“Zack.” Aurora masuk ke ruang kerja Zack sambil menatap layar telepon genggamnya.“Hem.” Zack yang sedang sibuk menandatangani beberapa berkas berdehem.“Kamu transfrer uang seratus lima puluh juta ke rekeningku? Untuk apa?”“Itu gajimu selama tiga bulan.” Zack menjawab dengan mata tetap pada berkas di mejanya.Aurora membuka mulutnya dan menatap Zack tanpa berkedip. Gaji? Bukankah Zack pernah bilang, selama ia masih belajar di perusahaan ini, ia tidak akan digaji?Sekali lagi, Aurora menatap saldo rekeningnya yang tiba-tiba menggendut. Baru kali ini ia memiliki uang sebanyak itu. Dadanya sampai berdebar-debar kencang.Wanita cantik itu tidak sadar bahwa Zack sedang menatapnya. Lelaki itu kemudian mengumpulkan berkas yang tersebar di meja lalu menumpuknya dengan rapi.“Ada apa? Apa jumlah itu kurang?”Dengan cepat, Aurora menggeleng keras. “Justru ini terlalu banyak, Zack. Aku kembalikan setengahnya, ya.”Zack mengeluarkan dengusan pelan, lalu tersenyum. “Jadi, maksudmu, kamu mengharg
Setelah berkencan dengan June, Zack jadi lebih memperhatikan Aurora. Ia bahkan membuka grup keluarga dan membaca-baca berbagai pesan di sana.Kini Zack tau. Adik angkatnya cukup berprestasi di sekolah. Beberapa kali, Aurora memenangkan berbagai lomba. Foto-foto kebersamaan Aurora dengan keluarga Morgan pun terlihat akrab.Kencan Zack dengan June hanya berlangsung satu kali saja. Setelah pertemuan pertama itu, Aurora tidak lagi pernah berhasil mengatur kencan kedua. Zack selalu menolak dengan dalih pekerjaan.“Zack, malam ini aku mau pergi dengan Vigor. Mau ikut?” Aurora menawarkan.Mereka sedang berada di mobil menuju apartemen. Meski jarak gedung The Morgan dan apartemen hanya sekitar sepuluh sampai lima belas menit berjalan kaki, Zack tidak pernah mengizinkan Aurora pulang sendiri lagi semenjak Aurora keluar dari rumah sakit.“Kamu menawarkanku untuk menjadi 'nyamuk' di antara kalian?” Zack mendengus kesal.“Hehe, tidak juga. Kalau kamu ikut, Vigor bilang ia akan mengajak sepupunya.
“Tuan Zackery! Lihat ini!”Beberapa wanita dan pria tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya. Zack menatap mereka dengan bingung lalu menatap berkas yang disodorkan kepadanya.Proyek yang dijalankan Aurora gagal total. Zack mengernyit dan memeriksa berkas dengan seksama.“Sudah kami bilang, Aurora tidak bisa kita andalkan untuk menjalankan proyek ini.” Penuh sesal, Brenda, seorang manager di perusahaan The Morgan berkata ketus.Zack melirik Brenda. Lalu, menatap satu persatu orang yang berada di dalam ruangannya. Hanya ada satu wanita yang terlihat menunduk ketakutan. Selebihnya menampakkan wajah kesal dan marah.Zack menekan tombol telepon yang tersambung ke telepon di meja Aurora. Tak lama kemudian, Aurora masuk. Ia tercengang melihat banyaknya orang di ruangan Zack.Biasanya sebelum bertemu Zack, seseorang harus melalui dirinya terlebih dahulu. Namun, saat ini ia sama sekali tidak tau Zack mendapat kunjungan dari beberapa pegawainya.Tak berapa lama kemudian, Aurora terisak. Ia baru tau
Malam telah larut saat Aurora dan Zack keluar dari Disneyland. Aurora memeluk boneka kelinci merah mudanya dan masuk ke dalam mobil.“Aku bahagia sekali hari ini. Terima kasih ya, Zack.” Aurora menggumam pelan kemudian menguap.Zack yang sedang sibuk memperhatikan jalan tersenyum tipis. Tak lama, ia menoleh ke samping dan menatap Aurora yang telah tertidur menyamping menghadap dirinya.Wajah Aurora begitu menggemaskan. Apalagi ia tidur sambil memeluk boneka.Sekali lagi, Zack menggeleng saat memperhatikan boneka tersebut. Sebegitu bahagianya Aurora mendapatkan mainan anak-anak yang menurutnya tidak berharga.Sampai mobil terparkir di depan rumah, Zack membopong adiknya masuk ke dalam. Jeff dengan sigap membukakan pintu kamar Aurora. Zack membaringkan adik angkatnya perlahan di ranjang.“Selamat tidur, Aurora.”Malam itu, di atas ranjangnya, Zack tersenyum samar mengingat kegiatan yang belum pernah ia lakukan bersama Aurora hari ini. Ia menekan dadanya yang sedikit terasa sesak. Kemudi
