Pesawat pribadi Zack sudah menunggu. Zack harus lebih bersabar melihat istrinya masih saja berpamitan dengan banyak orang yang mengantar.Sedikit menyesal, kenapa ia membiarkan orang-orang itu ikut ke bandara. Walaupun ia mengerti ini kali pertama Aurora pergi lama karena ia akan mengajak istrinya keliling dunia."Kalau kangen, Kakek akan menyempatkan diri mengunjungimu."Zack memgerutkan kening mendengar pernyataan Kakek Viscout. Ada-ada saja lelaki tua itu, masa mau mengunjungi pasangan yang sedang bulan madu.Dan jika diperhatikan, Zack baru sadar, Aurora kini senang sekali memeluk orang. Semuanya ia peluk dengan akrab sebelum akhirnya berdiri di samping Zack."Selamat bulan madu." Akhirnya kalimat itu diucapkan para pengantar sambil melambai-lambaikan tangan.Zack mengembuskan napas lega saat mereka telah duduk di kursi pesawat. Aurora masih sibuk menatap haru keluarga yang mengantar melalui jendela.Hingga akhirnya, pesawat benar-benar terbang dan mereka kini hanya berduaan."Z
Zack berdiri. Menangkup wajah Aurora dengan kedua tangannya. lalu, mengecup bibir sang istri.“Oke, kita makan dulu.”Setelahnya, Zack mengambil mantel handuk lalu memakaikannya ke tubuh Aurora. Ia juga meraih mantel handuknya dan menggunakannya kemudian menggandeng tangan Aurora keluar kamar.Aurora tersenyum salah tingkah. Ternyata kesabaran Zack sangat tebal, setebal rekening bank-nya. Aurora merasa bersalah sekaligus beruntung.“Well, tadi aku terlanjur mengatakan pada petugas resort untuk tidak mengganggu kita. Jadi, mereka tidak akan mengirimkan makanan apa pun. Kita lihat ada apa saja di kulkas yang bisa dimakan.” Zack mendudukkan Aurora di kursi.Sementara itu, Zack membuka kulkas. Ia mengeluarkan susu, jus, coklat, buah-buahan, yogurt, cereal dan meletakkannya di meja kitchen island. Kemudian memberikan Aurora peralatan makan.“Tidak masalah.” Aurora lalu menyingkirkan susu dan coklat dari meja, lalu mengambil mangkuk yang disiapkan Zack.Dengan cekatan, Aurora memotong buah-
“Selamat pagi, istriku. Kau milikku dan aku milikmu.” Kata-kata itu kini selalu diucapkan Zack saat ia membuka mata di pagi hari.Apa yang diucapkan para sahabat Zack memang benar. Pengantin baru tidak akan mudah keluar kamar. Pekerjaan mereka hanya saling berpelukan dan membicarakan hal-hal random.“Kita sudah membuang waktu tiga hari dengan menghabiskan waktu di ranjang saja.” Zack terkekeh seraya mengelus punggung halus Aurora yang berbaring tanpa busana.“Oh ya?” gumam Aurora. Sungguh, ia tak perduli. Ia sedang hanyut dengan kebahagiaan menjadi milik Zack seutuhnya.Zack terkekeh. Tangannya terjulur merapikan rambut Aurora.“Kamu lapar, Sayang?”“Umm … haus.”Lelaki itu segera bangkit dari ranjang, mencium dahi istrinya dan berkata, “Sebentar, aku ambilkan minum.”Keluar dari kamar dengan hanya menggunakan boxer, Zack melangkah ke dapur. Saat sedang menunduk untuk melihat isi kulkas, Zack merasa ada yang memperhatikannya.Dengan cepat ia menoleh. Dua wanita yang terlihat masih mud
Zack menuruti keinginan Aurora untuk segera berkemas dan mencari resort lain. Sementara itu, Aurora duduk dan menulis surat protes secara resmi pada pengelola resort yang terkenal itu.Aurora bahkan membubuhkan gelar bangsawan di bawah pernyataannya. Satu hal yang tidak pernah ia lakukan selama ini.Resort pun cukup gempar dengan kedatangan helicopter pribadi dan beberapa orang lelaki tegap berpakaian hitam-hitam yang merupakan pengawal bangsawan. Zack berkordinasi dengan ketua keamanan sebelum mereka menaiki helicopter.Lalu, tiba-tiba, Zack menerima telepon dari Zavian. Lelaki itu mengangkat teleponnya, mendengarkan Zavian berbicara lalu menggeleng tegas.“Ada apa?” Aurora tau, Zavian pasti menelepon bukan karena masalah pekerjaan.“Pengelola resort menelepon Zavian dan meminta maaf.”“Kenapa Zavian yang ditelepon?”“Nomer telepon yang mereka miliki adalah nomer kontak Zavian karena ia yang membooking cottage kita, Sayang.” Zack mengingatkan bahwa tidak sembarang orang memiliki nome
