Aurora terkekeh. “Cemburu ya, karena tadi beberapa lelaki memperhatikanku saat bermain piano.”“Iya lah.” Zack menjawab dengan nada agak tinggi.Sejurus kemudian, Aurora memeluk dan menciumi wajah Zack. Lalu meminta maaf dengan tatapan memohonnya.“Aku maafkan.”“Hehe. Tapi, aku suka melihatmu cemburu. Tambah ganteng.”Kepala Zack menggeleng samar. Ia lalu membalas pelukan dan ciuman Aurora dengan lebih bergairah. Jika saja bel pintu tidak berbunyi, lelaki itu pasti sudah melepas pakaian mereka.Pelayan restoran yang datang membawakan pesanan. Zack menerimanya dengan sedikit senyum. Antara berterima kasih dan mengutuk kedatangan si pelayan yang mengganggu kemesraannya.“Ayo, makan, Sayang.” Zack meletakkan baki di meja.“Kata chef di restoran, daging domba bakar ini sangat lezat.” Aurora menusuk satu potong daging domba dan menyuapi Zack. “Bagaimana?” Lalu ia mencicipinya juga.“Iya, enak. Dagingnya empuk dan rasa bumbunya pas.”Sambil makan mereka menonton televisi. Hingga makanan da
"Apa yang kalian lakukan di .... "Zack tidak melanjutkan kalimatnya, Kakek Viscout sudah mendorong tubuhnya ke samping dan menghampiri Aurora."Aurora cucuku. Kakek rindu sekali." Lelaki tua itu merentangkan lengannya lebar-lebar.Aurora dengan wajah bingung menghampiri dan masuk ke dalam pelukan Kakek Viscout.Melalui bahu sang Kakek, Aurora melihat rombongan masuk. Mami, Alzard, Lady Amora, Leonora, dan keempat sahabat Zack beserta para istrinya."Jelaskan padaku. Ada apa ini?!" Zack menuntut jawaban dari semua orang yang baru saja masuk.Tapi semua orang sibuk menyalami, menyapa dan memeluk Aurora. Bahkan Mami-nya sendiri hanya mencium sekilas pipi Zack kemudian memberi perhatian pada istrinya.Dengan kesal karena diabaikan, Zack kemudian menarik istrinya ke samping. Lalu lelaki itu berkacak pinggang dengan tatapan tajam pada rombongan yang baru saja datang."Zack, kami ke sini karena ingin melihat fenomena aurora. Bukan untuk mengganggumu." Mami Clara dengan cepat mengungkapkan a
Pagi harinya, Zack dan Aurora mandi bersama setelah berolahraga. Zack melakukan push up sebanyak lima puluh kali sementara Aurora hanya sit-up dua puluh lima kali.Setelah berpakaian, Zack mengamati istrinya yang sedang menata rambut. Rambut panjang itu sebenarnya sangat lurus. Namun kali ini, Aurora membuat gelombang di bagian bawah.“Apa kamu tidak bosan?” desah Zack pada Aurora.“Bosan kenapa?”“Cantik setiap hari.”Aurora tidak menjawab. Hanya memberikan senyum manis di cermin.“Kamu mau sarapan di restoran hotel?”Segera, kepala Aurora menoleh menatap wajah tampan suaminya dan membalas, “Boleh?”“Tentu saja. Mungkin bisa bertemu Kakek Viscout yang memang juga menginap di hotel ini.”“Mau.” Kepala Aurora mengangguk keras.Zack terkekeh. Lalu menggandeng tangan istrinya. Namun, belum sampai ke pintu, Aurora berhenti berjalan lalu mengerutkan kening.Sedetik kemudian, Aurora masuk kembali ke kamar mandi. Zack mengikuti dengan raut bingung.“Ada apa, Sayang?”“Umm … aku datang bulan.
