“Iya, aku menyesal.” Zack memasang wajah sedih.
Alzard terkaget. Ia menatap sekeliling, takut ada yang mendengar perbincangan mereka.
“Serius?” Alzard berbisik.
Zack mengangguk. “Serius! Menyesal, kenapa tidak dari dulu aku bertemu Aurora dan langsung melamarnya. Daripada aku hidup luntang-lantung dari satu wanita ke wanita lain.”
Alzard bersandar dan mengembuskan napas lega. Hampir saja ia memukul kakaknya karena jawabannya barusan.
Kembali pandangannya teralih ke luar jendela. Zack menekan-nekan tombol televisi di depannya mencari-cari film yang menarik.
“Jangan terlalu dipikirkan. Pernikahan itu memang sulit. Tetapi, semua dalam hidup ini sullit jika kamu menganggapnya demikian.”
Mendengar penyataan Zack, Alzard tersenyum dan mengangguk.
“Sebenarnya, aku hanya sedih, Papi tidak melihat kita menikah. Tidak melihat cucu-cucu. Papi bahkan pergi sebelum kita sukses berkarir.&
Satu tahun kemudian.Keluarga Morgan dan bangsawan Adora sedang berkumpul di kastil. Mereka menikmati kebersamaan sore itu dengan duduk-duduk di pekarangan belakang yang menghadap taman bermain.Sebelumnya mereka telah berjalan-jalan santai menyusuri pinggir sungai. Suasana sangat tenang dan damai membuat keluarga Morgan betah.Setelah lelah berjalan-jalan, mereka duduk dan menikmati hidangan sore.“Apa itu mainan baru, Kek?” Alzard memicingkan mata melihat permainan panjat-panjatan.“Iya. Mainan kan harus disesuaikan dengan usia Haven. Mainan yang lalu sudah dikuasai Haven karena terlalu mudah.” Kakek Viscout menjawab dengan senyum di bibirnya.Mereka lalu mengamati Haven yang dengan lincah berlari ke sana-ke mari. Di belakangnya, dengan sabar Felix mengikuti dan seringkali mengingatkan Haven untuk pelan-pelan.“Mereka sangat dekat walaupun kepribadiannya sangat berbeda.” Kakek Viscout berkomentar tentang Felix dan Haven.“Betul, Kek. Kalau tidak ada, saling mencari. Kalau ada, serin
Telah hampir dua jam berlalu. Felix dan Haven belum juga ditemukan. Bahkan matahari pun sudah tenggelam.Sudah dua kali Aurora pingsan. Kakek Viscout tampak lebih tegar dengan memeluk tubuh cucunya.“Berdoalah, Aurora. Minta Tuhan mengirimkan para leluhur kastil untuk membantu menemukan Felix dan Haven.” Kakek Viscout berkata dengan suara bergetar.Hanya isakan sedih yanng dikeluarkan Aurora. Tubuhnya benar-benar lemah. Tiba-tiba, ia duduk tegak.“Ada apa?”Aurora mneggeleng. Ia mengusap kasar air matanya lalu berdiri dan berlari ke arah sungai.Zack tak kenal lelah. Ia menolak bergantian mencari putra-putranya. Tak ia perdulikan tubuhnya yang basah oleh air sungai dan mulai kedinginan.Bibir Zack tak hentinya menyebut dan meneriakkan nama Haven. Hingga kini suaranya pun mulai parau. Tiba-tiba terlintas wajah Felix.Sedari tadi, ia tidak pernah memanggil putra pertamanya itu. Dengan sisa tenaga, Zack menyerukan nama tersebut.“Felixx ... jawab Daddy! Jangan buat Daddy marah. Felixxx!!
“Sayang.” Zack menyapa Aurora pada sambungan video call.Karena terburu-buru, Zack sampai tidak membawa ponsel. Untung saja Vigor menyusulnya hingga ia kini dapat bicara dengan sang istri menggunakan ponsel sang sahabat.“Zack.” Aurora hanya dapat tersenyum melihat betapa rapuhnya Zack saat ini.“Felix.” Satu kata meluncur dari bibir Zack yang bergetar.“Bagaimana, Felix?” Kekhawatiran dan ketegangan kini menyelimuti raut wajah Auror.“Felix .... “ Zack menghela napas panjang. “Masih koma. Paru-parunya terendam air berjam-jam. Dokter sudah melakukan tindakan mengeluarkan cairan itu.”Detik berikutnya, Aurora hanya menatap layar telepon dengan prihatin. Zack memijat dahinya sambil terisak.“Dokter kebangsawanan akan melakukan yang terbaik.” Aurora berkata pelan, berusaha menenangkan Zack.Kepala lelaki tampan itu mengangguk. Kemudian tersenyum tipis pada Aurora. “Haven? Bagaimana Havenku, Sayang?”Aurora tidak menjawab. Ia mengarahkan kamera ponsel pada sosok anak lelaki kecil pucat ya
Kedua tangan Kakek Viscout membentuk segitiga di atas meja. Di depannya belasan tim keamanan dan pengasuh Felix serta Haven bersimpuh di hadapannya.Selesai melihat tayangan CCTV, Kakek Viscout merenung. Dulu, ia berpikir area dalam kastil adalah tempat teraman untuk keluarganya.Kakek Viscout hanya memberikan banyak pengawalan ketika keluarga berada di luar. Ia sama sekali tak mengira bahaya justru datang dari alam di lingkungan tempat tinggalnya.Semua pengawal hari itu sudah menyisiri taman bermain dan sekitarnya sebelum keluarga berkumpul. Apalagi sekitar taman itu berpagar dan sangat privasi. Tidak ada yang menyangka Haven bisa memanjat dan keluar dari zona itu.Kejadian saat kedua putra Zack terseret arus pun sangat cepat. Tubuh anak-anak yang ringan itu segera terbawa jauh sebelum orang-orang dewasa mengejar mereka.Sungai itu ... seharusnya aman untuk berenang. Airnya jernih dan tidak terlalu dalam. Namun semua seolah lupa bahwa Felix dan Haven masih kecil.Aman untuk orang de
“Aurora, sayang. Aku ke kamar Felix dulu. Sampai ketemu lagi, Haven. Daddy sayang kalian.”Zack memutuskan saluran video callnya. Aurora tersenyum lega. Semoga saja benar Felix telah sadar.Kalau iya, berarti kontak batin Felix dan Haven memang sangat kuat. Mereka bahkan siuman dalam waktu hampir bersamaan.Pelayan datang untuk menggantikan seprei ranjang. Aurora menyerahkan Haven pada Mami agar ia dapat membilas dan mengganti pakaian.Namun Haven ternyata tidak mau ia lepaskan. Tangan balita itu tetap mencengkram pakaian Aurora sambil merengek.“Tidak apa Anda membawa Prince Haven mandi di pancuran. Asal jangan berendam dulu di bathtub, takut masih tersisa trauma.” Dokter menyarankan.Aurora mengangguk. Ditemani Clara, mereka masuk ke kamar mandi. Aurora memeluk Haven erat saat air pancuran hangat mengguyur tubuh mereka.Haven tampak tidak terganggu dengan kucuran air. Sepertinya ia merasa nyaman saja berada di dekapan sang Mommy.Sebentar saja mereka membilas diri. Aurora menyerahka
Zack tersentak mendengar pernyataan Felix. Ia merengkuh tubuh kurus anak lelaki itu dan mendekapnya.“Dari mana kamu dapat kata-kata itu? Daddy tidak mungkin melakukannya.”“Karena Daddy tidak ingin aku hidup. Daddy membuangku dan Mama Amber.” Felix berkata seiring derai air matanya.“Itu yang dikatakan Mamamu semasa ia masih hidup?” Zack mengangkat satu alisnya.Felix mengangguk takut-takut.Zack mengembuskan napas beratnya sebelum berkata lagi.“Sekarang, lupakan perkataan itu. Kamu akan tetap tinggal bersama Daddy, Mommy, Haven dan mungkin adik-adik kalian yang lain. Mengerti?!” Zack berucap tegas.Sekali lagi, Felix mengangguk. Ia menghapus cepat air matanya. Lalu, masuk ke dalam dada Zack dan memeluk tubuh besar sang Daddy.Akhirnya, Zack balas memeluk Felix. Ia meletakkan dagu di atas kepala putranya.“Daddy sayang kamu, Felix.”Vigor yang mendengar kalimat itu meluncur pelan dari bibir sahabat tersenyum. Ia mundur lalu keluar dari ruangan untuk memberi Zack dan Felix waktu berd
Dokter datang memeriksa Aurora. Zack mengamati sambil menggendong Haven. Untunglah balita itu sudah lebih tenang bersama sang Daddy.“Dokter, istriku baik-baik saja, kan?” Tak sabar, Zack bertanya.Kakek Viscout dan Mami Clara yang juga telah berada di dalam kamar jadi ikut khawatir. Mereka menatap dokter dengan pandangan penasaran.“Sebaiknya, Lady Aurora saja yang mengatakan kabar ini.” Dokter berkata sambil tersenyum pada Aurora.Zack mendekati istrinya. “Sayang, ada apa? Jangan membuatku khawatir.”“Hmmm ... sebenarnya aku ingin mengatakan padamu tetapi kemudian ada peristiwa di sungai itu.” Aurora tersenyum pada Zack.“Apa?” Zack semakin tak mengerti.“Aku ... sudah terlambat mens satu bulan.”Semua orang di ruangan terdiam. Mencerna ucapan Aurora dengan saling berpandangan.“Lady Aurora hamil, Tuan Zack.”“Oh, Diam lah, Dok.” Zack mendelik sewot mendengar pernyataan dokter yang terkekeh. “Aku tau apa artinya terlambat mens satu bulan.”Dokter kebangsawanan itu kembali terkekeh.
“Anak kita yang sekarang bukan bayi kastil.” Zack mengelus perut Aurora.Pagi hari ini Aurora mengatakan ia malas sekali bangun. Zack akhirnya menemani istrinya setelah meminta bantuan pada Mami untuk menjaga Haven dan Felix.“Iya.” Aurora hanya membalas singkat dengan mata terpejam.Saat merasa Aurora masih mengantuk, Zack hanya tersenyum dan menatap wajah cantik istrinya. Tangannya mengelus sayang punggung Aurora.Mata Aurora tiba-tiba terbuka, mengerjap-ngerjap sebentar. Lalu, menatap suaminya.“Zack.”“Ya, Sayang.”“Buka bajumu.”Kedua alis Zack terangkat mendengar permintaan sang istri. Melihat Aurora menunggu, ia langsung menarik ke atas pakaiannya. Kemudian ia melihat Aurora juga melepas pakaian.“Emm ... Sayang, kita harus pelan-pelan karena kehamilanmu masih muda dan ....”Sebelum selesai dengan kalimatnya, Aurora sudah masuk ke dalam pelukan Zack. Wanita itu terlihat tersenyum senang dan memeluk erat tubuh Zack.“Rasanya nyaman tidur dengan sentuhan kulit seperti ini.” Auror