Zack termenung mendengar cerita Alzard. Adik kandungnya itu barusan bercerita bahwa ia sedang mengalami dilema. Ternyata wanita yang ia pacari selama ini adalah wanita yang dulu sering membully Aurora di sekolah senior.Terus-terang, Zack pun tidak suka mendengarnya. Bahkan meminta Alzard memutuskan hubungan dengan wanita tersebut sebelum perasaan mereka berkembang lebih dalam.Ekspresi wajah Alzard seperti keberatan saat Zack mengungkapkan pendapatnya. Namun begitu, Alzard hanya diam tanpa berkomentar.Sore harinya, Zack dan Aurora berjalan-jalan di taman hotel. Melihat ada kursi kosong di depan sebuah danau jernih, Aurora meminta duduk di sana.“Besok pagi, Kakek akan pulang. Apa aku boleh ke kamar Kakek nanti malam?” Aurora meminta izin suaminya.“Boleh, Sayang. Tetapi, aku tidak ikut, ya. Aku mau mengantar Mami membeli oleh-oleh.”Aurora mengangguk. “Iya, Mami juga bilang padaku. Bahkan bertanya apa yang aku inginkan. Mami berpikir kita pasti tidak sempat berbelanja.”“Kamu mau se
Cukup lama, Zack menunggu pasangan itu yang akhirnya masuk ke sebuah kamar. Lalu, ia berjalan pelan menuju kamar Kakek Viscout.Aurora sedang membantu Kakek-nya menggunakan oksigen saat Zack masuk. Ia menghampiri Kakek dan menanyakan keadaannya. Lelaki tua itu hanya mengangguk singkat dan mengacungkan jari jempol.“Kakek Viscout memang memiliki jadwal menggunakan oksigen secara rutin. Jangan khawatir. Kesehatannya stabil akhir-akhir ini. Apalagi, setelah Aurora kembali.” Leonora menuturkan dengan lembut.Tanpa sadar, Zack lalu melirik Leonora dan Vigor. Sahabatnya itu sedang duduk di sisi ranjang Kakek dan bicara dengan dokter pribadi kebangsawanan.Setelah puas, Vigor membiarkan Kakek ditemani Aurora dan Leonora. Ia lalu berdiri dan mendekati Zack yang memberinya kode untuk mengikutinya.“Yakin semua aman?” Zack bertanya pada Vigor kala melihat istrinya tetap khawatir.“Memang seperti itu keadaan Kakek. Tenang
Aurora menceritakan gelagat yang ia lihat selama berada di kastil. Seringkali Vigor dan Leonora saling melirik dan tersenyum.“Oke, deal. Kita akan mendukung mereka agar bisa bersama.” Zack mengangguk saat Aurora telah selesai bercerita.“Masalahnya tidak semudah itu, Zack.” Aurora berkata dengan wajah muram.“Pasti karena kasta keluarga Vigor lebih rendah. Aku analogikan seperti seorang CEO yang melamar sementara yang mencintai hanyalah seorang manager.”Mendengar perbandingan yang baru diucapkan Zack, mau tak mau Aurora tertawa lalu menggeleng. “Ini bukan karena harta.”Karena belum menemukan titik temu, akhirnya Zack menyudahi perbincangan mereka. Zack memijat istrinya karena Aurora merasa tubuh bagian bawahnya kram.Sambil menceritakan apa saja yang dibeli Mami sebagai oleh-oleh, Zack juga berkata ia telah memborong banyak suvenir. Alzard akan membantu membawanya ke negara mereka.Belum ada satu jam dipijat, Aurora sudah mengantuk. Setelah menggumamkan ucapan terima kasih pada Zac
“Akh … ternyata kembali ke rumah sendiri sangat menyenangkan.” Aurora merebahkan dirinya di ranjang. "Home sweet home," gumamnya lagi.Tiga bulan sudah mereka melakukan perjalanan keliling dunia. Zack benar-benar memanjakan istrinya dengan berbagai pengalaman baru yang belum pernah Aurora alami.“Aku senang melihatmu menikmati bulan madu kita. Juga mellihatmu akhirnya tidur di ranjang ini. Biasanya aku hanya tidur sendirian.” Zack menatap Aurora yang berbaring telentang.Mendengar pernyataan Zack, Aurora terduduk. Ia baru sadar saat ini berada di kamar Zack yang merupakan kamar utama. Luasnya dua kali lebih besar kamar yang dulu ia tempati di rumah ini.“Masa, sih, tidak pernah ada yang menemanimu tidur di sini?” Aurora berkata seraya memicingkan mata tanda tak percaya dengan omongan Zack.Zack tersenyum sedikit dan membalas, “Pernah, sih. Satu kali.”Aurora tergelak. Ia ingat Jeff perna
"Kenapa Mami memanggil kami bertiga? Mami baik-baik saja, bukan?" Zack dengan wajah khawatir mengamati wajah Clara.Sebelum berkata-kata, Clara mengembuskan napas panjang. Lalu wanita yang usianya hampir enam puluh tahun itu menatap wajah putra-putra kandung dan putri angkatnya."Mami butuh bantuan kalian.""Ya Tuhan. Mami berhutang pada bank, ya? Alis Alzard terangkat tinggi."Ngawur!" Clara mendelik kesal.Zack segera melerai. "Ya sudah, ada apa, Mi?"Clara tidak langsung menjawab. Ia lalu menatap Aurora dan Zack. Terang-terangan mengamati perut Aurora yang terlihat rata."Kamu apa kabar, Aurora sayang?"Mendengar pertanyaan sang Mami, Aurora mengerutkan kening. Zack dan Alzard pun tampak bingung dan kini ikut-ikutan memandang Aurora."Eh, Aurora baik-baik saja, Mami.""Tidak mual-mual?"Aurora menggeleng pelan. "Tidak, Mi. Sejak menikah, sakit maagku tidak kambuh kok."Zack pun mengangguk untuk membenarkan pernyataan sang istri."Kamu bagaimana?" Clara memberi perhatian pada Zack.
