“Anak kita yang sekarang bukan bayi kastil.” Zack mengelus perut Aurora.Pagi hari ini Aurora mengatakan ia malas sekali bangun. Zack akhirnya menemani istrinya setelah meminta bantuan pada Mami untuk menjaga Haven dan Felix.“Iya.” Aurora hanya membalas singkat dengan mata terpejam.Saat merasa Aurora masih mengantuk, Zack hanya tersenyum dan menatap wajah cantik istrinya. Tangannya mengelus sayang punggung Aurora.Mata Aurora tiba-tiba terbuka, mengerjap-ngerjap sebentar. Lalu, menatap suaminya.“Zack.”“Ya, Sayang.”“Buka bajumu.”Kedua alis Zack terangkat mendengar permintaan sang istri. Melihat Aurora menunggu, ia langsung menarik ke atas pakaiannya. Kemudian ia melihat Aurora juga melepas pakaian.“Emm ... Sayang, kita harus pelan-pelan karena kehamilanmu masih muda dan ....”Sebelum selesai dengan kalimatnya, Aurora sudah masuk ke dalam pelukan Zack. Wanita itu terlihat tersenyum senang dan memeluk erat tubuh Zack.“Rasanya nyaman tidur dengan sentuhan kulit seperti ini.” Auror
Kehamilan Aurora kali ini membuat Zack sering cemas. Bukan karena gejala sakit atau ngidam. Justru karena Aurora sangat santai.“Kerjaannya hanya tidur. Sumpah, aku khawatir.” Zack berkeluh kesah pada Zavian.“Memang ada kok wanita hamil yang pemalas.”“Aku sampai merasa ia bukan Aurora. Bahkan mandi dan berdandan pun malas.”Kekehan kecil terdengar dari bibir Zavian. Merasa tidak puas dengan tanggapan sahabatnya, Zack menelepon Dokter Edwin.“Mungkin hanya di semester pertama saja. Hormon ibu hamil memang kadang membingungkan.”Jawaban tersebut membuat Zack mengangguk mengerti.“Jadi aman saja?”“Selama tidak ada keluhan dengan kesehatan, saya rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Beruntung, Zack menemukan dokter yang sangat sabar meladeninya. Akhirnya lelaki itu bisa bernapas lega.Semester satu kehamilan berhasil dilalui. Dokter benar, memasuki semester dua, Aurora mulai aktif kembali.Bahkan yang tadinya malas berhubungan badan dengan alasan perutnya kencang, kini malah kadang
Tiga tahun kemudian.Angelica Daphne Morgan, putri kedua Aurora dan Zack pagi ini akan masuk sekolah playgroup untuk pertama kalinya. Bersama sepupunya, Violet, kedua anak perempuan lucu dan cantik itu berceloteh riang.“Berisik!” Haven yang telah berumur lima tahun mendesis kesal. “Ini meja makan!”Mendapat teguran dari Haven, Angel dan Vio terdiam. Detik berikutnya, kedua anak itu menjulurkan lidah dan menantang Haven.“Sudah, cukup!” titah Felix tegas. “Angel, Vio, habiskan sarapan kalian, ya.” Suara Felix berubah lembut pada adik dan sepupunya.Lalu, Felix mengamati Haven yang sedang minum. “Sarapannya sudah selesai? Kita berangkat sekarang. Aku ada kegiatan pagi-pagi di sekolah.”Felix segera berdiri diikuti Haven yang kembali mendelik pada dua anak perempuan di kursi meja makan.“Kalian tunggu Mommy, ya. Mungkin sebentar lagi, Mommy selesai rapat dengan parlemen.” Sambil berkata pada Angel dan Vio, Felix membantu Haven membawa tasnya.Setelah itu, Felix juga bicara pada para pen
“Dad, hari ini aku mendapat banyak uang. Aku hebat, kan?” Haven berkata pada Zack saat mereka di mobil.Zack baru saja menjemput Felix dan Haven. Meski berbeda level, tetapi kedua putranya itu memang bersekolah di tempat yang sama.“Oh ya? Berapa banyak?” Dengan santai, Zack menanggapi.“Satu juta.”Zack menoleh. Lalu, menatap Felix yang sibuk bermain tablet. Anak lelaki itu tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk bermain games sepulang sekolah.“Satu juta? Dari mana?”“Dari Felix.”Kembali Zack menatap Felix. Anak lelaki itu menatap putra sulungnya dan bertanya. “Benar begitu, Felix?”“Terpaksa, Dad.”“Terpaksa bagaimana?”Kini, Zack menatap Haven meminta penjelasan. Anak lelaki berumur lima tahun itu terlihat sangat santai.“Aku menang taruhan.”Mata Zack membulat. “Hah? Taruhan? Taruhan apa?”“Aku taruhan sama Felix. Kalau aku berhasil mencium pipi Ameera, aku dapat satu juta. Dan aku berhasil. Yeaayy.” Haven mengangkat kedua tangannya ke udara.Wajah Zack kini meneg
