Malam telah larut saat Aurora dan Zack keluar dari Disneyland. Aurora memeluk boneka kelinci merah mudanya dan masuk ke dalam mobil.“Aku bahagia sekali hari ini. Terima kasih ya, Zack.” Aurora menggumam pelan kemudian menguap.Zack yang sedang sibuk memperhatikan jalan tersenyum tipis. Tak lama, ia menoleh ke samping dan menatap Aurora yang telah tertidur menyamping menghadap dirinya.Wajah Aurora begitu menggemaskan. Apalagi ia tidur sambil memeluk boneka.Sekali lagi, Zack menggeleng saat memperhatikan boneka tersebut. Sebegitu bahagianya Aurora mendapatkan mainan anak-anak yang menurutnya tidak berharga.Sampai mobil terparkir di depan rumah, Zack membopong adiknya masuk ke dalam. Jeff dengan sigap membukakan pintu kamar Aurora. Zack membaringkan adik angkatnya perlahan di ranjang.“Selamat tidur, Aurora.”Malam itu, di atas ranjangnya, Zack tersenyum samar mengingat kegiatan yang belum pernah ia lakukan bersama Aurora hari ini. Ia menekan dadanya yang sedikit terasa sesak. Kemudi
“Kenapa kamu memakai make-up lengkap begitu? Dari mana?” Zack menatap wajah Aurora saat wanita cantik itu masuk ke dalam mobil.Zack memang hanya menunggu di parkiran. Ia enggan masuk dan bertemu dengan banyak orang di butik. Lelaki itu hanya mengirim pesan pada Aurora bahwa ia sudah datang menjemput.Setelah memasang seatbelt Aurora bercerita. June sangat panik mendengar salah satu model peraganya ternyata sakit dan tidak dapat mengikuti sesi foto hari ini. Alhasil, June membujuk Aurora untuk menggantikan model tersebut.“Mami Papi melarangmu jadi model, Aurora.” Zack mengingatkan sang adik angkat.“Hanya model pengganti, kok. Cuma hari ini saja.”Aurora bernapas lega saat Zack mengangguk mengerti. Wanita cantik itu mengelap wajahnya menggunakan tisu pembersih make-up.Dalam perjalanan, Zack menceritakan bahwa Alzard langsung ke apartemen untuk mengurus beberapa hal. Kemudian ia merogoh saku celana dan memberikan kotak perhiasan kepada Aurora.“Alzard menitipkan gelang ini.”Kotak it
Kemampuan Zack bernegosiasi memang tidak diragukan lagi. Ia berhasil mempengaruhi pikiran mami hingga orang tua mereka tersebut menuruti keinginan Aurora untuk menjadi model.Pemotretan itu disaksikan Zack, Mami dan juga Alzard. Ketiganya menemani hingga sesi itu berakhir. Photographer memperlihatkan hasil fotonya pada keluarga Morgan.“Terima kasih atas kesempatannya, Kak Cha.” Aurora menunduk santun pada Sacha, pemilik agensi modelling yang menawarkan kerja sama untuknya.“Aku juga terima kasih karena Aurora bersedia. Hasil fotonya bagus-bagus.”Semua kru terlihat puas. Aurora dapat bekerja secara profesional dan mudah diarahkan. Wanita cantik itu juga rendah diri dan santun pada semua orang.Akhir-akhir ini, wajah Aurora terlihat lebih bersinar. Ia senang keluarganya berkumpul. Wanita itu bisa bermanja pada Mami dan Alzard.Bahkan Mami dan Alzard berkunjung ke gedung The Morgan untuk menemani Aurora bekerja. Para pegawai tentu saja heran. Mereka bertanya-tanya, bagaimana mungkin Au
Aurora menggeliat. Matanya memicing menatap Zack.“Good morning, sleeping beauty.”“Umm … jam berapa sekarang?”“Jam empat.”Spontan, Aurora terduduk. Ia lalu sadar semalam tertidur di mobil. Pasti Zack yang menggendongnya dan membaringkan di ranjang. Tetapi, kenapa Zack masih berada di sampingnya?“Kamu memelukku semalaman.” Zack menjawab seolah tau apa yang dipikirkan Aurora.“Oh, maaf.” Aurora menyeringai pada sang kakak.“Ya, sudah. Aku ke kamarku dulu, ya.”Zack segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar Aurora. Aurora tersenyum menatap pintu yang tertutup. Ternyata, kakak angkatnya kini sudah benar-benar berubah.Aurora dan Zack semakin kompak dalam bekerja. Bahkan setelah Alzard diwisuda, ia akhirnya memilih melanjutkan perusahaan Papi di negara mereka dibanding bekerja di perusahaan Zack. “Aku tau, Aurora sudah bisa membantumu. Jadi, biar aku handle perusahaan di sini dan menjaga Mami.”Pagi itu, Alzard melakukan video call bersama Zack dan Aurora. Mereka membuat rencana