“Kenapa kamu memakai make-up lengkap begitu? Dari mana?” Zack menatap wajah Aurora saat wanita cantik itu masuk ke dalam mobil.Zack memang hanya menunggu di parkiran. Ia enggan masuk dan bertemu dengan banyak orang di butik. Lelaki itu hanya mengirim pesan pada Aurora bahwa ia sudah datang menjemput.Setelah memasang seatbelt Aurora bercerita. June sangat panik mendengar salah satu model peraganya ternyata sakit dan tidak dapat mengikuti sesi foto hari ini. Alhasil, June membujuk Aurora untuk menggantikan model tersebut.“Mami Papi melarangmu jadi model, Aurora.” Zack mengingatkan sang adik angkat.“Hanya model pengganti, kok. Cuma hari ini saja.”Aurora bernapas lega saat Zack mengangguk mengerti. Wanita cantik itu mengelap wajahnya menggunakan tisu pembersih make-up.Dalam perjalanan, Zack menceritakan bahwa Alzard langsung ke apartemen untuk mengurus beberapa hal. Kemudian ia merogoh saku celana dan memberikan kotak perhiasan kepada Aurora.“Alzard menitipkan gelang ini.”Kotak it
Kemampuan Zack bernegosiasi memang tidak diragukan lagi. Ia berhasil mempengaruhi pikiran mami hingga orang tua mereka tersebut menuruti keinginan Aurora untuk menjadi model.Pemotretan itu disaksikan Zack, Mami dan juga Alzard. Ketiganya menemani hingga sesi itu berakhir. Photographer memperlihatkan hasil fotonya pada keluarga Morgan.“Terima kasih atas kesempatannya, Kak Cha.” Aurora menunduk santun pada Sacha, pemilik agensi modelling yang menawarkan kerja sama untuknya.“Aku juga terima kasih karena Aurora bersedia. Hasil fotonya bagus-bagus.”Semua kru terlihat puas. Aurora dapat bekerja secara profesional dan mudah diarahkan. Wanita cantik itu juga rendah diri dan santun pada semua orang.Akhir-akhir ini, wajah Aurora terlihat lebih bersinar. Ia senang keluarganya berkumpul. Wanita itu bisa bermanja pada Mami dan Alzard.Bahkan Mami dan Alzard berkunjung ke gedung The Morgan untuk menemani Aurora bekerja. Para pegawai tentu saja heran. Mereka bertanya-tanya, bagaimana mungkin Au
Aurora menggeliat. Matanya memicing menatap Zack.“Good morning, sleeping beauty.”“Umm … jam berapa sekarang?”“Jam empat.”Spontan, Aurora terduduk. Ia lalu sadar semalam tertidur di mobil. Pasti Zack yang menggendongnya dan membaringkan di ranjang. Tetapi, kenapa Zack masih berada di sampingnya?“Kamu memelukku semalaman.” Zack menjawab seolah tau apa yang dipikirkan Aurora.“Oh, maaf.” Aurora menyeringai pada sang kakak.“Ya, sudah. Aku ke kamarku dulu, ya.”Zack segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar Aurora. Aurora tersenyum menatap pintu yang tertutup. Ternyata, kakak angkatnya kini sudah benar-benar berubah.Aurora dan Zack semakin kompak dalam bekerja. Bahkan setelah Alzard diwisuda, ia akhirnya memilih melanjutkan perusahaan Papi di negara mereka dibanding bekerja di perusahaan Zack. “Aku tau, Aurora sudah bisa membantumu. Jadi, biar aku handle perusahaan di sini dan menjaga Mami.”Pagi itu, Alzard melakukan video call bersama Zack dan Aurora. Mereka membuat rencana
Zack merengut saat Aurora berkata ia akan makan malam dengan Trevor. Meskipun Vigor tau karena Aurora dan Trevor sedang mendesain renovasi rumah untuk yayasan, tetap saja hatinya tidak tenang. Namun begitu, ia terpaksa mengizinkan Aurora pergi.Berusaha mengalihkan perhatiannya, Zack bermain games online di rumah. Hingga menjelang pukul sembilan malam, ia mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Aurora.Sepuluh menit, Aurora tidak membalas, Zack segera bergegas keluar. Mobilnya langsung mengarah ke gedung apartemen Alzard yang saat ini ditinggali Aurora. Ia segera menekan password pintu apartemen.“Hmmfff … jangan. Lepas!”“Bugh.”“Aw. Tidak!”“Plak.”Dahi Zack berkerut dalam. Dadanya naik turun mendengar suara-suara dari dalam kamar utama. Berlari, lelaki itu segera menghampiri.“Lepaskan adikku!”“Bugh, bugh, bugh!”“Hiks, hiks, hiks.”Aurora melepaskan diri dari cengkaraman Trevor dan langsung bersembunyi di balik punggung Zack.Trevor menyeka bibir yang pinggirnya berdarah akiba