Zack termenung mendengar cerita Alzard. Adik kandungnya itu barusan bercerita bahwa ia sedang mengalami dilema. Ternyata wanita yang ia pacari selama ini adalah wanita yang dulu sering membully Aurora di sekolah senior.Terus-terang, Zack pun tidak suka mendengarnya. Bahkan meminta Alzard memutuskan hubungan dengan wanita tersebut sebelum perasaan mereka berkembang lebih dalam.Ekspresi wajah Alzard seperti keberatan saat Zack mengungkapkan pendapatnya. Namun begitu, Alzard hanya diam tanpa berkomentar.Sore harinya, Zack dan Aurora berjalan-jalan di taman hotel. Melihat ada kursi kosong di depan sebuah danau jernih, Aurora meminta duduk di sana.“Besok pagi, Kakek akan pulang. Apa aku boleh ke kamar Kakek nanti malam?” Aurora meminta izin suaminya.“Boleh, Sayang. Tetapi, aku tidak ikut, ya. Aku mau mengantar Mami membeli oleh-oleh.”Aurora mengangguk. “Iya, Mami juga bilang padaku. Bahkan bertanya apa yang aku inginkan. Mami berpikir kita pasti tidak sempat berbelanja.”“Kamu mau se
Cukup lama, Zack menunggu pasangan itu yang akhirnya masuk ke sebuah kamar. Lalu, ia berjalan pelan menuju kamar Kakek Viscout.Aurora sedang membantu Kakek-nya menggunakan oksigen saat Zack masuk. Ia menghampiri Kakek dan menanyakan keadaannya. Lelaki tua itu hanya mengangguk singkat dan mengacungkan jari jempol.“Kakek Viscout memang memiliki jadwal menggunakan oksigen secara rutin. Jangan khawatir. Kesehatannya stabil akhir-akhir ini. Apalagi, setelah Aurora kembali.” Leonora menuturkan dengan lembut.Tanpa sadar, Zack lalu melirik Leonora dan Vigor. Sahabatnya itu sedang duduk di sisi ranjang Kakek dan bicara dengan dokter pribadi kebangsawanan.Setelah puas, Vigor membiarkan Kakek ditemani Aurora dan Leonora. Ia lalu berdiri dan mendekati Zack yang memberinya kode untuk mengikutinya.“Yakin semua aman?” Zack bertanya pada Vigor kala melihat istrinya tetap khawatir.“Memang seperti itu keadaan Kakek. Tenang
Aurora menceritakan gelagat yang ia lihat selama berada di kastil. Seringkali Vigor dan Leonora saling melirik dan tersenyum.“Oke, deal. Kita akan mendukung mereka agar bisa bersama.” Zack mengangguk saat Aurora telah selesai bercerita.“Masalahnya tidak semudah itu, Zack.” Aurora berkata dengan wajah muram.“Pasti karena kasta keluarga Vigor lebih rendah. Aku analogikan seperti seorang CEO yang melamar sementara yang mencintai hanyalah seorang manager.”Mendengar perbandingan yang baru diucapkan Zack, mau tak mau Aurora tertawa lalu menggeleng. “Ini bukan karena harta.”Karena belum menemukan titik temu, akhirnya Zack menyudahi perbincangan mereka. Zack memijat istrinya karena Aurora merasa tubuh bagian bawahnya kram.Sambil menceritakan apa saja yang dibeli Mami sebagai oleh-oleh, Zack juga berkata ia telah memborong banyak suvenir. Alzard akan membantu membawanya ke negara mereka.Belum ada satu jam dipijat, Aurora sudah mengantuk. Setelah menggumamkan ucapan terima kasih pada Zac
“Akh … ternyata kembali ke rumah sendiri sangat menyenangkan.” Aurora merebahkan dirinya di ranjang. "Home sweet home," gumamnya lagi.Tiga bulan sudah mereka melakukan perjalanan keliling dunia. Zack benar-benar memanjakan istrinya dengan berbagai pengalaman baru yang belum pernah Aurora alami.“Aku senang melihatmu menikmati bulan madu kita. Juga mellihatmu akhirnya tidur di ranjang ini. Biasanya aku hanya tidur sendirian.” Zack menatap Aurora yang berbaring telentang.Mendengar pernyataan Zack, Aurora terduduk. Ia baru sadar saat ini berada di kamar Zack yang merupakan kamar utama. Luasnya dua kali lebih besar kamar yang dulu ia tempati di rumah ini.“Masa, sih, tidak pernah ada yang menemanimu tidur di sini?” Aurora berkata seraya memicingkan mata tanda tak percaya dengan omongan Zack.Zack tersenyum sedikit dan membalas, “Pernah, sih. Satu kali.”Aurora tergelak. Ia ingat Jeff perna
"Kenapa Mami memanggil kami bertiga? Mami baik-baik saja, bukan?" Zack dengan wajah khawatir mengamati wajah Clara.Sebelum berkata-kata, Clara mengembuskan napas panjang. Lalu wanita yang usianya hampir enam puluh tahun itu menatap wajah putra-putra kandung dan putri angkatnya."Mami butuh bantuan kalian.""Ya Tuhan. Mami berhutang pada bank, ya? Alis Alzard terangkat tinggi."Ngawur!" Clara mendelik kesal.Zack segera melerai. "Ya sudah, ada apa, Mi?"Clara tidak langsung menjawab. Ia lalu menatap Aurora dan Zack. Terang-terangan mengamati perut Aurora yang terlihat rata."Kamu apa kabar, Aurora sayang?"Mendengar pertanyaan sang Mami, Aurora mengerutkan kening. Zack dan Alzard pun tampak bingung dan kini ikut-ikutan memandang Aurora."Eh, Aurora baik-baik saja, Mami.""Tidak mual-mual?"Aurora menggeleng pelan. "Tidak, Mi. Sejak menikah, sakit maagku tidak kambuh kok."Zack pun mengangguk untuk membenarkan pernyataan sang istri."Kamu bagaimana?" Clara memberi perhatian pada Zack.