Setelah panjang lebar mendoktrin putra-putrinya untuk segera memiliki anak, Mami keluar dari ruang keluarga. Tinggallah Zack, Aurora dan Alzard yang terpaku menatap pintu yang baru saja ditutup Clara.“Memangnya ada tema perkumpulan seperti itu?” Zack menoleh pada Aurora.Tentu saja, Aurora menaikturunkan bahu. “Mana ku tau? Aku kan belum memiliki circle pertemanan dengan ibu-ibu.”Mata Zack lalu menatap Alzard yang tampak santai bermain ponsel.“Hey, Al. Mami itu berkumpul dengan ibu-ibu mana, sih? Kenapa tema pertemuannya aneh begitu?”Tanpa mengalihkan matanya dari layar ponsel, Alzard bercerita bahwa perkumpulan Mami itu memang memiliki tema pertemuan. Suatu ketika temanya, ‘Anak Lelakiku.’ Lalu tahun berikutnya, ’Anak Perempuanku.’ Pernah juga, ’Peliharaanku.’“Pokoknya begitu deh. Waktu tema anak lelaki, aku yang diseret. Tahun berkutnya Aurora saat tema anak
Sesaat, Aurora hanya terpaku di tempat. Sementara Zack mengerutkan kening melihat wanita yang datang bersama Alzard. Ia melirik adik kandungnya dengan tatapan tak suka.“Jenny, kenalkan ini kakakku, Zack dan istrinya.” Alzard memperkenalkan wanita yang dibawanya pada Zack tanpa memberitahu nama Aurora.Mereka berjabatan tangan. Aurora memperhatikan, Jenny sepertinya tidak mengenali bahwa ia adalah wanita yang sering ia bully saat sekolah dulu.Tentu saja, Aurora dulu dan sekarang memang berbeda. Mereka berjabatan tangan, lalu masuk ke dalam.Demi menghormati tamu dan ingin tau apa maksud Alzard membawa wanita itu ke rumah, Aurora dan Zack ikut duduk bersama di ruang tamu. Tak lama kemudian, Mami datang.“Mami, kenalkan. Ini, Jenny, temanku.” Alzard segera menghampiri sang Mami.“Hallo.” Clara tersenyum senang lalu mempersilahkan semua duduk.“Ini teman atau kekasihmu, Al?” Clara berkata sambil melirik putra keduanya.Spontan, Aurora melirik Zack. Jenny adalah kekasih Alzard? Pantas saj
Konser mini itu sukses membuat Aurora bersenang-senang sejenak. Ia kini ikut bernyanyi bersama sang suami. Bahkan Mami bisa mendengar suara mereka dari luar kamar dan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepala.“Huhf … Jangan bilang kamu akhirnya termakan rayuan Elvis untuk membuat single album. Suaramu semakin bagus, Zack.” Aurora duduk bersandar di sofa setelah selesai bernyanyi beberapa lagu.Zack yang masih terengah karena habis bernyanyi dengan semangat menggeleng keras. “Tidak akan. Tetapi, akhirnya aku mengizinkan Elvis merilis lagu tersebut.”“Oh ya?”“Iya. Dengan syarat, Elvis sendiri yang menyanyikannya.”“Aku tidak sabar ingin membeli albumnya.”Mendengar pernyataan Aurora, Zack jadi teringat bahwa ia menyimpan banyak CD Elvis. Lelaki itu beranjak ke salah satu lemari dan mengambil setumpuk CD serta memberikannya kepada Aurora.“Sebelum single terbar