“Jangan bilang Kakek akan mengunjungi Aurora?” Kedua alis Vigor terangkat tinggi.“Memang kenapa?”“Please! Zack bisa membunuhku, Kek.”“Berani dia membunuhmu?”Vigor menatap Kakek Viscout tak percaya. Lelaki tua itu masih sibuk melihat-lihat foto dari Aurora. Vigor heran, sempat-sempatnya Aurora mengirimi Kakek foto saat bulan madu.Ketika masih berada di pesawat, Zack berpamitan pada para sahabatnya. Ia juga berpesan agar tidak mengganggu acara bulan madunya. Tentu saja sahabat-sahabatnya sangat mengerti.Lagipula, mereka juga melakukan hal yang sama saat sedang bulan madu. Tidak ada yang mau diganggu.“Ada semacam aturan tak tertulis pada persahabatan kami, Kek. Walaupun kami sangat dekat, tetapi kami sangat menghargai privasi masing-masing.” Vigor berusaha menahan Kakek Viscout untuk mengunjungi Aurora.Lelaki tua itu tampak mengembuskan napas berat. Ia mener
Aurora tidur telentang. Di atasnya, Zack sedang menaik-turunkan tubuh. Satu tetes keringat Zack jatuh ke wajah Aurora membuatnya tertawa."Ayo, Zack. Jangan melambat.""Huh, huh, huh." Zack memburu napas. "Sudah berapa?""Tiga puluh. Aku kan mau lima puluh kali." Aurora tersenyum manis pada wajah tampan berkeringat di atasnya."Oke. Akan aku lakukan apa pun untuk memuaskanmu."Setiap kali Zack menurunkan tubuh, ia mencium bibir Aurora. Hingga akhirnya sang istri menahan tubuh Zack karena sudah hitungan ke lima puluh."Selesai!"Zack bergulir ke samping. Memejamkan mata dan berusaha menormalkan detak jantungnya yang cepat. Tubuhnya basah oleh keringat."Sumpah. Ini push up tersulit selama hidupku." Zack berkata di sela-sela napas memburu."Kenapa? Katanya bisa push up sampai seratus? Ini kan cuma lima puluh." Aurora membalas sambil memberikan satu botol air mineral dingin kepada Zack.Lelaki tampan itu duduk. Ia menerima botol dari tangan Aurora dan langsung menenggaknya tanpa jeda."B
Aurora berpikir sejenak mendengar pernyataan Zack. "Menunda?"Jelas saja Aurora bingung. Zack tidak pernah menggunakan sarung pengaman saat berhubungan dengannya. Lalu, apa yang suaminya lakukan untuk menunda kehadiran bayi mereka?"Maaf, aku tidak memberitahumu. Aku menggunakan alat kontrasepsi agar kamu tidak segera hamil."Zack kini merasa bersalah melihat ekspresi sang istri. Cepat-cepat ia menjelaskan mengapa ia memutuskan begitu.Kini keduanya duduk saling berhadapan dengan wajah serius. Kedua tangan Zack menggenggam erat telapak tangan Aurora."Jangan salah mengerti, Sayang. Satu-satunya wanita yang akan aku titipi benih di rahim hanyalah kamu, istriku."Pernyataan Zack membuat Aurora semakin bingung. Kepalanya lalu menggeleng samar.Sambil tersenyum sedikit, Zack mengelus pipi mulus Aurora."Sebelas tahun hidupmu di panti asuhan, empat belas tahun di keluarga Morgan. Tidak ada satu detik pun, aku meluangkan waktu untukmu."Zack menjeda kalimatnya untuk mengamati ekspresi sang
Aurora terkekeh. “Cemburu ya, karena tadi beberapa lelaki memperhatikanku saat bermain piano.”“Iya lah.” Zack menjawab dengan nada agak tinggi.Sejurus kemudian, Aurora memeluk dan menciumi wajah Zack. Lalu meminta maaf dengan tatapan memohonnya.“Aku maafkan.”“Hehe. Tapi, aku suka melihatmu cemburu. Tambah ganteng.”Kepala Zack menggeleng samar. Ia lalu membalas pelukan dan ciuman Aurora dengan lebih bergairah. Jika saja bel pintu tidak berbunyi, lelaki itu pasti sudah melepas pakaian mereka.Pelayan restoran yang datang membawakan pesanan. Zack menerimanya dengan sedikit senyum. Antara berterima kasih dan mengutuk kedatangan si pelayan yang mengganggu kemesraannya.“Ayo, makan, Sayang.” Zack meletakkan baki di meja.“Kata chef di restoran, daging domba bakar ini sangat lezat.” Aurora menusuk satu potong daging domba dan menyuapi Zack. “Bagaimana?” Lalu ia mencicipinya juga.“Iya, enak. Dagingnya empuk dan rasa bumbunya pas.”Sambil makan mereka menonton televisi. Hingga makanan da