Aurora mondar-mandir di depan Zack, Felix dan Haven. Tentu saja yang berwajah tegang hanya Zack dan Felix, sementara Haven tersenyum sangat manis pada sang Mommy.“Tidak ada pacar-pacaran karena kalian masih kecil!” Satu kalimat tegas tercetus dari bibir Aurora.“Tapi, aku tidak pacaran, Mom. Itu cuma akal-akalan Haven agar mendapat uang.” Perlahan, Felix berkomentar sambil melirik anak kecil di sampingnya.“Haven, kamu tidak boleh mengarang cerita begitu, apalagi ini tentang kakakmu sendiri.”“Iya, iya. Maaf.” Dengan tetap tersenyum manis, Haven turun dari kursi memeluk Aurora, Zack lalu Felix.“Tapi, aku tetap dapat uang satu juta, kan?” Sehabis bermaafan, Haven bertanya pada Felix.Keduanya harus belajar konsekuensi atas apa yang mereka lakukan. Zack mengatakan Felix tetap harus membayar adiknya sebesar satu juta. Anak kecil itu pun tidak keberatan.Sidang keluarga itu selesai dengan cepat. Mereka keluar dari kamar Felix agar anak lelaki itu bisa les melukis karena guru privatenya t
Aurora dan Zack berkonsultasi pada dokter anak tentang Felix. Menurut dokter, gejala awal pubertas memang sudah dialami anak-anak di usia sembilan tahun.“Mungkin, Felix termasuk cepat. Tapi, tidak perlu dikhawatirkan. Komunikasikan saja dengan baik terutama dengan Daddynya.”“Kenapa harus aku? Kenapa tidak dokter saja yang mengedukasi? Bukankah akan lebih jelas?” Bukannya tidak mau membimbing Felix, Zack hanya berkata ia takut salah omong.“Justru karena Anda adalah Daddynya. Hubungan antara Daddy dan putranya harus terjalin baik agar ia dapat mendapat contoh lelaki yang akan menjadi panutannya kelak.”Zack mengerti, namun ia meminta dokter menjelaskan apa yang harus ia diskusikan dengan Felix. Dengan penuh perhatian, Zack dan Aurora mendengarkan dan mengangguk mengerti.“Nanti malam aku akan mencoba bicara pada Felix.” Zack berjanji.Aurora dan Zack lalu berpamitan pada dokter. Zack mulai lebih percaya diri setelah mendengar penjelasan dokter apa saja yang harus ia diskusikan dengan
Pernikahan Vigor dan Marshella berlangsung sangat meriah. Bangsawan dari berbagai kalangan hadir di kastil dan membuat suasana yang biasanya sepi kini sangat ramai.Felix yang memang tidak menyukai keramaian, memilih duduk di pojok tanpa melakukan apa pun. Rasanya ia lelah sekali harus menyapa dan tersenyum pada banyak orang yang dikenalkan padanya.Namun begitu, ia mengerti sopan santun. Anak lelaki itu tetap berada di pesta dengan terpaksa.Beda Felix, beda lagi dengan Haven dan Angel. Dua adik Felix itu sangat ramah. Mengambil bagian dari keramahan penerus bangsawan sejati.Angel memeluk semua orang yang dikenalkan dengannya. Haven dengan gaya kharismatik pun berhasil membuat semua orang jatuh cinta.“Kamu di sini rupanya.” Alzard duduk di samping Felix.“Uncle mencariku? Kenapa? Ada yang bisa aku bantu?”“Iya. Mau, kan?”Felix mengangguk. Dari pada ia melamun dan pusing mengamati keramaian, lebih baik ia melakukan sesuatu.“Ayo, ikut Uncle.”Alzard menggandeng Felix. Mereka melewa
Ternyata suara-suara menyeramkan itu berasal dari alat musik keyboard. Elvis sengaja mengerjai semuanya karena sulit diatur untuk berfoto.“Kamu gila, Vis. Bayangkan kalau kejadian panggung ini rubuh. Bukan hanya aku, Kakek Viscout pun akan malu.” Dengan bersungut, Vigor mengomeli sahabatnya.“Aman. Hanya ilustrasi nanti saat malam pengantin. Aku yakin akan ada ranjang yang berderit.”“Wah, betul juga.”“Apa kita perlu berjaga-jaga di depan kamar pengantin? Takutnya terjadi hal-hal di luar dugaan.”Sumpah, Vigor sangat ingin membentak para sahabatnya yang bercanda santai. Masalahnya, Marshella berdiri di sampingnya dan mendengar semua ucapan tersebut.“Maaf atas ucapan para sahabatku, Babe.” Vigor menatap Marshella dan memberikan kecupan di pipi.Serentak semua sahabat Vigor mengikuti. Masing-masing mencari istrinya lalu menciumnya mesra.Untungnya para istri sangat ramah pada Marshella. Terutama Aurora. Dengan sikap akrab, ia membimbing Marshella yang masih terlihat canggung.Pesta u
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint