setelah Aurora kembali.” Leonora menuturkan dengan lembut.Tanpa sadar, Zack lalu melirik Leonora dan Vigor. Sahabatnya itu sedang duduk di sisi ranjang Kakek dan bicara dengan dokter pribadi kebangsawanan.Setelah puas, Vigor membiarkan Kakek ditemani Aurora dan Leonora. Ia lalu berdiri dan mendekati Zack yang memberinya kode untuk mengikutinya.“Yakin semua aman?” Zack bertanya pada Vigor kala melihat istrinya tetap khawatir.“Memang seperti itu keadaan Kakek. Tenang
Aurora menceritakan gelagat yang ia lihat selama berada di kastil. Seringkali Vigor dan Leonora saling melirik dan tersenyum.“Oke, deal. Kita akan mendukung mereka agar bisa bersama.” Zack mengangguk saat Aurora telah selesai bercerita.“Masalahnya tidak semudah itu, Zack.” Aurora berkata dengan wajah muram.“Pasti karena kasta keluarga Vigor lebih rendah. Aku analogikan seperti seorang CEO yang melamar sementara yang mencintai hanyalah seorang manager.”Mendengar perbandingan yang baru diucapkan Zack, mau tak mau Aurora tertawa lalu menggeleng. “Ini bukan karena harta.”Karena belum menemukan titik temu, akhirnya Zack menyudahi perbincangan mereka. Zack memijat istrinya karena Aurora merasa tubuh bagian bawahnya kram.Sambil menceritakan apa saja yang dibeli Mami sebagai oleh-oleh, Zack juga berkata ia telah memborong banyak suvenir. Alzard akan membantu membawanya ke negara mereka.Belum ada satu jam dipijat, Aurora sudah mengantuk. Setelah menggumamkan ucapan terima kasih pada Zac