“Jangan! Zack tidak bersalah. Jangan bawa kakakku!” Aurora terisak dan menarik tangan Zack yang harus mengikuti petugas.Zack lalu memasang tubuhnya di depan Aurora, menghadang petugas yang ingin menyingkirkan Aurora. “Biarkan aku bicara dengan adikku dulu.”Pengacara Zack akhirnya bisa bernegosiasi dengan petugas. Zack segera membawa Aurora ke pojok ruangan dan menenangkannya.“Kamu baik-baik saja? Mereka tidak melukaimu saat interogasi ‘kan?” Zack mengamati wajah Aurora.Aurora menggeleng cepat. Air matanya tak henti mengalir di pipi. Zack menangkup kedua pipi sang adik angkat, mengusapnya lembut dan menatapnya lekat.“Dengarkan aku. Jangan katakan apa pun pada Mami dan Alzard. Kamu berdiam diri di rumah saja. Pergi hanya ke kantor dan kunjungan ke sini. Aku titip perusahaan padamu.” Kepala Aurora menggeleng keras. “Tidak mau. Aku mau sama kamu.”“Jangan keras kepala, Aurora. Turuti aku.”“Tapi, kamu tidak bersalah sampai harus di penjara.”“Pengacara akan membantuku keluar dari si
Zack terpaku saat melihat Aurora berkunjung didampingi para sahabatnya. Matanya menatap Aurora yang sedang menggigit bibir.“Maaf. Aku harus meminta bantuan karena tidak bisa sendirian. Aku tidak sanggup.” Dengan nada bergetar, Aurora berkata pelan pada Zack.Senyum tipis di bibir Zack membuat Aurora lega. Ia tau sang kakak angkat tidak marah.“Sepertinya aku memang memberimu tekanan yang tinggi, Adik Manis. Tak apa.” Zack berkata sambil mengelus kepala Aurora.Mereka kemudian duduk di ruang khusus.“Kau tampak kacau, Zack.” Vigor menggeleng mengamati penampilan Zack.“Jangan perdulikan penampilanku. Ceritakan mengenai si Trevor brengsek itu,” tukas Zack.Louis yang memulai cerita. Menurut William, Daddy-nya, Wintaken memiliki lima orang anak. Semuanya lelaki. Trevor adalah anak bungsu.Selama ini, Trevor tidak memiliki track record yang buruk. Memang senang berfoya-foya. Kehidupan hedonnya memang terkenal di kalangan para pejabat.“Salah satu pengawal Daddy kenal dengan pengawal Wint
“Mommy Key,” sapa Louis yang menjulurkan kepalanya di pintu ruang praktek Keyna.Keyna tersenyum geli melihat tingkah Louis. “Hai, Lou. Kenapa pakai ngintip segala. Masuk saja.”Louis masuk, masih dengan senyum menyeringai. Keyna yang sedang memeriksa data pasien yang akan dioperasi langsung menduga ada yang ingin putra tirinya itu ungkapkan.“Ada apa?” Keyna menutup berkas dan memberikan perhatian pada Louis.“Emm … Ini.” Louis meletakkan sebuah map di depan Keyna. “Tolong periksa data pasien ini, dong.”Dengan dahi berkerut Keyna membuka berkas tersebut. Dahinya tambah berkerut setelah membaca lebih banyak.“Ini tidak dibenarkan dalam kedokteran. Kenapa dokternya menyetujui prosedur ini? Siapa pasiennya? Temanmu?” Keyna memberondong Louis dengan banyak pertanyaan.Secara singkat, Louis bercerita. Keyna mengangguk mengerti. Sebenarnya, ia juga pernah mendengar kisah Zack ini dari William.“Kasihan sahabatmu itu.” Keyna mengembalikan berkas pada Louis.“Jadi, dengan data ini, sudah bi
Dengan gelisah, Aurora menunggu di depan sebuah gerbang besar. Hanya ada satu pintu kecil yang tertutup rapat di sana. Aurora bersama beberapa orang yang berkumpul tak lepas menatap pintu tersebut.Saat pintu terbuka, semua serentak menatap siapa yang keluar. Mereka yang menunggu memang sedang menanti kerabat yang akan dibebaskan dari rumah tahanan pagi ini.Aurora menatap pemandangan di depannya. Laki-laki yang tidak muda lagi dipeluk oleh dua orang wanita yang ia perkirakan sebagai istri dan anak si lelaki. Mereka tampak terharu.Hingga hampir dua jam, Aurora masih bersandar pada badan mobil. Para penunggu sudah pergi satu-persatu. Apa Zack tidak jadi dibebaskan hari ini? Wanita itu membalik tubuh dan tersedu di balik mobil.“Kenapa menangis?”Dengan cepat, Aurora menoleh. Zack telah berdiri di belakangnya. Spontan ia memeluk tubuh besar Zack dan melanjutkan isakannya di dalam dada lelaki tersebut.Zack terkekeh pelan. Tangannya mengusap lembut kepala Aurora. Ia menenggelamkan wajah
“Maksudnya kamu masih merasa kekurangan uang?” Zack mengangkat kedua alisnya sedikit.Dengan cepat, Aurora menggeleng. “Bukan begitu. Gaji darimu lebih dari cukup. Aku tidak membutuhkan biaya hidup yang banyak. Hanya saja …. “Aurora bercerita dengan nada menyesal. Bahwa ia sudah menanamkan modal pada perusahaan konstruksi Trevor untuk rumah warisan papi. Dan sekarang, pekerjaan itu mangkrak, karena pemborongnya pergi setelah Trevor masuk rumah sakit.Walaupun kesal, namun Aurora tidak berniat mencari pekerja-pekerja yang menghilang itu. Ia tidak mau lagi berurusan dengan Trevor. Otomatis, Aurora merugi puluhan juta.Zack mengembuskan napas berat. Seandainya ia tau, sudah sejauh itu kerjasama antara adiknya dengan Trevor, ia mungkin akan ikut campur. Namun kini, ia setuju, lebih baik merelakan uang yang hilang itu daripada menuntut pada perusahaan Trevor.“Aku akan bantu dan …. ““Tidak,” potong Aurora cepat. “Aku tidak mau merepotkanmu.”“Anggap saja aku berdonasi, bukan?”Hembusan n
Aurora masuk tergesa ke dalam ruang kerja Zack. Ia baru saja melihat pengumuman di layar bahwa Brenda dikeluarkan secara tidak hormat dari perusahaan The Morgan.“Brenda adalah salah satu orang yang bersalah pada pengerjaan proyek pertamamu. Kamu gagal bukan karena tidak becus. Tetapi karena Brenda dan beberapa orang lainnya memang berniat membuat buruk namamu.” Zack menjelaskan pada Aurora.Melalui cerita Zack, Aurora mengangguk mengerti. Sejak awal, Zack memang seringkali mengingatkan Aurora untuk berhati-hati dan tidak percaya begitu saja pada tim-nya.Ketika Aurora gagal, Zack segera menyelidiki penyebabnya. Ia menemukan berbagai kecurangan yang dibuat-buat.“Sudah. Tidak perlu kamu pikirkan lagi. Yang penting sekarang, fokus pada proyek selanjutnya.” Zack menenangkan Aurora.Kepala wanita cantik itu mengangguk.“Oh ya, nanti malam, aku dan sahabat-sahabatku akan merayakan kebersamaan kami lagi. Kamu mau ikut?” Zack menawarkan.“Ke mana?”“Kafe langganan kami.”“Hmm … aku mau mene
Sepertinya ini adalah tempat favoritmu." Zack duduk di sebelah Aurora.Wanita cantik itu sedang menatap kolam renang. Telinganya tertutup earphone, tetapi ia masih mendengar apa yang diucapkan Zack.Tangan Aurora melepas earphone. Ia lalu memberikan senyum pada Zack."Apa yang menarik di sini, Aurora? Kenapa kamu senang sekali duduk sambil memandangi wajah di kolam begini?"Sambil berkata, Zack mengikuti apa yang dilakukan Aurora.Terkekeh pelan, Aurora menjawab," Aku tidak tau. Tapi wajahku di air itu terlihat hanya bayang-bayang, bukan? Antara ada dan tiada."Cepat, Zack menoleh menatap sang adik angkat. "Kamu nyata, Aurora. Kamu hidup.""Ada kalanya aku bertanya-tanya, kenapa aku hidup. Aku merepotkan banyak orang. Bahkan orang tuaku sendiri tidak mengharapkan kehadiranku dan memilih menyerahkanku pada yayasan yatim piatu."Kepala Zack menggeleng. Ia tidak setuju dengan pernyataan Aurora. Sepengetahuannya, keluarga Morgan merasa sangat beruntung bisa mengadopsi Aurora.Bahkan menur
“Ini sangat mudah.”Regina menerima tas perlengkapannya dari seorang pegawai. Wanita cantik itu memakai kacamata khusus. Lalu dengan serius menempelkan berlian yang baru saja ditemukan kembali ke mahkota kosong di gelang Aurora.“Selesai!”Wanita cantik itu bahkan yang memasangkan gelang ke tangan Aurora. Kemudian ia kembali mengamati wajah cantik Aurora. Bibirnya tersenyum manis.“Gelangnya sangat cocok di kulitmu yang mulus,” puji Regina.“Anda bisa saja, My Lady.” Aurora tersipu mendapat pujian dari seorang wanita cantik yang berwajah ningrat itu.Pertemuan Aurora dan Regina meninggalkan kesan mendalam bagi Aurora. Baru kali ini ia melihat seorang wanita bangsawan. Selain sangat cantik, ternyata, ia sangat ramah dan baik hati.“Dia mirip seperti putri-putri yang tinggal di istana, ya, Zack.” Aurora mengomentari penampilan Regina saat mereka telah berdua saja.“Memang kenyataannya begitu. Regina dan James tinggal di sebuah istana di negara mereka.”“Wow, ternyata orang seperti merek
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint