Zack berdiri. Menangkup wajah Aurora dengan kedua tangannya. lalu, mengecup bibir sang istri.“Oke, kita makan dulu.”Setelahnya, Zack mengambil mantel handuk lalu memakaikannya ke tubuh Aurora. Ia juga meraih mantel handuknya dan menggunakannya kemudian menggandeng tangan Aurora keluar kamar.Aurora tersenyum salah tingkah. Ternyata kesabaran Zack sangat tebal, setebal rekening bank-nya. Aurora merasa bersalah sekaligus beruntung.“Well, tadi aku terlanjur mengatakan pada petugas resort untuk tidak mengganggu kita. Jadi, mereka tidak akan mengirimkan makanan apa pun. Kita lihat ada apa saja di kulkas yang bisa dimakan.” Zack mendudukkan Aurora di kursi.Sementara itu, Zack membuka kulkas. Ia mengeluarkan susu, jus, coklat, buah-buahan, yogurt, cereal dan meletakkannya di meja kitchen island. Kemudian memberikan Aurora peralatan makan.“Tidak masalah.” Aurora lalu menyingkirkan susu dan coklat dari meja, lalu mengambil mangkuk yang disiapkan Zack.Dengan cekatan, Aurora memotong buah-
“Selamat pagi, istriku. Kau milikku dan aku milikmu.” Kata-kata itu kini selalu diucapkan Zack saat ia membuka mata di pagi hari.Apa yang diucapkan para sahabat Zack memang benar. Pengantin baru tidak akan mudah keluar kamar. Pekerjaan mereka hanya saling berpelukan dan membicarakan hal-hal random.“Kita sudah membuang waktu tiga hari dengan menghabiskan waktu di ranjang saja.” Zack terkekeh seraya mengelus punggung halus Aurora yang berbaring tanpa busana.“Oh ya?” gumam Aurora. Sungguh, ia tak perduli. Ia sedang hanyut dengan kebahagiaan menjadi milik Zack seutuhnya.Zack terkekeh. Tangannya terjulur merapikan rambut Aurora.“Kamu lapar, Sayang?”“Umm … haus.”Lelaki itu segera bangkit dari ranjang, mencium dahi istrinya dan berkata, “Sebentar, aku ambilkan minum.”Keluar dari kamar dengan hanya menggunakan boxer, Zack melangkah ke dapur. Saat sedang menunduk untuk melihat isi kulkas, Zack merasa ada yang memperhatikannya.Dengan cepat ia menoleh. Dua wanita yang terlihat masih mud
Zack menuruti keinginan Aurora untuk segera berkemas dan mencari resort lain. Sementara itu, Aurora duduk dan menulis surat protes secara resmi pada pengelola resort yang terkenal itu.Aurora bahkan membubuhkan gelar bangsawan di bawah pernyataannya. Satu hal yang tidak pernah ia lakukan selama ini.Resort pun cukup gempar dengan kedatangan helicopter pribadi dan beberapa orang lelaki tegap berpakaian hitam-hitam yang merupakan pengawal bangsawan. Zack berkordinasi dengan ketua keamanan sebelum mereka menaiki helicopter.Lalu, tiba-tiba, Zack menerima telepon dari Zavian. Lelaki itu mengangkat teleponnya, mendengarkan Zavian berbicara lalu menggeleng tegas.“Ada apa?” Aurora tau, Zavian pasti menelepon bukan karena masalah pekerjaan.“Pengelola resort menelepon Zavian dan meminta maaf.”“Kenapa Zavian yang ditelepon?”“Nomer telepon yang mereka miliki adalah nomer kontak Zavian karena ia yang membooking cottage kita, Sayang.” Zack mengingatkan bahwa tidak sembarang orang memiliki nome
“Jangan bilang Kakek akan mengunjungi Aurora?” Kedua alis Vigor terangkat tinggi.“Memang kenapa?”“Please! Zack bisa membunuhku, Kek.”“Berani dia membunuhmu?”Vigor menatap Kakek Viscout tak percaya. Lelaki tua itu masih sibuk melihat-lihat foto dari Aurora. Vigor heran, sempat-sempatnya Aurora mengirimi Kakek foto saat bulan madu.Ketika masih berada di pesawat, Zack berpamitan pada para sahabatnya. Ia juga berpesan agar tidak mengganggu acara bulan madunya. Tentu saja sahabat-sahabatnya sangat mengerti.Lagipula, mereka juga melakukan hal yang sama saat sedang bulan madu. Tidak ada yang mau diganggu.“Ada semacam aturan tak tertulis pada persahabatan kami, Kek. Walaupun kami sangat dekat, tetapi kami sangat menghargai privasi masing-masing.” Vigor berusaha menahan Kakek Viscout untuk mengunjungi Aurora.Lelaki tua itu tampak mengembuskan napas berat. Ia mener