Zack merengut saat Aurora berkata ia akan makan malam dengan Trevor. Meskipun Vigor tau karena Aurora dan Trevor sedang mendesain renovasi rumah untuk yayasan, tetap saja hatinya tidak tenang. Namun begitu, ia terpaksa mengizinkan Aurora pergi.Berusaha mengalihkan perhatiannya, Zack bermain games online di rumah. Hingga menjelang pukul sembilan malam, ia mengirim pesan untuk menanyakan keberadaan Aurora.Sepuluh menit, Aurora tidak membalas, Zack segera bergegas keluar. Mobilnya langsung mengarah ke gedung apartemen Alzard yang saat ini ditinggali Aurora. Ia segera menekan password pintu apartemen.“Hmmfff … jangan. Lepas!”“Bugh.”“Aw. Tidak!”“Plak.”Dahi Zack berkerut dalam. Dadanya naik turun mendengar suara-suara dari dalam kamar utama. Berlari, lelaki itu segera menghampiri.“Lepaskan adikku!”“Bugh, bugh, bugh!”“Hiks, hiks, hiks.”Aurora melepaskan diri dari cengkaraman Trevor dan langsung bersembunyi di balik punggung Zack.Trevor menyeka bibir yang pinggirnya berdarah akiba
“Jangan! Zack tidak bersalah. Jangan bawa kakakku!” Aurora terisak dan menarik tangan Zack yang harus mengikuti petugas.Zack lalu memasang tubuhnya di depan Aurora, menghadang petugas yang ingin menyingkirkan Aurora. “Biarkan aku bicara dengan adikku dulu.”Pengacara Zack akhirnya bisa bernegosiasi dengan petugas. Zack segera membawa Aurora ke pojok ruangan dan menenangkannya.“Kamu baik-baik saja? Mereka tidak melukaimu saat interogasi ‘kan?” Zack mengamati wajah Aurora.Aurora menggeleng cepat. Air matanya tak henti mengalir di pipi. Zack menangkup kedua pipi sang adik angkat, mengusapnya lembut dan menatapnya lekat.“Dengarkan aku. Jangan katakan apa pun pada Mami dan Alzard. Kamu berdiam diri di rumah saja. Pergi hanya ke kantor dan kunjungan ke sini. Aku titip perusahaan padamu.” Kepala Aurora menggeleng keras. “Tidak mau. Aku mau sama kamu.”“Jangan keras kepala, Aurora. Turuti aku.”“Tapi, kamu tidak bersalah sampai harus di penjara.”“Pengacara akan membantuku keluar dari si
Zack terpaku saat melihat Aurora berkunjung didampingi para sahabatnya. Matanya menatap Aurora yang sedang menggigit bibir.“Maaf. Aku harus meminta bantuan karena tidak bisa sendirian. Aku tidak sanggup.” Dengan nada bergetar, Aurora berkata pelan pada Zack.Senyum tipis di bibir Zack membuat Aurora lega. Ia tau sang kakak angkat tidak marah.“Sepertinya aku memang memberimu tekanan yang tinggi, Adik Manis. Tak apa.” Zack berkata sambil mengelus kepala Aurora.Mereka kemudian duduk di ruang khusus.“Kau tampak kacau, Zack.” Vigor menggeleng mengamati penampilan Zack.“Jangan perdulikan penampilanku. Ceritakan mengenai si Trevor brengsek itu,” tukas Zack.Louis yang memulai cerita. Menurut William, Daddy-nya, Wintaken memiliki lima orang anak. Semuanya lelaki. Trevor adalah anak bungsu.Selama ini, Trevor tidak memiliki track record yang buruk. Memang senang berfoya-foya. Kehidupan hedonnya memang terkenal di kalangan para pejabat.“Salah satu pengawal Daddy kenal dengan pengawal Wint
“Mommy Key,” sapa Louis yang menjulurkan kepalanya di pintu ruang praktek Keyna.Keyna tersenyum geli melihat tingkah Louis. “Hai, Lou. Kenapa pakai ngintip segala. Masuk saja.”Louis masuk, masih dengan senyum menyeringai. Keyna yang sedang memeriksa data pasien yang akan dioperasi langsung menduga ada yang ingin putra tirinya itu ungkapkan.“Ada apa?” Keyna menutup berkas dan memberikan perhatian pada Louis.“Emm … Ini.” Louis meletakkan sebuah map di depan Keyna. “Tolong periksa data pasien ini, dong.”Dengan dahi berkerut Keyna membuka berkas tersebut. Dahinya tambah berkerut setelah membaca lebih banyak.“Ini tidak dibenarkan dalam kedokteran. Kenapa dokternya menyetujui prosedur ini? Siapa pasiennya? Temanmu?” Keyna memberondong Louis dengan banyak pertanyaan.Secara singkat, Louis bercerita. Keyna mengangguk mengerti. Sebenarnya, ia juga pernah mendengar kisah Zack ini dari William.“Kasihan sahabatmu itu.” Keyna mengembalikan berkas pada Louis.“Jadi, dengan data ini, sudah bi
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint