“Kenapa kamu memakai make-up lengkap begitu? Dari mana?” Zack menatap wajah Aurora saat wanita cantik itu masuk ke dalam mobil.Zack memang hanya menunggu di parkiran. Ia enggan masuk dan bertemu dengan banyak orang di butik. Lelaki itu hanya mengirim pesan pada Aurora bahwa ia sudah datang menjemput.Setelah memasang seatbelt Aurora bercerita. June sangat panik mendengar salah satu model peraganya ternyata sakit dan tidak dapat mengikuti sesi foto hari ini. Alhasil, June membujuk Aurora untuk menggantikan model tersebut.“Mami Papi melarangmu jadi model, Aurora.” Zack mengingatkan sang adik angkat.“Hanya model pengganti, kok. Cuma hari ini saja.”Aurora bernapas lega saat Zack mengangguk mengerti. Wanita cantik itu mengelap wajahnya menggunakan tisu pembersih make-up.Dalam perjalanan, Zack menceritakan bahwa Alzard langsung ke apartemen untuk mengurus beberapa hal. Kemudian ia merogoh saku celana dan memberikan kotak perhiasan kepada Aurora.“Alzard menitipkan gelang ini.”Kotak it
Kemampuan Zack bernegosiasi memang tidak diragukan lagi. Ia berhasil mempengaruhi pikiran mami hingga orang tua mereka tersebut menuruti keinginan Aurora untuk menjadi model.Pemotretan itu disaksikan Zack, Mami dan juga Alzard. Ketiganya menemani hingga sesi itu berakhir. Photographer memperlihatkan hasil fotonya pada keluarga Morgan.“Terima kasih atas kesempatannya, Kak Cha.” Aurora menunduk santun pada Sacha, pemilik agensi modelling yang menawarkan kerja sama untuknya.“Aku juga terima kasih karena Aurora bersedia. Hasil fotonya bagus-bagus.”Semua kru terlihat puas. Aurora dapat bekerja secara profesional dan mudah diarahkan. Wanita cantik itu juga rendah diri dan santun pada semua orang.Akhir-akhir ini, wajah Aurora terlihat lebih bersinar. Ia senang keluarganya berkumpul. Wanita itu bisa bermanja pada Mami dan Alzard.Bahkan Mami dan Alzard berkunjung ke gedung The Morgan untuk menemani Aurora bekerja. Para pegawai tentu saja heran. Mereka bertanya-tanya, bagaimana mungkin Au
Aurora menggeliat. Matanya memicing menatap Zack.“Good morning, sleeping beauty.”“Umm … jam berapa sekarang?”“Jam empat.”Spontan, Aurora terduduk. Ia lalu sadar semalam tertidur di mobil. Pasti Zack yang menggendongnya dan membaringkan di ranjang. Tetapi, kenapa Zack masih berada di sampingnya?“Kamu memelukku semalaman.” Zack menjawab seolah tau apa yang dipikirkan Aurora.“Oh, maaf.” Aurora menyeringai pada sang kakak.“Ya, sudah. Aku ke kamarku dulu, ya.”Zack segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar Aurora. Aurora tersenyum menatap pintu yang tertutup. Ternyata, kakak angkatnya kini sudah benar-benar berubah.Aurora dan Zack semakin kompak dalam bekerja. Bahkan setelah Alzard diwisuda, ia akhirnya memilih melanjutkan perusahaan Papi di negara mereka dibanding bekerja di perusahaan Zack. “Aku tau, Aurora sudah bisa membantumu. Jadi, biar aku handle perusahaan di sini dan menjaga Mami.”Pagi itu, Alzard melakukan video call bersama Zack dan Aurora. Mereka membuat rencana
Zack merengut saat Aurora berkata ia akan makan malam dengan Trevor. Meskipun Vigor tau karena Aurora dan Trevor sedang mendesain renovasi rumah untuk yayasan, tetap saja hatinya tidak tenang. Namun begitu, ia terpaksa mengizinkan Aurora pergi.Berusaha mengalihkan perhatiannya, Zack bermain games online di rumah. Hingga menjelang pukul sembilan malam, ia mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Aurora.Sepuluh menit, Aurora tidak membalas, Zack segera bergegas keluar. Mobilnya langsung mengarah ke gedung apartemen Alzard yang saat ini ditinggali Aurora. Ia segera menekan password pintu apartemen.“Hmmfff … jangan. Lepas!”“Bugh.”“Aw. Tidak!”“Plak.”Dahi Zack berkerut dalam. Dadanya naik turun mendengar suara-suara dari dalam kamar utama. Berlari, lelaki itu segera menghampiri.“Lepaskan adikku!”“Bugh, bugh, bugh!”“Hiks, hiks, hiks.”Aurora melepaskan diri dari cengkaraman Trevor dan langsung bersembunyi di balik punggung Zack.Trevor menyeka bibir yang pinggirnya berdarah akiba
“Jangan! Zack tidak bersalah. Jangan bawa kakakku!” Aurora terisak dan menarik tangan Zack yang harus mengikuti petugas.Zack lalu memasang tubuhnya di depan Aurora, menghadang petugas yang ingin menyingkirkan Aurora. “Biarkan aku bicara dengan adikku dulu.”Pengacara Zack akhirnya bisa bernegosiasi dengan petugas. Zack segera membawa Aurora ke pojok ruangan dan menenangkannya.“Kamu baik-baik saja? Mereka tidak melukaimu saat interogasi ‘kan?” Zack mengamati wajah Aurora.Aurora menggeleng cepat. Air matanya tak henti mengalir di pipi. Zack menangkup kedua pipi sang adik angkat, mengusapnya lembut dan menatapnya lekat.“Dengarkan aku. Jangan katakan apa pun pada Mami dan Alzard. Kamu berdiam diri di rumah saja. Pergi hanya ke kantor dan kunjungan ke sini. Aku titip perusahaan padamu.” Kepala Aurora menggeleng keras. “Tidak mau. Aku mau sama kamu.”“Jangan keras kepala, Aurora. Turuti aku.”“Tapi, kamu tidak bersalah sampai harus di penjara.”“Pengacara akan membantuku keluar dari si
Zack terpaku saat melihat Aurora berkunjung didampingi para sahabatnya. Matanya menatap Aurora yang sedang menggigit bibir.“Maaf. Aku harus meminta bantuan karena tidak bisa sendirian. Aku tidak sanggup.” Dengan nada bergetar, Aurora berkata pelan pada Zack.Senyum tipis di bibir Zack membuat Aurora lega. Ia tau sang kakak angkat tidak marah.“Sepertinya aku memang memberimu tekanan yang tinggi, Adik Manis. Tak apa.” Zack berkata sambil mengelus kepala Aurora.Mereka kemudian duduk di ruang khusus.“Kau tampak kacau, Zack.” Vigor menggeleng mengamati penampilan Zack.“Jangan perdulikan penampilanku. Ceritakan mengenai si Trevor brengsek itu,” tukas Zack.Louis yang memulai cerita. Menurut William, Daddy-nya, Wintaken memiliki lima orang anak. Semuanya lelaki. Trevor adalah anak bungsu.Selama ini, Trevor tidak memiliki track record yang buruk. Memang senang berfoya-foya. Kehidupan hedonnya memang terkenal di kalangan para pejabat.“Salah satu pengawal Daddy kenal dengan pengawal Wint
“Mommy Key,” sapa Louis yang menjulurkan kepalanya di pintu ruang praktek Keyna.Keyna tersenyum geli melihat tingkah Louis. “Hai, Lou. Kenapa pakai ngintip segala. Masuk saja.”Louis masuk, masih dengan senyum menyeringai. Keyna yang sedang memeriksa data pasien yang akan dioperasi langsung menduga ada yang ingin putra tirinya itu ungkapkan.“Ada apa?” Keyna menutup berkas dan memberikan perhatian pada Louis.“Emm … Ini.” Louis meletakkan sebuah map di depan Keyna. “Tolong periksa data pasien ini, dong.”Dengan dahi berkerut Keyna membuka berkas tersebut. Dahinya tambah berkerut setelah membaca lebih banyak.“Ini tidak dibenarkan dalam kedokteran. Kenapa dokternya menyetujui prosedur ini? Siapa pasiennya? Temanmu?” Keyna memberondong Louis dengan banyak pertanyaan.Secara singkat, Louis bercerita. Keyna mengangguk mengerti. Sebenarnya, ia juga pernah mendengar kisah Zack ini dari William.“Kasihan sahabatmu itu.” Keyna mengembalikan berkas pada Louis.“Jadi, dengan data ini, sudah bi
Dengan gelisah, Aurora menunggu di depan sebuah gerbang besar. Hanya ada satu pintu kecil yang tertutup rapat di sana. Aurora bersama beberapa orang yang berkumpul tak lepas menatap pintu tersebut.Saat pintu terbuka, semua serentak menatap siapa yang keluar. Mereka yang menunggu memang sedang menanti kerabat yang akan dibebaskan dari rumah tahanan pagi ini.Aurora menatap pemandangan di depannya. Laki-laki yang tidak muda lagi dipeluk oleh dua orang wanita yang ia perkirakan sebagai istri dan anak si lelaki. Mereka tampak terharu.Hingga hampir dua jam, Aurora masih bersandar pada badan mobil. Para penunggu sudah pergi satu-persatu. Apa Zack tidak jadi dibebaskan hari ini? Wanita itu membalik tubuh dan tersedu di balik mobil.“Kenapa menangis?”Dengan cepat, Aurora menoleh. Zack telah berdiri di belakangnya. Spontan ia memeluk tubuh besar Zack dan melanjutkan isakannya di dalam dada lelaki tersebut.Zack terkekeh pelan. Tangannya mengusap lembut kepala Aurora. Ia menenggelamkan wajah