Aurora tidur telentang. Di atasnya, Zack sedang menaik-turunkan tubuh. Satu tetes keringat Zack jatuh ke wajah Aurora membuatnya tertawa."Ayo, Zack. Jangan melambat.""Huh, huh, huh." Zack memburu napas. "Sudah berapa?""Tiga puluh. Aku kan mau lima puluh kali." Aurora tersenyum manis pada wajah tampan berkeringat di atasnya."Oke. Akan aku lakukan apa pun untuk memuaskanmu."Setiap kali Zack menurunkan tubuh, ia mencium bibir Aurora. Hingga akhirnya sang istri menahan tubuh Zack karena sudah hitungan ke lima puluh."Selesai!"Zack bergulir ke samping. Memejamkan mata dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang cepat. Tubuhnya basah oleh keringat."Sumpah. Ini push up tersulit selama hidupku." Zack berkata di sela-sela napas memburu."Kenapa? Katanya bisa push up sampai seratus? Ini kan cuma lima puluh." Aurora membalas sambil memberikan satu botol air mineral dingin kepada Zack.Lelaki tampan itu duduk. Ia menerima botol dari tangan Aurora dan langsung menenggaknya tanpa jeda."B
Aurora berpikir sejenak mendengar pernyataan Zack. "Menunda?"Jelas saja Aurora bingung. Zack tidak pernah menggunakan sarung pengaman saat berhubungan dengannya. Lalu, apa yang suaminya lakukan untuk menunda kehadiran bayi mereka?"Maaf, aku tidak memberitahumu. Aku menggunakan alat kontrasepsi agar kamu tidak segera hamil."Zack kini merasa bersalah melihat ekspresi sang istri. Cepat-cepat ia menjelaskan mengapa ia memutuskan begitu.Kini keduanya duduk saling berhadapan dengan wajah serius. Kedua tangan Zack menggenggam erat telapak tangan Aurora."Jangan salah mengerti, Sayang. Satu-satunya wanita yang akan aku titipi benih di rahim hanyalah kamu, istriku."Pernyataan Zack membuat Aurora semakin bingung. Kepalanya lalu menggeleng samar.Sambil tersenyum sedikit, Zack mengelus pipi mulus Aurora."Sebelas tahun hidupmu di panti asuhan, empat belas tahun di keluarga Morgan. Tidak ada satu detik pun, aku meluangkan waktu untukmu."Zack menjeda kalimatnya untuk mengamati ekspresi sang
Aurora terkekeh. “Cemburu ya, karena tadi beberapa lelaki memperhatikanku saat bermain piano.”“Iya lah.” Zack menjawab dengan nada agak tinggi.Sejurus kemudian, Aurora memeluk dan menciumi wajah Zack. Lalu meminta maaf dengan tatapan memohonnya.“Aku maafkan.”“Hehe. Tapi, aku suka melihatmu cemburu. Tambah ganteng.”Kepala Zack menggeleng samar. Ia lalu membalas pelukan dan ciuman Aurora dengan lebih bergairah. Jika saja bel pintu tidak berbunyi, lelaki itu pasti sudah melepas pakaian mereka.Pelayan restoran yang datang membawakan pesanan. Zack menerimanya dengan sedikit senyum. Antara berterima kasih dan mengutuk kedatangan si pelayan yang mengganggu kemesraannya.“Ayo, makan, Sayang.” Zack meletakkan baki di meja.“Kata chef di restoran, daging domba bakar ini sangat lezat.” Aurora menusuk satu potong daging domba dan menyuapi Zack. “Bagaimana?” Lalu ia mencicipinya juga.“Iya, enak. Dagingnya empuk dan rasa bumbunya pas.”Sambil makan mereka menonton televisi. Hingga makanan da
"Apa yang kalian lakukan di .... "Zack tidak melanjutkan kalimatnya, Kakek Viscout sudah mendorong tubuhnya ke samping dan menghampiri Aurora."Aurora cucuku. Kakek rindu sekali." Lelaki tua itu merentangkan lengannya lebar-lebar.Aurora dengan wajah bingung menghampiri dan masuk ke dalam pelukan Kakek Viscout.Melalui bahu sang Kakek, Aurora melihat rombongan masuk. Mami, Alzard, Lady Amora, Leonora, dan keempat sahabat Zack beserta para istrinya."Jelaskan padaku. Ada apa ini?!" Zack menuntut jawaban dari semua orang yang baru saja masuk.Tapi semua orang sibuk menyalami, menyapa dan memeluk Aurora. Bahkan Mami-nya sendiri hanya mencium sekilas pipi Zack kemudian memberi perhatian pada istrinya.Dengan kesal karena diabaikan, Zack kemudian menarik istrinya ke samping. Lalu lelaki itu berkacak pinggang dengan tatapan tajam pada rombongan yang baru saja datang."Zack, kami ke sini karena ingin melihat fenomena aurora. Bukan untuk mengganggumu." Mami Clara dengan cepat mengungkapkan a
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint